Mohon tunggu...
Desny Zacharias Rahardjo
Desny Zacharias Rahardjo Mohon Tunggu... Freelancer - Co-Founder of Membangun Positivity

Orang biasa yang suka membaca, menulis, dan makan bubur yang tidak diaduk.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Overthinking: Saya Pikir, Saya Berpikir Terlalu Banyak

20 Maret 2021   11:04 Diperbarui: 20 Maret 2021   11:49 490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebuah studi dari University of Michigan menemukan bahwa 73% orang dewasa berusia antara 25 dan 35 tahun melakukan overthinking, seperti halnya 52% orang berusia 45 hingga 55 tahun.

Menariknya, penelitian menemukan bahwa banyak overthinker yang yakin bahwa mereka sebenarnya membantu diri sendiri dengan menelusuri labirin pikiran mereka. Tetapi kenyataannya adalah bahwa terlalu banyak berpikir dapat membawa banyak konsekuensi negatif pada kesejahteraan kita.

1.Overthinking dan Pembuatan Keputusan

Satu hal yang memprihatinkan adalah bahwa terlalu banyak berpikir tidak secara otomatis membuat Anda benar-benar membuat keputusan dan / atau mengambil tindakan apa pun.

Berpikir berlebihan menciptakan begitu banyak pilihan, pilihan, dan skenario sehingga Anda akhirnya malah tidak dapat membuat keputusan - sebuah konsep yang disebut kelumpuhan analisis.

2. Anda juga menjadi kurang kreatif

Sebuah studi dari Inggris menemukan bahwa ketika bagian-bagian tertentu dari otak dan proses kognitif Anda tenang, Anda lebih kreatif. Berpikir berlebihan - yang dapat menyebabkan "kebiasaan mental", seperti catatan penelitian - pada dasarnya dapat menyebabkan Anda terjebak dan kehabisan ide atau solusi baru. Meskipun beberapa pemikiran berlebihan dapat menghasilkan ide-ide baru dan segar, hal itu juga dapat menjadi bumerang dan menciptakan hambatan mental yang membuatnya sulit untuk berpikir di luar kotak.

Dan daftarnya berlanjut - tingkat energi Anda turun ketika Anda terlalu banyak berpikir, pola tidur Anda terganggu, nafsu makan Anda mungkin berubah (beberapa berkurang, beberapa makan lebih banyak).

Waspadalah - Terlalu Banyak Berpikir Mungkin Merupakan Gejala Masalah Kesehatan Mental

Jika Anda tidak bisa melepaskan diri dari overthinking, mohon jangan menganggap remeh. Terlalu banyak berpikir mungkin merupakan gejala dari masalah kesehatan mental, seperti depresi atau kecemasan. Di sisi lain, hal itu juga dapat meningkatkan kerentanan Anda terhadap masalah kesehatan mental.

Stres dapat berdampak negatif pada tubuh dan otak. Penelitian telah menemukan bahwa stres dapat menghasilkan berbagai efek negatif pada otak mulai dari berkontribusi terhadap penyakit mental hingga benar-benar mengecilkan volume otak.

Lalu Bagaimana Caranya Supaya Tidak Terlalu Banyak Berpkir?

Ada banyak cara untuk mengatasi overthinking. Tetapi saya menyarankan satu, mindfulness meditation. Cara yang baik untuk mengelola overthinking adalah dengan menggunakan perhatian penuh untuk mengamati pikiran Anda tanpa menghakimi dan menjadi lebih hadir pada saat ini. Meditasi membantu Anda berhenti berpikir berlebihan dengan membersihkan kegaduhan di kepala Anda.

Latihan meditasi yang teratur mengajarkan pikiran untuk tetap waspada sepanjang hari. Waspada dalam arti mindful ya, bukan paranoid. Studi ilmiah juga mengungkapkan bahwa meditasi kesadaran membantu Anda keluar dari pikiran Anda dan berhenti berpikir berlebihan. Anda menjadi pengamat atas pikiran-pikiran yang melintas di otak Anda.

Meditasi mengurangi ukuran bagian otak yang disebut amigdala, yang merupakan pusat "pertarungan atau lari" di otak. Meditasi rutin juga mengurangi jumlah kortisol, hormon stres, dalam tubuh kita.

Jadi, alih-alih merenung, bermeditasilah!

Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, kita semua cenderung terlalu banyak berpikir.

Memang tidak mudah untuk menjinakkan pikiran dan membawanya ke keadaan damai, tetapi juga bukan tidak mungkin! Pilihannya ada pada Anda.

Desny Zacharias
Co-Founder Membangun Positivity

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun