Ketika saya mengajari anak saya berenang saya bilang, "Coba gerakkan kaki dan tangan dengan konstan agar bisa mengambang dan tidak tenggelam," atau "Gerakkan kaki dan tangan seperti kodok untuk maju ke depan." Hal yang dipikiran saya mudah, ternyata dalam teori cukup susah dipraktekkan anak saya.
Jadi untuk mencari guru terbaik, memang jangan mencari guru yang hebat. Yang apa saja yang dikerjakan lancar. Bisa saja mereka memang sudah diberkati dengan kemampuan alami, bisa memahami dan praktek tanpa merasa banyak usaha.
Orang dengan bakat alami seperti itu belum tentu guru yang baik. Mereka tidak tahu struggle orang-orang dengan kemampuan biasa yang belum terasah.
Guru yang sadar bahwa mereka dulu tidak pandai pada skill tertentu, kemudian bereksperimen untuk menemukan jalan dengan mencoba berbagai trik dan akhirnya menjadi hebat, bisa jadi akan menjadi guru yang mumpuni.
Sebenarnya, agar guru dengan kemampuan alami untuk menjadi guru yang hebat, yang dibutuhkan adalah rasa empati. Mereka berempati bahwa tidak semua orang memiliki kapasitas satu level dengan dirinya. Dan dengan jam terbang yang tinggi, rasa empati ini bisa tumbuh dan di aplikasikan dalam bentuk pengajaran yang mudah diterima oleh muridnya.
Mungkin itulah yang membedakan antara saya dan guru renang anak saya. Saya punya kemampuan alami berenang, sedangkan guru renang itu sudah memiliki empati tinggi dengan mengajar murid dengan kemampuan bervariasi. Jadi dia bisa tahu bagian kemampuan yang harus diasah oleh anak saya.