Tiga kemampuan dalam IPA yaitu: 1) Kemampuan mengetahui yang diamati; 2) kemampuan memprediksi apa yang belum diamati dan kemampuan untuk menguji tindak lanjut dari hasil eksperimen dan; 3) dikembangkannya sikap ilmiah. Â Siswa kurang antusias terhadap pembelajaran IPA karena mereka memahami konsep hanya dari membaca sehingga berdampak terhadap hasil belajar siswa rendah.
Permendiknas No.22 tahun 2006 tentang Standar Isi memberikan pengertian bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari- hari.
Hakekat IPA meliputi empat unsur, yaitu: (a) Produk pendidikan IPA berhubungan dengan sejumlah fakta, data, konsep, hukum, atau teori tentang fenomena alam semesta. Produk membekali siswa dengan seperangkat pengetahuan dan wawasan IPA, baik untuk kepentingan memahami peristiwa alam yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, (b) Proses merupakan kegiatan prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah. Metode ilmiah meliputi pengamatan, penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen, percobaan atau penyelidikan, pengujian hipotesis melalui eksperimen, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan.
Proses pembelajarannya IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Upaya supaya proses pembelajaran itu dapat dilaksanakan dengan pengamatan langsung mempunyai arti bahwa pesertadidik mengamati benda itu langsung atau benda itu dibawa ke dalam kelas.
IPA bukan merupakan materi untuk dihafal tetapi merupakan materi pemahaman terhadap gejala alam yang timbul maka pembelajaran IPA tentu saja tidak hanya dengan memberikan penjelasan-penjelasan kepada siswa. Terutama bagi siswa sekolah dasar dimana menurut perkembangan kognitifnya masih dalam tahap perkembangan operasional konkret yang membutuhkan pemahaman melalui benda- benda dan peristiwa secara konkret. Pembelajaran IPA setidaknya dapat menyajikan pembelajaran secara konkret baik melalui pembelajaran secara langsung pada objeknya maupun melalui media yang dapat dihadirkan di dalam kelas.
Untuk itulah diperlukan inovasi pembelajaran yang dapat diterapkan untuk mendorong terciptanya pembelajaran IPA dalam hal ini yang berkualitas yang berangkat dari pendekatan pembelajaran yang berpusat kepada siswa, dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran salah satunya adalah dengan memilih strategi atau cara dalam menyampaikan materi pelajaran agar diperoleh peningkatan prestasi belajar siswa khususnya pelajaran IPA. Misalnya dengan membimbing siswa untuk bersama-sama terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan mampu membantu siswa berkembang sesuai dengan taraf intelektualnya akan lebih menguatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang diajarkan.
salah satu model pembelajaran kooperatif tipe TGT ( Team Games Tournament ) dengan media audiovisual. Model ini merupakan salah satu tipe atau model kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement. Sementara Asyar (2012:73) mengungkapkan bahwa media audiovisual adalah media yang dapat menampilkan unsur gambar (visual) dan unsur suara (audio) secara bersamaan pada saat mengkomunikasikan pesan atau informasi.Â
Lebih lanjut juga dijelaskan bahwa media audiovisual terdiri dari: (1) Audiovisual murni yaitu baik unsur suara maupun unsur gambar berasal dari satu sumber seperti video kaset; (2) Audiovisual tidak murni yaitu unsur suara dan unsur gambarnya berasal dari sumber yang berbeda. Misalnya film bingkai suara yang unsur gambarnya berasal dari slide proyektor dan unsur suaranya berasal dari tape recorder. Hamdani (2011:249) juga menjelaskan bahwa media audiovisual akan menjadikan penyajian bahan ajar kepada siswa semakin lengkap dan optimal. Media ini juga dapat menggantikan peran guru, karena penyajian materi bisa digantikan oleh media dan guru bisa beralih menjadi fasilitator. Media Audiovisual dalam meningkatkan kualitas pembelajaran secara keseluruhan dengan latar belakang kemampuan dan karakteristik yang variatif
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H