Mohon tunggu...
DesoL
DesoL Mohon Tunggu... Penulis - tukang tidur

â–ªtidak punya FB/Twitter/IG dan sejenisnyaâ–ª

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Nyanyian Masa Lalu

10 Maret 2020   06:00 Diperbarui: 10 Maret 2020   06:55 698
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Setiap tanggal 9 Maret kita merayakan Hari Musik Nasional, kau mau nyanyi apa?"

"Tidak ada nyanyian."

"Kau harus mencoba peruntungan itu. Kau mahir menyanyikan lagu daerah dan aku akan mengiringimu dengan kecapi. Jika menang, kau bisa memakai hadiah itu untuk pulang kampung dan membawaku bertemu Ibu Bapakmu."

"Sudah kubilang tidak ada nyanyian!"

Aku membentak. Mata Mika berkaca-kaca. Air mata menggenangi setiap sudutnya. Dan aku tak peduli dengan isak tangis.

Mika tak pernah tahu. Aku menyembunyikan kenangan pahit pada setiap lirik yang kulantunkan. Kusimpan senyum Ibu juga segala kegundahannya. Tentang masa tuaian padi yang dijagainya setiap hari, pun penantian Ibu di bibir pantai tentang ombak yang tak memulangkan Bapak.

Dodotira dodotira kumintir bedah ing pinggir, dondomana jrumatana kanggo seba mengko sore

Ibu nembang sebagai pengantar tidur. Aku melihatnya menyeka air mata berulang kali. Mencoba tegar di tengah hati yang risau tentang hilangnya Bapak di lautan.

Ibu mengusap kepalaku, "Besok Ibu akan mencukur rambutmu agar tidak mirip gelombang yang menelan perahu Bapak."

Aku menggangguk, menyetujui kepedihan Ibu.

Ketika pagi tiba dan hendak menagih janji Ibu untuk menggunduli kepalaku, kudengar Pak Sumitro --kawan Bapak melaut, berteriak, "Muspra...Muspra... Tubuh Ibumu mengapung di lautan!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun