Mohon tunggu...
DesoL
DesoL Mohon Tunggu... Penulis - tukang tidur

▪tidak punya FB/Twitter/IG dan sejenisnya▪

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Fikber 3] Kekasih Ben

24 November 2015   16:37 Diperbarui: 24 November 2015   16:37 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="pic: c1.staticflickr.com"][/caption]

Desol, No. 7

Kematian Pak Amat yang kemudian disusul oleh Ki Plenyun membuat Ben manyun beberapa hari. Ben kerap terbengong dengan mulut menganga di atas amben. Air liur yang keluar dari salah satu sudut mulutnya telah mengundang sekawanan lalat untuk bertelur di sana.

“Ben, sabar nak. Baik Pak Amat maupun Ki Plenyun memang sudah saatnya mati, tak perlu lagi kau sesali.”

“Tapi Mpok, Ki Plenyun belum menurunkan ilmunya padaku.”

“Ilmu apa, Ben?”

“Mengubah tahi kambing menjadi kue cucur seperti yang Mpok cicipi kemarin sore.”

“Dasar bocah gendheng!”

Huweeeeeeeek!

Mpok Ipeh berusaha mengeluarkan isi perutnya dari sisa-sisa tahi yang disulap Ki Plenyuh menjadi kue cucur. Sedangkan Babeh Usman sibuk melepaskan sarungnya lalu menyusul Mpok Ipeh di WC. Dan Ben memilih untuk tidak mendengar desahan-desahan aneh dengan pergi ke Sungai Bahenol.

Ben memasuki hutan. Mematahkan ranting kering. Mengikatkan benang pada ujungnya. Mencari cacing gemuk. Menjadikannya umpan. Melenggang ke sungai. Menduduki batu. Melemparkan umpan pancing. Menunggu dimakan ikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun