Montessori Method merupakan ide dari Maria Montessori melalui pengamatannya di Casa Dei Bambini. Metode Montessori memiliki ciri khas dalam pembelajarannya yang membebaskan siswa melakukan eksplorasi dengan aktivitas-aktivitasnya dengan alat/material yang mendukung pembelajarannya untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa sesuai dengan prinsip-prinsip Montessori (Azkia dan Rohman, 2020). Aspek yang dimaksud adalah kebebasan, struktur dan keteraturan, realistis dan alami, keindahan dan nuansa dan alat bermain Montessori (Sumitra dalam Azkia dan Rohman, 2020).
(Gutek dalam Azkia dan Rohman, 2020) menjelaskan 3 bagian perkembangan pada Montessori:
1. Absorbent Mind (0-6 tahun) yaitu anak mampu menyerap informasi dengan cepat dan menciptakan konsep pemahaman melalui pengalaman dengan lingkungan, bahasa dan muncul secara perlahan dengan cara dilatih, diperkuat, disempurnakan, dan terus dikembangkan
2. Periode usia 6-12 tahun dimana Montessori disebut sebagai periode anak-anak
3. Periode usia 12-18 tahun dimana siswa akan mencoba memahami peran sosial maupun ekonomi demi mencoba menemukan posisinya di tengah masyarakat
Metode Montessori sangat baik dan sesuai diterapkan untuk anak di primary level. Bukan berarti tidak sesuai untuk level secondary, namun ada beberapa pertimbangan seperti keterbatasan waktu, biaya, jenjang usia dan bidang studi yang diajarkan. Beberapa keuntungan diterapkanya metode Montessori di jenjang primary level adalahÂ
1. Melatih siswa mandiri, inisiatif, berpikir kritis, logis dan mampu membangun pengetahuannya berdasarkan pengalamannya
2. Memfasilitasi untuk berinteraksi sosial
3. Melatih soft skill siswa
4. Dampak jangka panjang, memberikan pengalaman siswa untuk mampu menghadapi tantangan di masa depan
Metode Montessori semakin tahun semakin berkembang dengan inovasi dan evaluasi terus menerus sampai akhirnya menjadi sebuah kurikulum yang bisa diterapkan. Sekolah dengan kurikulum Montessori tentunya sedikit berbeda dengan sekolah-sekolah umumnya.Â
Montessori mengutamakan yang disebut 'kebebasan' yang berarti siap untuk mandiri melakukan tanggung jawabnya tanpa bantuan. Memutuskan memilih sekolah Montessori berarti siap untuk mengikuti kegiatan sekolah dengan prinsip-prinsip Montessori.Â
Berikut video tentang sekolah Montessori dibandingkan sekolah konvensional:
Dalam sekolah Montessori guru sebagai fasilitator/mentor, sangat berbeda dengan sekolah konvensional yang lebih sering menganggap guru sebagai instructor.Â
Sekolah Montessori merupakan sekolah dengan metode yang sangat baik, namun perlu dipahami bahwa tidak semua karakter siswa sesuai dengan metode ini. Dampak baik jangka panjang yang dihasilkan memang sangat baik, namun perlu adanya kesadaran dari siswa maupun orang tua siswa tersebut. Tahapan serta kebijakan yang diterapkan Montessori untuk penerimaan siswa dengan melakukan observasi dan interview untuk mengetahui karakter anak sangat baik untuk melihat potensi kecocokan siswa dengan metode Montessori.Â
Sumber Bacaan: Rohman, N dan Azkia, Nura. (2002). Analisis Metode Montessori dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Siswa SD/MI Kelas Rendah. Al-Aulad Journal of Islamic Primary Education, 3, 14-22.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H