Mohon tunggu...
DesoL
DesoL Mohon Tunggu... Penulis - tukang tidur

▪tidak punya FB/Twitter/IG dan sejenisnya▪

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Bunuh Aku, Pebrianov!

20 Agustus 2015   09:45 Diperbarui: 20 Agustus 2015   09:45 2743
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku masih dipelukan rindu. Malam enggan cumbui, sebab rindu telah mengulumku lebih dahulu. Rindu lupa, bahwa ketika ia dekatkan tubuhnya, duri-duri itu telah berhasil kutanamkan dalam dadanya. Sakit? Tidak! Kecupan buatnya terlena.

Belati tak pernah salah tancap. Belati tak pernah salah kuncurkan kehidupan. Belati juga tak pernah salah membelah dada hingga ke unjung perut. Belati pernah katakan padaku: Aku ingin menyincangnya, memisahkan tulang dari dagingnya, lalu menyayat-nyayat jantungnya. Salahnya telah buat jantungku berdetak seribu kali lebih cepat, hampir mati rasanya!

“Dasar keparat!”

Kau telah teriakkan itu! Aku memang keparat! Dan lihatlah dirimu! Telah sekarat!

Hahahaha!

Darah muncrat, lahirkan jerat. Darah muncrat, ciptakan hasrat. Darah muncrat, kau terpikat?

Seperti lalat telurkan ulat. Menggerogoti kebusukan. Mungkin aku telah membusuk bersama rindu. Rindu peluk dan cumbu. Aku mati karenanya, hingga iblis melahirkanku kembali dengan segala kebengisan. Sadis! Dan aku menikmatinya! Senikmat cokelat yang kulumat pada ujung bibirmu malam itu.

“Kapan kau bisa hentikan rindu?”

Kau semakin bodoh dengan tanya tanpa guna. Rindu takkan pernah terhentikan. Rindu hanya bisa dibunuh. Ya, dibunuh! Bunuhlah rindu itu untukku. Hapus jejak-jerak rindu pada sekujur tubuhku dengan rindu yang baru. Rindu darimu. Bisakah kau lakukan itu?

Ambil belatiku. Tancapkan pada dadaku. Koyakkanlah. Sayatlah jika itu perlu. Alirkan darah beracun rindu. Bunuh aku, Pebrianov! Sekarang!

-oOo-

gambar

fiksi balasan untuk Pebrianov ~ Puisi untuk DesoL

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun