Mohon tunggu...
DESSY RAHMAWATI
DESSY RAHMAWATI Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Experiental Learning Theory (David Allen Kolb)

10 Desember 2021   09:26 Diperbarui: 10 Desember 2021   09:41 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth


David Kolb seorang teoretikus pendidikan dan juga filsuf yang beraliran humanistik. Kolb menekankan teorinya pada pemikiran John Dewey, Jean Piaget, dan Kurt Lewin tentang pengalaman belajar paradigma. Menurut Nilson (2010) Kolb menggambarkan proses belajar bermakna sebagai rangkaian peristiwa yang mengintegrasikan fungsi merasakan, mempersepsi, berpikir dan bertindak. Tahun 1980an Kolb mengembangkan teori yang disebut sebagai Experiental Learning Theory (ELT). Kolb menjelaskan teorinya ke dalam learning Cycle dengan 4 bagian dalam siklus. Menurut Nilson (2010) siklus pembelajaran Kolb sebagai berikut:

1. Concrete Experience (emotions) yang ditandai dengan lebih mengandalkan perasaan daripada berpikir untuk memecahkan masalah

2. Reflective observation (watching) yaitu kesamaan yang ditandai dengan pemikiran intuitif tetapi diterapkan untuk mengamati dan memahami situasi, bukan memecahkan dan memanipulasinya

3. Abstrack Conceptualization (thinking) yaitu ketergantungan pada pemikiran logis dan penalaran konseptual

4. Active Experimentazion (doing) yaitu diarahkan pada pemikiran praktis dan rasional.

Setiap guru tentunya pernah, bahkan sering melakukan model Kolbs dalam pembelajarannya. Namun yang sering didapati adalah guru-guru tidak menyadarinya sehingga teori ini tidak teraplikasikan dengan maksimal.

Pembelajaran Science and Math  memang sering menggunakan teori ini agar membantu siswa lebih memahami dan belajar dengan baik. Sederhana dan mudah untuk diaplikasikan teori Kolb dalam pembelajaran berharap agar hasil belajar lebih maksimal.

Mungkin sebagian kita sering mendengar kata 'pembelajaran sepanjang hayat, pembelajaran bermakna', namun pertanyaan besarnya apakah mungkin dilakukan di kelas kita?

Sangat bisa jika ada keinginan dari guru untuk membawa siswanya belajar yang bermakna.

Pembelajaran bukan hanya mengingat fakta-fakta, walaupun mengingat fakta menjadi penting untuk membantunya memahami dan menganalisis masalah. Kolb sangat baik memandang siswa di kelas sebagai pribadi yang utuh, Kolb memahami bahwa siswa memiliki perasaan dan emosi ketika belajar. Siswa bukan hanya objek penerima materi dan menampung semua informasi yang diberikan. Siswa membutuhkan ketertarikan, bisa melibatkan perasaannya dalam belajar. Siswa yang belajar di kelas bukan hanya bertujuan mencapai hasil akhir 'nilai yang baik, ujian yang memuaskan. Pembelajaran di kelas dipandang sebagai proses yang holistik. Kolb memahami bahwa proses sangat penting dalam pembelajaran. Ada seseorang mengatakan 'proses tidak akan menghianati hasil' sangat benar bagi saya seorang guru.

Teori Kolb juga mengajarkan kepada kita tentang karakter yang baik dalam proses pembelajaran. Pembelajaran di Indonesia pada zaman dulu mungkin menjadi sorotan bagi kita semua, siswa berlomba-lomba untuk mendapatkan nilai ujian nasional yang baik, nilai UN menjadi standar masuk sekolah. Hal ini menunjukkan kepada kita seolah-olah proses pembelajaran selama 3 tahun tidak ada artinya ketika siswa gagal dalam ujian. Banyak faktor yang tidak terduga menjadi hambatan bagi siswa ketika mengerjakan ujian nasional. Namun, tahun berlalu dan perubahan baik terjadi di Indonesia.

Sistem pendidikan lama mulai di perbaharui ke arah lebih baik. Kemajuan teknologi membawa dampak baik bagi dunia pendidikan di Indonesia. Pemangku kepentingan dalam dunia pendidikan Indonesia mulai bisa membantu kita para guru dan murid dengan perubahan sistem pendidikan yang baik. Saya cukup senang dengan adanya AKM sebagai pengganti UN di sekolah serta penilaian yang diserahkan kepada masing-masing sekolah.

Sekolah bisa lebih bertanggung jawab dengan siswanya. Proses pembelajaran menjadi lebih utama ketimbang hasil UN yang baik. 

Banyak hal yang bisa lebih ditingkatkan di sekolah ketika adanya kebebasan sekolah mengatur sendiri urusan sekolahnya. Hal ini sama seperti ketika siswa menerima kebebasan dalam belajar. Teori Kolb yang diterapkan kepada siswa juga memberikan keuntungan yaitu meningkatkan kepercayaan diri, meningkatkan kemampuan berkomunikasi, meningkatkan semangat kerjasama, meningkatkan komitmen dan tanggung jawab, meningkatkan kemampuan untuk bertahan bahkan menghadapi hal yang buruk. 

Salah satu kendala dalam kompetensi pembelajaran di Indonesia yang saya rasakan adalah terlalu banyak cakupan kompetensi yang harus dikuasi siswa. Hal ini menyebabkan pembelajaran menjadi tidak fokus, kurang mendalam. Penerapan kurikulum K13 adalah sedikit pencerahan dalam dunia pendidikan. Siswa tidak lagi fokus pada pengetahuan tetapi cakupan ketrampilan dan sikap menjadi penting. Sama hal nya dengan teori Kolb membutuhkan waktu yang cukup panjang dalam proses pembelajarannya. Teori Kolb tidak sesuai jika di terapkan pada pembelajaran kita di tahun-tahun lalu (saat KTSP dan sebelumnya) yang berfokus pada pengetahuan kognitif. Penerapan teori Kolb sangat sesuai untuk siswa di tingkat primary yang sangat mengandalkan pengalaman langsung dalam membangun pengetahuannya. 

Semangat berjuang para guru!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun