Terlahir baru. Itulah inginku. Meloloskan diri dari jerat dendam rindu, pun jejak cumbu yang beku. Mematikan urat syaraf napsu bejatmu, lalu melipatnya untuk kemudian kualirkan bersama tinja-tinja pada closet wanita.
Kau tak pernah pahami matahari sebab otakmu berada pada selangkang wanita. Kau tak pernah tahu arti musim semi, sebab otakmu penuh lendir-lendir anyir. Begitu memalukan saat kau lepas tawa hahaha-hihihi. Busuk! Napasmu busuk! Kurasa kau perlu kunyah tiga kuntum mawar merah.
Munafik!
Munafik!
Kau telah teriakkan!
Dari selangkangan hingga lendir anyir halusinasimu sudah. Menari-nari dalam lautan imaji tanpa sadari bahwa kau telah membasi. Pejantan basi! Kau bahkan dimuntah si kucing sebelum dikencing.
Kau gila!
Kau tak ubahnya manusia-manusia sakit jiwa yang hayalkan kenikmatan maya. Kurasa, belati lebih tepat tertancap pada kepalamu, membelah tempurungmu, lalu menyayat-nyayat syaraf otakmu.
Aku hanya mengalirkan darah gilamu, hingga tak ada lagi yang terpompa pada jantungmu. Tenanglah, Pebrianov. Aku akan datang segera pada pemakamanmu!
-oOo-
Kubunuh Kau dengan Kelelakianku, Desol!
Kunikmati Kemunafikkan Keperemuananmu, Desol!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H