Mohon tunggu...
Amir Harjo
Amir Harjo Mohon Tunggu... Lainnya - Bekerja sebagai analis data di salah satu consumer goods

Saya Amir Harjo, jangan panggil saya bunga. Saya suka membaca dari kecil, tapi baru mengasah kemampuan menulis sejak kuliah. Saya banyak menulis di blog pribadi saya. Dulu saya menulis di blogspot, tapi sudah saya matikan. Saya sekarang lebih banyak menulis di medium. Kadang-kadang, saya beruntung karena tulisan saya dimuat di media-media terkenal seperti Detik atau Mojok. Akan tetapi, sebagian besar hanya mampu tampil di blog pribadi saya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Salah Kaprah Kelas Menengah

17 Juni 2024   18:01 Diperbarui: 12 Juli 2024   09:37 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa hari yang lalu saya menulis tentang karakter manusia, yaitu bahwa manusia menilai tinggi untuk skill yang mereka punyai akan tetapi merasa kurang ketika membicarakan kekayaan yang dimiliki.

Misalnya, ketika seseorang ditanya bagaimana kemampuan mereka mengendarai kendaraan, mayoritas dari mereka akan menjawab lebih baik dari rata-rata. 

Bahkan, survey terhadap mahasiswa di Amerika menunjukkan hasil yang mencengangkan. sekitar 93 persen dari responden menganggap mereka lebih baik dari rata-rata sebagai pengemudi. 

Padahal, menurut ilmu statistik, seharusnya hanya 50 persen responden yang berada di atas rata-rata dan sisanya, 50 persen yang lain akan berada dibawah rata-rata.

Akan tetapi, ketika membicarakan kekayaan, meskipun seseorang di Amerika memiliki kekayaan di atas satu juta dollar, atau top 5 persen dari total penduduk, mereka merasa sebagai kelas menengah. 

Sebagai seorang yang berprofesi mengolah data, saya berasumsi bahwa kelas menengah adalah kelas yang ada di tengah-tengah distribusi kekayaan dari semua penduduk. Jadi mereka ada disekitar sebaran 50 persen.

Di sinilah asumsi saya sepertinya salah. Data distribusi kekayaan yang saya tampilkan untuk mendukung argumen saya adalah data distribusi kekayaan di Amerika. 

Bagaimana dengan distribusi kekayaan di Indonesia? 

Di portal berita CNBC Indonesia, salah satu tolok ukur yang dipakai untuk mengukur distribusi kekayaan orang Indonesia adalah dengan menghitung nominal yang tersimpan dalam rekening bank. Dalam data tersebut, hanya ada 0.8 persen kelas menengah, 0.2 persen kelas atas dan sisanya adalah miskin dan miskin banget.

Sumber: CNBC Indonesia
Sumber: CNBC Indonesia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun