*Tak memakan makanan atau minuman kesukaan kita juga bisa bikin stress (belakangan ini ada sebagian dari kita yang jadi ragu untuk memesan makanan lewat aplikasi yang biasa itu karena kuatir tak menjamin bungkusnya bersih dan aman, walau sekarang ada pilihan terkait social atau physical distancing dengan cara meninggalkan makanan tersebut di depan rumah atau di lobby).
Masih banyak lagi hal-hal kecil yang bisa membuat kita stres, karena itu berlangsung terus untuk beberapa minggu, bahkan mungkin beberapa bulan mendatang.
Jadi jangan bilang anda tak bisa atau tak mungkin atau tak akan stres atau depresi. Tinggal di rumah untuk waktu yang lama itu bisa bikin stress kalau tidak disikapi dan diatasi dengan baik.
Saya baca sebuah artikel di harian The Telegraph kemarin yang mengatakan bahwa selama wabah ini, "Perilaku over-reaktif yang disebabkan oleh ketakutan itu biasa terjadi di kalangan masyarakat", sementara itu depresi, kecemasan, dan gangguan stres pascatrauma juga bermunculan.
Pada tanggal 23 Maret lalu, US CDC menerbitkan sebuah makalah di jurnal Emerging Infectious Disease mereka yang menekankan pada krisis kesehatan mental publik yang meningkat. Bahwa orang-orang berusaha keras untuk tetap positive di tengah wabah ini.
Para peneliti mengatakan bahwa informasi yang mengalir deras akhir-akhir ini melalui media sosial, termasuk juga informasi yang salah tentunya, menimbulkan risiko besar bagi kesehatan mental publik.
Lalu, jika anda stres apa akibatnya? Sebenarnya yang mild-mild saja tak terlalu terlihat, tapi jika anda test kondisi emosi anda, maka akan terukur anda sedang dalam kondisi stres atau tidak. Anda bisa ikuti tes onlinenya di sini: depression-anxiety-stress-test.org.
Selain terganggunya emosi, ada lagi hal-hal lain yang akan terganggu. Dan Anda pasti tak ingin itu terjadi pada anda. Yaitu, fungsi otak anda akan menurun saat stress.
*Kecerdasan anda akan menurun,
*kreativitas dan inovasi juga menurun.
*Kemampuan anda menemukan solusi juga menurun,
*bahkan kesehatan tubuh pun menurun.
*Menurut penelitian lagi: kalau kita stress, kecenderungan kita pada kebajikan pun menurun.
Setiap orang punya cara masing-masing untuk menghindari stress ketika harus berdiam di dalam rumah dalam waktu yang lama. Ada yang commit melakukan rutin hariannya, seperti bekerja dan belajar. Pada jam kerja dan sekolah, mereka tetap berlaku sebagaimana layaknya sedang bekerja dan belajar di kantor atau sekolah.Ada juga yang mengisi waktu dengan berolahraga dan berkesenian.Â
Lalu kalau menurut neuroscience, apa kiatnya agar tak stress tinggal di rumah. Ada 2 hal: