Orang lain itu bisa teman, keluarga, rekan kerja, atau orang yang sama sekali tidak kita kenal, yang kita temui di sekitar kita.
"Berbuat baik meningkatkan serotonin dan dopamine, neurotransmiter di otak yang membuat kita merasa puas dan baik secara keseluruhan", kata Rachel Slick, LCSW, klinisi kesehatan perilaku di UCHealth, yang baru-baru ini meluncurkan inisiatif kesehatan yang berfokus pada random act of kindness.
"Random act of kindness terhadap orang lain dapat meningkatkan oksitosin, yang merupakan hormon yang membuat kita merasa terhubung satu sama lain dan meningkatkan rasa saling peracaya," kata Slick.Â
Ketiga bahan kimia ini membawa dampak yang  besar pada suasana hati dan kebahagiaan kita secara keseluruhan.
Berbuat baik juga dapat membantu mengurangi kadar hormon stres kortisol. Sebuah studi dalam jurnal Integrative Psychological and Behavioral Science menemukan bahwa orang yang mempraktikkan random act of kindness memiliki kadar kortisol 23% lebih rendah daripada orang kebanyakan.
Kadar kortisol yang lebih rendah ini menurunkan risiko terjadinya peradangan di dalam tubuh, penambahan berat badan, dan penyakit. Terlihat khan, selain berdampak pada kesehatan mental, berbuat baik juga bermanfaat untuk kesehatan fisik kita.
Jadi, membantu orang lain itu membantu diri Anda sendiri juga. Itu pamrih atau bukan? Coba anda tulis pendapat anda di kolom komen di bawah ya.
Desny Zacharias Rahardjo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H