Mohon tunggu...
Amir Harjo
Amir Harjo Mohon Tunggu... Lainnya - Bekerja sebagai analis data di salah satu consumer goods

Saya Amir Harjo, jangan panggil saya bunga. Saya suka membaca dari kecil, tapi baru mengasah kemampuan menulis sejak kuliah. Saya banyak menulis di blog pribadi saya. Dulu saya menulis di blogspot, tapi sudah saya matikan. Saya sekarang lebih banyak menulis di medium. Kadang-kadang, saya beruntung karena tulisan saya dimuat di media-media terkenal seperti Detik atau Mojok. Akan tetapi, sebagian besar hanya mampu tampil di blog pribadi saya.

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Mencari Jejak Index Fund di Indonesia untuk Berinvestasi

7 Juli 2024   14:35 Diperbarui: 9 Juli 2024   09:00 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ILUSTRASI | KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Sebagai karyawan, salah satu cita-cita mulia yang ingin kami capai adalah pensiun dengan uang yang cukup untuk membiayai kehidupan sehari-hari tanpa menjadi beban bagi orang lain. Tak terkecuali saya.

Sedari dulu, saya rajin membaca buku-buku tentang investasi dan juga buku-buku yang ditulis oleh financial planner terkenal agar nanti ketika sudah tidak bekerja, tetap bisa memiliki support keuangan yang cukup, syukur-syukur kalau misalnya masih bisa berpenghasilan dari investasi yang sudah ditanam.

Akan tetapi, sebagai karyawan, investasi itu tidak semudah yang dibayangkan, apalagi kalau baru memulai karir. Baru setelah pekerjaan saya menghasilkan penghasilan yang cukup lumayan, saya mencoba-coba untuk berinvestasi.

Salah satu investasi yang cukup banyak diulas adalah saham. Dalam salah satu buku investasi dari financial planner, investasi saham biasanya mengasumsikan imbal balik setara sampai 8% setiap tahun. Tentu saja ini hasil yang cukup menggiurkan. Simulasi di Excel membuat saya yakin bahwa saham adalah wahana investasi saya yang paling bagus.

Akan tetapi, saya harus investasi di saham apa? Dengan berbekal pengalaman minim dan membaca artikel-artikel di internet, akhirnya saya memilih beberapa saham yang saya yakini potensial dan akan membuat saya kaya raya. Tetapi angan saya ini sungguh seperti jauh panggang dari api. Saham yang saya tanam ternyata tidak memberi imbal seperti yang saya harapkan.

Menyadari kesalahan ini, saya merasa ilmu saya belum banyak untuk memilih saham mana yang pas dan potensial. Oleh karena itu saya membaca beberapa buku mengenai valuasi perusahaan, cara membaca laporan keuangan dan menilai harga saham. 

Bukunya memang mudah dipahami, akan tetapi ketika harus memilih saham yang mana untuk memulai, saya berhadapan dengan pilihan yang sulit. Apakah saya harus mulai membaca laporan keuangan dari ratusan emiten saham yang melantai di bursa? 

Alhasil, dengan alasan kurangnya waktu karena sibuk bekerja, beberapa saham pilihan yang saya beli masih mengandalkan riset ala kadarnya dan alasan emosional. Hasilnya? Mengecewakan. 

Saya mulai investasi di tahun 2018, dengan asumsi saya membeli semua saham yang pernah saya beli pada tahun yang sama, maka imbal balik dari investasi saham saya adalah sebagian besar bernilai negative. Hanya satu saham yang nilainya naik signifikan. Sayangnya, saham tersebut sudah saya jual ketika pertumbuhannya belasan persen.

Sumber: Pribadi
Sumber: Pribadi

Investasi di saham memang urusan psikologis. Saya sudah terjebak dalam gejolak psikologi manusia yaitu ketakutan akan kehilangan dan juga keserakahan.

Saya tadi sudah bercerita kan kalau tadi saya menjual saham saya yang sudah naik sedikit? Setelah beberapa tahun terlibat di investasi ini, saya memutuskan bahwa sepertinya saham bukan tempat yang bagus untuk menginvestasikan uang, jadi saya banyak menarik dana saya dan hanya menyisakan beberapa saja.

Akan tetapi, petualangan saya untuk pensiun dengan tenang masih berlanjut. Oleh karena itu saya terus membaca buku. Banyak buku investasi yang saya baca. Kebanyakan dari mereka adalah buku yang American Minded. 

Misalnya, salah satu yang disarankan untuk berinvestasi untuk orang yang sibuk dan tidak terlalu banyak mempunyai waktu untuk menganalisa keuangan adalah menaruh dana di dalam Index Fund.

Sederhananya, Index Fund adalah dana kelola yang dibelikan ke semua saham yang melantai di bursa. Jadi pergerakan naik turun dana kelola ini akan mengikuti gerak dari lantai bursa. Di Amerika sendiri, harga saham gabungan di lantai bursa selalu naik, kalau di rata-rata dalam jangka panjang, return tahunannya bisa sampai belasan persen.

Sumber: Google Search
Sumber: Google Search

Jadi bisa dipastikan, bahwa berinvestasi di Index Fund pasti menguntungkan. Bahkan dari sumber pada gambar di atas, growth all timenya lebih dari 3400%.

Bagaimana dengan IHSG? Dengan mengamati IHSG dari tahun 2018 sampai akhir tahun 2023, ternyata hasilnya juga sangat menjanjikan. Bahkan pertumbuhannya jauh melebihi pertumbuhan saham-saham yang saya pilih.

Sumber: Pribadi
Sumber: Pribadi

Index Fund ini sangat menjanjikan untuk media investasi. Sayangnya Index Fund untuk total semua saham yang melantai di bursa yang saya tahu sampai sekarang hanya dijual di Amerika.

Bagaimana kalau kita ingin membeli Index Fund di Indonesia? Yang saya pahami, saat ini tidak ada Index Fund untuk semua saham, hanya ada beberapa saham yang membeli beberapa saham teratas dengan kapitalisasi besar yang diharapkan pergerakannya bisa mengikuti pergerakan IHSG. Produknya hampir mirip dengan reksadana (mutual fund).

Hasilnya sebenarnya tidak mengecewakan. Hasil riset saya terhadap salah satu Index Fund memiliki hasil imbal balik yang mirip dengan IHSG.

Akan tetapi, kadang-kadang kita juga ingin berhati-hati terhadap saham yang ingin kita beli. Kalau bisa sahamnya syariah. Ternyata, di Indonesia sendiri ada Index Fund syariah, yang sayangnya imbal baliknya tidak sebagus imbal balik dari Index Fund untuk saham-saham umum.

Sumber: Pribadi
Sumber: Pribadi

Apakah dari pembaca ada saran Index Fund syariah dengan hasil imbal balik yang menjanjikan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun