Mohon tunggu...
DesoL
DesoL Mohon Tunggu... Penulis - tukang tidur

â–ªtidak punya FB/Twitter/IG dan sejenisnyaâ–ª

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Menebus Rindu

15 Februari 2016   15:24 Diperbarui: 15 Februari 2016   18:03 7
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keretaku datang. Kereta terakhir. Kereta tak berkuda yang akan membawaku pergi menjauh darinya. Aku tak ingin, namun lebih tak ingin mendengar cemas dari kedua hati yang menungguiku di rumah. Aku harus pulang.

Kini, wajahnya memenuhi hampir seluruh rumahku. Di langit-langit kamarku, dinding, jendela, kamar mandi, meja makan, teko, cangkir, kopi –apa lagi, juga bunga-bunga kering milik tetangga depan rumahku. Dia ada di mana-mana, melayang-layang menebar senyum yang bermekaran menjadi rindu.

Selain pantulan wajah yang mirip ibu, kutemukan wajahnya. Rahang yang kotak, hidung yang mancung, alis tebal, bibir dengan tahi lalat di sisi kiri atas, juga sederatan gigi yang putih, itulah yang selalu kurindukan.

Aku masih berdiri di balik jendela kamarku. Menyapukan bedak dengan sedikit perona pipi senada jeruk mandarin, menggambar bibir dengan pensil merah, merapikan alis, menyisir rambut sepanjang punggung, lalu mengenakan bandana warna cokelat. Aku sedang bersiap tertinggal kereta untuk menebus rindu yang mematikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun