........
Sore hari, saya memutar anak kunci untuk membuka pintu halaman belakang rumah agar udara yang lebih bersih masuk tidak hanya dari kisi-kisi jendela. Suara air mancur, taman, ikan koi sebesar paha orang dewasa dan lembaran lebar daun aglonema menjadi pemandangan keseharian yang saya sukai. Saya pecinta udara sejuk, hujan, kopi dan tanaman. Tidak hanya itu, aroma kopi dan ponsel yang berdering menuntaskan sebuah kabar baik, pihak Nescafe memberikan kabar bahwa tulisan saya terpilih menjadi salah satu The Winners Blog Competition di balik secangkir kopi yang akan ikut trip ke perkebunan kopi terbesar di Indonesia. Suara di ujung ponsel memastikan apakah saya bersedia untuk menjadi bagian dari finalis yang akan diikutsertakan ke lampung? Sebagai pecinta kopi, tanpa ragu, saya mengiyakan dengan cepat.
Dan semoga kabar baik, akan selalu menjadi baik.
Pergi ke perkebunan kopi bukan menjadi hal yang baru bagi saya, seperti yang telah saya jelaskan di tulisan saya sebelumnya, bahwa saya adalah Coffee Addict dan salah satu kerabat dekat keluarga kami yang sering saya panggil dengan sebutan bapak adalah tengkulak kopi yang bertempat tinggal di Puncak Simun. Begitu cintanya dengan kopi, saya selalu berkunjung ke sana, ketika kopi sedang berada pada musim panen yang dinamakan “Petik Merah” karena Red Cherry atau biji kopi yang berwarna merah adalah biji kopi dengan kualitas paling baik untuk dipetik, petani di sana bahkan sudah mempunyai edukasi itu.
Tahun lalu, saya ditawari untuk menyewa lahan di daerah Puncak Simun untuk ditanami pohon kopi, banyak petani garap di sana (Petani yang mengelola lahan orang lain) namun karena pertimbangan banyak hal, ilmu kopi, tekhnik budidaya yang masih minim, saya ragu. karena bagi saya terjun di dunia bisnis, perkebunan, atau apa pun itu, jika sama sekali tidak memiliki ilmu dan jalur pemasaran yang baik sama saja dengan “Bunuh Diri”
Setelah mengikuti trip ke lampung dan mengetahui banyak hal mengenai konteks “Nescafe Plan” berbincang banyak dengan agriculture specialist dan berkunjung ke Demo Plot Nursery. Menyimak mata rantai dari perkebunan kopi – ke petani – ke KUB – sampai kemudian diolah menjadi produk jadi dan bermetamorfose menjadi secangkir kopi Nescafe yang dapat kita nikmati sekarang. Perjalanan singkat itu, ternyata mampu menghidupkan kembali keinginan untuk mempunyai perkebunan kopi. Di puncak simun kebetulan banyak lahan kosong yang disewakan, banyak petani garap yang memang dari keluarga dekat dan kami pun memiliki banyak kenalan dengan para tengkulak kopi. Setidaknya kelak, ilmu dalam perjalanan kemarin bisa mengantarkan kami menjadi salah satu bagian dari orang-orang yang membantu lingkungan dengan menciptakan lahan yang pada awalnya tidak produktif diubah menjadi lahan yang lebih produktif dan menguntungkan. Karena selain kopi, di lahan itu juga bisa ditanam tanaman penyela seperti: lada, cengkeh, dan umbi-umbian yang membantu pemasukan setelah musim panen berakhir. Doakan. Semoga.