Mohon tunggu...
Amir Harjo
Amir Harjo Mohon Tunggu... Lainnya - Bekerja sebagai analis data di salah satu consumer goods

Saya Amir Harjo, jangan panggil saya bunga. Saya suka membaca dari kecil, tapi baru mengasah kemampuan menulis sejak kuliah. Saya banyak menulis di blog pribadi saya. Dulu saya menulis di blogspot, tapi sudah saya matikan. Saya sekarang lebih banyak menulis di medium. Kadang-kadang, saya beruntung karena tulisan saya dimuat di media-media terkenal seperti Detik atau Mojok. Akan tetapi, sebagian besar hanya mampu tampil di blog pribadi saya.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Apa Kabar Penghasilan 8 Juta Perbulan? Sebuah Pilihan Karir

8 September 2024   19:08 Diperbarui: 9 September 2024   18:21 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi penghasilan (Dok Kredivo via Kompas.com)

Kita kembali ke masa lalu. Masa-masa sekitar tahun 2015 sampai 2016. Kala itu, start-up di Indonesia sedang jaya-jayanya. Start-up menjadi berita sehari-hari. Anak muda ambisius ingin bekerja di start-up ataupun membangun start-up.

Start-up memang saat itu menjanjikan. Salah satunya gojek. Kalau tidak bisa bekerja di gojek sebagai karyawan, menjadi mitra gojek pun tidak kalah menjanjikan. Tengok salah satu berita yang ditulis di Kompas. Ada seorang manajer yang resign dari pekerjaannya dan fulltime menjadi driver gojek. Alasannya ya penghasilannya lebih dari ketika jadi manajer, sekitar 8 sampai 9 juta per bulan. Ketika nggojek, penghasilan dia rata-rata 500 ribu sampai 1 juta per hari.

Sumber: Kompas.com
Sumber: Kompas.com

Terus terang, memang gaji segitu sangat menggiurkan. Oleh karena itu, tidak heran jika banyak orang yang berbondong-bondong mendaftar sebagai driver ojek online. 

Servis baru yang dibuat oleh perusahaan teknologi seperti Grab dan Gojek membuka secercah harapan untuk orang-orang yang tidak memiliki skill kompetitif untuk mencari rejeki. 

Selain itu, perusahaan ride hailing online ini sepertinya sangat membantu pemerintah untuk menyediakan lapangan kerja, apalagi ketika terjadi arus deindustrialisasi, ekonomi lesu dan tidak banyak lapangan kerja yang tercipta. Terutama ketika banyak penduduknya tidak berpendidikan tinggi dan tidak memiliki skill yang memadai.

Ojek online memang membuka lapangan kerja, tetapi faktanya, banyak juga orang berketerampilan yang mendaftar sebagai ojol. Banyak yang menjadikan side hustle ini sebagai penghasilan sampingan. Pekerja kerah putih seperti ahli IT ataupun pekerja swasta, BUMN dan PNS juga mencari pundi-pundi sebagai driver ojol.

Sampai akhir tahun 2023, jumlah driver online sudah mencapai 4 juta orang. Persaingan menjadi antar driver ojol semakin sengit. Ditengah sengitnya persaingan antar ojol, tekanan perusahaan oleh investor membuat perusahaan membuat aturan-aturan baru menuju profitability, yang tentunya tidak akan memihak kepada para driver ojol.

Dengan semakin sengitnya persaingan, pendapatan mereka turun. Dari situs okezone, pendapatan driver online saat ini sekitar 10 ribu sampai dengan 100 ribu per hari. Ini berarti, dengan bekerja tiap hari pun, pendapatan mereka sekitar 3 juta per bulan. Jauh di bawah UMR kota Jakarta.

Maka tak heran kalau kemudian saya mendengar sopir ojol mengeluh ketika mengantarkan makanan. Pesanan jauh, tapi yang didapat tidak seberapa. Maka tidak heran kalau kemudian ada demo ojol pada Agustus 2024 dengan tuntutan agar ada legal standing yang jelas antara penyedia aplikasi dengan mitra, agar tidak ada eksploitasi.

Salah satu teman kantor dahulu, ketika membaca bahwa driver ojol bisa mendapatkan penghasilan yang lumayan berseloroh, "Bukannya nanti kalau makin banyak drivernya, penghasilannya makin turun ya mas?" Saya mengiyakan. Memang sebagai karyawan dengan gaji yang biasa saja waktu itu, pendapatan ojol tampak menggiurkan. Apalagi ketika ada berita manajer yang merelakan posisinya demi menjadi driver ojol dengan penghasilan lumayan.

Memang karir itu pilihan, akan tetapi mengundurkan diri dari perusahaan demi menjadi driver ojol sepertinya tidak bijak dan tidak masuk akal. Karena, apa yang akan didapat ketika kamu menjadi sangat ahli menjadi driver ojol? Tidak banyak. Tidak ada pembelajaran, tidak ada pengembangan diri, tidak ada "karir" atau anak tangga yang bisa dinaiki. Bandingkan dengan tukang cukur, setidaknya kalau menjadi tukang cukur, ada mimpi yang bisa dibangun kalau suatu saat ingin membuka salon sendiri atau membuat krim rambut sendiri.

Kalau ada pilihan karir dengan gaji rendah tapi ada kesempatan pengembangan diri agar keahlian makin mumpuni dibandingkan dengan pekerjaan yang menjanjikan pendapatan lumayan tapi tidak ada pengembangan diri, maka pilihlah pekerjaan yang bisa mengembangkan diri. Karena nanti penghasilan pada akhirnya akan menyesuaikan sesuai dengan tingkat keahlian.

Saya kira, iming-iming driver online berpenghasilan besar pada tahun 2015 - 2016 itu adalah permainan media dan PR, untuk mengangkat nama perusahaan dan menarik minat orang-orang untuk mendaftar menjadi driver ojol. Dan sekarang, permainan itu diulang lagi dengan penghasilan dasyat mencapai 20 juta perbulan. Apakah 8 tahun lagi berita ini akan menjadi bumerang?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun