Sebuah studi dari University of Michigan menemukan bahwa 73% orang dewasa berusia antara 25 dan 35 tahun melakukan overthinking, seperti halnya 52% orang berusia 45 hingga 55 tahun.
Menariknya, penelitian menemukan bahwa banyak overthinker yang yakin bahwa mereka sebenarnya membantu diri sendiri dengan menelusuri labirin pikiran mereka. Tetapi kenyataannya adalah bahwa terlalu banyak berpikir dapat membawa banyak konsekuensi negatif pada kesejahteraan kita.
1.Overthinking dan Pembuatan Keputusan
Satu hal yang memprihatinkan adalah bahwa terlalu banyak berpikir tidak secara otomatis membuat Anda benar-benar membuat keputusan dan / atau mengambil tindakan apa pun.
Berpikir berlebihan menciptakan begitu banyak pilihan, pilihan, dan skenario sehingga Anda akhirnya malah tidak dapat membuat keputusan - sebuah konsep yang disebut kelumpuhan analisis.
2. Anda juga menjadi kurang kreatif
Sebuah studi dari Inggris menemukan bahwa ketika bagian-bagian tertentu dari otak dan proses kognitif Anda tenang, Anda lebih kreatif. Berpikir berlebihan - yang dapat menyebabkan "kebiasaan mental", seperti catatan penelitian - pada dasarnya dapat menyebabkan Anda terjebak dan kehabisan ide atau solusi baru. Meskipun beberapa pemikiran berlebihan dapat menghasilkan ide-ide baru dan segar, hal itu juga dapat menjadi bumerang dan menciptakan hambatan mental yang membuatnya sulit untuk berpikir di luar kotak.
Dan daftarnya berlanjut - tingkat energi Anda turun ketika Anda terlalu banyak berpikir, pola tidur Anda terganggu, nafsu makan Anda mungkin berubah (beberapa berkurang, beberapa makan lebih banyak).
Waspadalah - Terlalu Banyak Berpikir Mungkin Merupakan Gejala Masalah Kesehatan Mental
Jika Anda tidak bisa melepaskan diri dari overthinking, mohon jangan menganggap remeh. Terlalu banyak berpikir mungkin merupakan gejala dari masalah kesehatan mental, seperti depresi atau kecemasan. Di sisi lain, hal itu juga dapat meningkatkan kerentanan Anda terhadap masalah kesehatan mental.
Stres dapat berdampak negatif pada tubuh dan otak. Penelitian telah menemukan bahwa stres dapat menghasilkan berbagai efek negatif pada otak mulai dari berkontribusi terhadap penyakit mental hingga benar-benar mengecilkan volume otak.