Mohon tunggu...
Desny Zacharias Rahardjo
Desny Zacharias Rahardjo Mohon Tunggu... Freelancer - Co-Founder of Membangun Positivity

Orang biasa yang suka membaca, menulis, dan makan bubur yang tidak diaduk.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bersyukur Itu (Ternyata) Ilmiah

14 April 2020   13:20 Diperbarui: 14 April 2020   13:28 1828
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gratitude helps you fall in love with the life you already have.

Mengucap syukur membuatmu jatuh cinta kepada kehidupan yang kau miliki.

Indah ya. Mengucap syukur atas apa yang kita punya, atas apa yang terjadi di dalam kehidupan kita, apapun itu.

Saya jadi teringat pada ajaran Ibu saya sejak saya kecil dulu. Beliau bilang, saya harus belajar untuk bersyukur dalam segala hal, susah atau senang. Karena, Tuhan senang anak yang tahu bersyukur.

Setelah agak besar, Ibu saya menambahkan, kalau kita terbiasa mengucap syukur untuk hal-hal kecil yang Tuhan ijinkan terjadi di kehidupan kita, bayangkan bagaimana ungkapan syukur kita atas anugerah besar yang diberikan kepada kita.

Bersyukur adalah sebuah bentuk penghargaan atas apa yang bermakna bagi Anda. Tentunya kita tidak perlu membahas apa yang bermakna bagi seseorang karena itu sangat-sangat relatif.

Tapi tahukah Anda bahwa bersyukur itu telah terbukti secara ilmiah dapat meningkatkan fungsi otak dan kehidupan Anda?

Ada banyak bukti ilmiah aktual yang menunjukan bagaimana rasa syukur dapat mengubah otak Anda, membuat Anda lebih bahagia, meningkatkan sistem kekebalan tubuh Anda, membuat Anda lebih produktif, dan meningkatkan hubungan Anda.

Salah satunya, Dr. Emiliana Simon-Thomas, Ph.D, Science Director di UC Berkeley's Greater Good Science Center yang mengatakan "Dalam studi, setelah delapan minggu latihan, scan otak terhadap individu yang berlatih bersyukur memiliki struktur otak yang lebih kuat untuk kognisi dan empati sosial, serta bagian otak yang memproses reward". Emiliana adalah seorang leading expert dalam neuroscience dan psikologi mengenai compassion, kindness, gratitude, dan "pro-social" skills lainnya.

Ingin tahu apa yang terjadi di otak kita ketika kita bersyukur? Atau seperti apa otak orang yang terbiasa mengucap syukur? Apakah ada perbedaan dengan otak orang yang sering bersungut-sungut?

Sebuah studi yang dilakukan oleh National Institutes of Health di AS menemukan bahwa ketika Anda mengungkapkan kebaikan atau merasa bersyukur, hipotalamus membanjiri otak Anda dengan dopamin. Ini memotivasi Anda untuk berbuat baik dan mengungkapkan rasa terima kasih lebih banyak lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun