Mohon tunggu...
DesoL
DesoL Mohon Tunggu... Penulis - tukang tidur

â–ªtidak punya FB/Twitter/IG dan sejenisnyaâ–ª

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Di Tanah Kita

19 Februari 2016   13:59 Diperbarui: 19 Februari 2016   14:20 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="pic: suaramuhammadiyah.com"][/caption]Bocah-bocah berlarian
Membawa layang-layang
Naik gunung
Terbangkan cerita ke mata Tuhan

Ayah pulang ke rumah
Menukar pilu dengan segumpal senyum
Membiar lelahnya tidur
Di kantong celana

Ibu keluar dari dapur
Membawa nasi sepiring
Hilang rupa yang lain
Hanya sambal dan ikan asin
Teman makan paling romantis

Anak tiba
Berceritalah mereka
Tentang layang-layang yang menyentuh taman Tuhan
Tapi pulang tanpa hadiah

Dengan sebuah doa sederhana
Ibu Bapak tersenyum
Ini makan terakhir kita
Anak menunduk

Malam beracara
Bapak mengecup cinta di dahi anaknya
Menggenggam erat tangan kekasihnya
Membuang gelisah di meja malam
Dan memberi gelap kuasa untuk berkisah
Sedang esok biar berlaku hati Tuhan

-oOo-

*kolaborasi dengan Christian Timor

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun