Di tengah pesatnya perkembangan teknologi komunikasi, korespondensi---baik itu surat menyurat, email, atau pesan singkat---tetap memainkan peran penting dalam menjaga hubungan antarpihak. Sebagai mahasiswa semester 3, saya merasa perlu untuk mengangkat isu mengenai bagaimana korespondensi berkembang dan betapa pentingnya menjaga etika komunikasi di era digital ini.
* Perubahan dalam Dunia Korespondensi
Dulu, korespondensi identik dengan surat fisik yang memerlukan waktu untuk sampai kepada penerima. Kini, dengan adanya email, pesan teks, hingga aplikasi pesan instan, proses tersebut menjadi jauh lebih cepat dan efisien. Namun, meskipun teknologi telah mempermudah kita untuk berkomunikasi, banyak yang melupakan pentingnya etika dalam berkorespondensi.
* Etika Korespondensi yang Sering Terabaikan
Salah satu masalah utama dalam korespondensi digital adalah ketidakpedulian terhadap norma-norma yang ada. Sering kali, orang terburu-buru dalam mengirimkan pesan tanpa memikirkan dampaknya. Pesan yang terlalu singkat dan tidak jelas, penggunaan bahasa yang kasar atau tidak sopan, hingga pengabaian terhadap waktu yang tepat untuk berkomunikasi, bisa merusak hubungan yang telah terjalin.
Dalam konteks email, misalnya, banyak orang yang mengabaikan penggunaan subjek yang relevan, atau bahkan mengirimkan email tanpa salam pembuka dan penutupan yang baik. Hal-hal kecil seperti ini, meskipun terlihat sepele, mencerminkan kesan kurangnya penghargaan terhadap orang lain.
* Tantangan bagi Generasi Muda
Sebagai mahasiswa yang berada di era digital, kita dituntut untuk bisa beradaptasi dengan cepat terhadap kemajuan teknologi komunikasi. Namun, adaptasi ini harus diimbangi dengan pemahaman tentang etika komunikasi. Kita tidak bisa begitu saja menyamakan percakapan di media sosial dengan korespondensi formal dalam konteks akademik atau pekerjaan. Di sinilah tantangan kita, sebagai generasi muda, untuk bisa menyeimbangkan antara kecepatan komunikasi dan kualitas komunikasi yang baik.
* Korespondensi sebagai Cermin Kepribadian
Sering kali kita lupa bahwa korespondensi, meskipun bersifat digital, adalah cermin dari kepribadian kita. Bagaimana cara kita berkomunikasi menunjukkan sejauh mana kita menghargai orang lain. Dalam dunia profesional maupun akademik, korespondensi yang baik dapat membuka banyak peluang, sedangkan yang buruk dapat merusak citra diri kita.
Sebagai mahasiswa, menjaga kualitas korespondensi sangat penting. Tidak hanya untuk membangun jaringan yang baik, tetapi juga untuk mengasah kemampuan komunikasi yang kelak akan bermanfaat di dunia kerja. Dengan memahami etika dalam berkomunikasi, kita bisa memperkuat hubungan dengan dosen, teman, atau bahkan calon rekan kerja.