Mohon tunggu...
DesoL
DesoL Mohon Tunggu... Penulis - tukang tidur

â–ªtidak punya FB/Twitter/IG dan sejenisnyaâ–ª

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Menagih Hutang

10 April 2018   19:08 Diperbarui: 12 April 2018   22:40 778
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kau hanya kurang lihai. Cobalah sekali lagi."

Bang Somad tertawa, menginjak amarah yang bergemuruh di dada.

Kuambil parang di bawah meja dan mengayun tepat pada lehernya. Tak hanya sekali, melainkan berkali-kali. Bang Somad mati dengan leher nyaris putus. Aku tahu, aku telah melakukan kesalahan besar. Kuambil minyak tanah, kusiram tubuhya, kusulutkan api. Kulihat beberapa bagian kulitnya mulai melepuh, sebelum nyalanya merambati kaki meja. Api semakin besar, hampir memakan sebagian rumah. Aku bergegas keluar, tak lupa kusapu uangnya. Mujur, rumah Bang Somad jauh dari tetangga, tak seorang pun tahu ulah amarahku kecuali sinar rembulan yang menangkap basah tanganku bersimbah darah. Warga pun menganggapnya sebagai musibah.

Ya, akulah musibah.

Mentari pagi mengantarku pulang dengan beberapa bungkus ayam goreng. Kau --yang mungkin sedari malam menungguku di depan pintu-- memelukku sembari melepas cemas yang tersembunyi di balik air matamu. Mulutmu nyerocos melempar tanya. Kau percaya ketika kukatakan melembur untuk memilah sampah sisa hajatan di kampung sebelah.

"Mas, ini ayam goreng?"

Aku mengangguk, menepis gelisah yang sedari tadi membuntutiku pulang. Setidaknya, melihat anak-anak makan dengan lahap, membuatku sedikit terlindungi dari rasa bersalah.

"Semalam seseorang mencarimu. Ia menunggumu lama sekali. Saat ayam hampir berkokok, ia pamit pergi."

"Bukankah uang kontrakan sudah kita bayar minggu lalu?"

"Jangan cemaskan itu, Mas. Kali ini lain perkara. Ia datang menangih hutang."

"Siapa? Aku tidak sedang berhutang pada siapapun."

"Bang Somad. Entah apa yang akan ia tagihkan padamu, Mas."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun