Mohon tunggu...
Desma Rini
Desma Rini Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

saya desmarini, mahasiswa administrsi bisnis. anak kedua dari 4 bersaudara. obsesi baruku menjadi penulis, minimal bisa mencetak 1 buah buku tiap tahun,, :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mawar Terakhir

26 Desember 2012   19:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:59 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Waktu telah berjalan satu tahun, hubunganpercintaan Rangga dan Tasya sedikit renggang. Akhir-akhir ini Rangga sedikit menghindar dari Tasya. Rangga takut kekasih yang dicintainya menderita karenanya. Tasya cewek yang baik dan sangat pengertian dan menerima apa adanya Rangga. Hubungan mereka selama satu tahun belakangan ini berjalan begitu romantis dan selalu baik-baik saja. Namun karena sesuatu hal Tasya harus merasakan perlakuan lain dari biasanya oleh Rangga.

Sagi itu seperti biasa Rangga menemui sag kekasih di taman,tempat biasa mereka bertemu.

Tasya duduk disebelah Rangga. Kali ini muka Rangga sedikit pucat dan keringat dingin mengucur dipelipis mukanya. Rangga seperti tidak sehat. Namun beberapa hari lalu Rangga masih terlihat sehat dan energik. Sang cewek tidak pernah tahu tentang keadaan Rangga karena Rangga tidak memberi tahu tentang keadaannya. Ternya setelah dicek ke dokter, Rangga mengalami penyakit leukimia. Karena penyakitnya itu dengan berat hati Rangga memutuskan untuk meninggalkan Tasya.Tasya terlalu baik, Rangga pikir Tasya tak pantas untuk merasakan dan tahu atas apa yang dialaminya.

“beb,ubungan kita udahan aja ya,” satu kata yang terucap dibibir Rangga

Rangga pun langsung pergi meninggalkan Tasya. ranga tak ingin mendengarkan kata apapun dari Tasya.

Tasya tak percaya Rangga akan mengucapkan kata itu. Tasya kaget sekaget-kagetnya . tak pernah terbayangkan oleh Tasya akan mendengarkan kata-kata itu dari mulut Rangga. Adan sekarang Tasya harus mendengar kata itu. Tasya sedih dan sangat bingung. Setelah hari itu Tasya dan Rangga seperti kehilangan komunikasi. Tasya berulang kali menekan tombol hapenya –sama menelpon Rangga, namun nomor Rangga tidak aktif. Kala itu Rangga tengah terbaring melawan penyakitnya. Tasya bingung harus mencari Rangga kemana.

Tasya teringat masa-masa saat mereka masih sama-sama beberapa waktu lalu. Tepatnya di hari ulang tahun Tasya. Tasya mendapat banyak kado dari Rangga. Kado itu masih tersimpan dikamarnya dan sekarang saat Tasya kangen Rangga, ia hanya bisa memeluk dan melirik-lirik pemberian Rangga. Sekrang dalam pikiran Tasya Rangga, Rangga dan Rangga. Dan Ranggan nya tak tahu ada dimana. Tasya berusaha menelpon teman-teman terdekat Rangga yang dikenalinya. Namun hasilnya nihil temen-temen Rangga tidak memberikan jawaban. Rangga sengaja tidak memberi tahu kepada siapa pun tentang keadaannya, termasuk adik kesayangannya desty yang lagi studi di London. Hanya Ofal temen satu-satunya yang tahu tentangnya. Pesan Rangga Ofal tidak boleh memberi tahu siapa pun tentangnya. Ofal dan desty hubungannya sangat dekat. Ofal sering calling-calling, cahating juga emai-emailan dengan Resty. Suatu hari Ofal keceplosan saat Resty tanya kabar kakaknya. Akhirnya Ofal tidak bisa bohong lagi sama Resty. Resty pun tahu tentang keadaan kakaknya yang sekarang lagi sekarat melawan penyakitnya. Resty memberitahukan kepada Tasya tentang keadaan yang baru didapatnya.

Tasya langsung tersentak dan tak percaya dengan apa yang dikatakan Resty. Tanpa sadar air matanya menetes perlahan dipipinya. Tetesan itu makin lama semakin deras dan seperti tak terbendung lagi. Tasya sangat terpukul karena berita itu. Tasya langsung mengambil tas dan kunci mobilnya bergegas menuju rumah sakit tempat pembaringan Rangga.Diperjalanan perasaannyatak karuan sejuta rasa bersarang dibenaknya. Rasa sedih menyelimuti hati dan pikiran Tasya.

Diperjalanan jalannan macet, Tasya bingung. Pikirannya tambah tak karuan, pikirannya tentang Rangga makin menggunung. Tak lama handpone nya berbunyi. Telphon dari Resty, Tasya buru-buru mengangkatnya.

“Kak, kakak dimana?, buruan kak kesini” suara Resty gemetaran

“iya dek kakak menuju kesana nih, keadaan kak Rangga gimana sekarang?” jwab Tasya masih bingung

“buruan kakak, kak Rangga sekarat kak, dia manggil-manggil nama kakak terus.” Isak tagis mulai terdengar dari suara Resty

“iya dek, ini kakak mau buru-buru kesana”

Resty masih tetap terisak melihat keadaan Rangga. Dokter bilang keadaan Rangga sudah parah dan sulit untuk ditolong. Namun dokter berusaha menyembuhkan dan mencari alternative untuk kesembuhan Rangga.

Pintu kamar Rangga dibuka oleh dokter rResty langsung menghampiri dokter.

“dok, bagaimana dengan keadaan kakak saya?” sambil menatap dokter penuh pengharapan

“keadaannya kritis, kemungkinan sembuh sangat minim. Berdoalah untuk kesembuhannya” jawaban dokter tidak meyakinkan, air matanya kembali membasahi lekuk pipinya.

Resty masuk kedalam kamar Rangga. Resty melirik kakaknya yang terbaring lemah di pembaringan. Resty tak mampu berkata apa-apa, dia hanya bisa meratap dan berdoa untuk kesembuhan kakaknya. Infus terpasang diseluruh tubuh Rangga, tangan nya begitu dingin. Sosk Rangga sungguh tak berdaya. Beberapa menit berlalu, Tasya tiba di rumah sakit, Tasya lagsung menujukamar inap Rangga. Dimuka pintu Tasya mendapati Resty menagis tersedu-sedu ditemani Ofal yang baru datang setengah jam lalu. Sampai dimuka pintu Resty langsung memeluk Tasya yang sedari tadi ditunggunya. Tasya makin bingung dan heran. “Mana Rangga” pikirnaya. “Masuklah kak, kak Rangga didalam”seru Resty.

Dibukanya pintu perlahan, dipembaringan Tasya mendapati Rangga sedang terbaring lemah. Tasya pun masuk. Rangga hanyatersenyum melihat kedatangan Tasya. ditatapnya dalam-dalam raut kekasihnya, dipegangnya tangan Rangga. Tak ada kata yang mampu terucap. satu kata terakhir yang sempat terucap oleh Rangga “maafkan aku beb”. lalu Rangga pergi meninggalkan sosokkekasih yang sangat dikasihnya. Dipelukan Tasya Rangga mengakhiri nafasnya yang telah lelah karena digerogoti penyakitnya. terucap oleh Rangga “maafkan aku beb”. Tasya tak pernah terbayang kalau inilah saat terakhir melihat Rangga. Tasya tak percaya Rangga meninggalkannya seperti ini. Tasya ingat saat Rangga mengucapkan tidak akan meninggalkannaya. “Beb aku sayang kamu aku nggak akan ninggalin kamu” kata yang pernah diucapkan rama saat ulang tahun Tasya 3 bulan yang lalu.

Isak tangis tak terbendung lagi, tetesan air mata duka dan kehilangan kembali mengalir. Rangga pun dibawa pulang, semua menyangkut pemakaman rama diurus Resty. Semua hal pemakaman pun usai. Beberapa hari kepergian Rangga Ofal memberi sepucuk surat kepada Tasya titpan dari Rangga. Sebelum kepergiannya, Rangga telah menulis sepucuk surat buat Tasya. surat itu dititpkan kepada Ofal teman baiknya. Tasya membuka isi surat yang diberikan Ofal.

Dear my sweety Tasya

Salam rindu

Beb, saat kamu buka surat ini, mungkin aku udah nggak ada disamping kamu dan kamu lagi sedih tapi jangan terlalu sedih. Maafin aku ya beb, aku nggak bisa Ngabarin kamu, aku nggak mau kamu sedih. Tahukan air matamu bikin aku nggak karuan. Tu.. tuh.. tuh kan kamunya sedih ngelihat aku. Inget deh aku pernah bilangkan, aku nggak akan ninggalin kamu. Aku sayang banget sama kamu. Beb, kamu yang tabah ya, ini aku titipin 1 tangkai mawar buat kamu juga Ofal buat kamu. Kamu kalau kangen aku ambil aja mawar merah ini. Aku akan nemeninkamu. Percaya deh aku slalu ada buat kamu. Tapi kamu jangan sedih ya. Senyum donk.

Love you beb..

So much

From you’r honey

Rangga

Tasya langsung mengambil mawar merah itu dan menciuminya seraya menutup surat Rangga, usai menbaca surat Rangga senyuman perlahan terpancar dipipi Tasya. senyum itu awl Tasya bangkit dari tangisnya akhir-akhir ini. Berhari-hari Tasya meratapi kepergian Rangga hingga Tasya sadar ia nggak boleh terus-terusan bersedih dan mengurung diri dari orang-orang termasuk dari Ofal dan Resty. Akhirnya Tasya menjalani hidupnya yang baru dengan Ofal. Kehidupannya penuh warna. Canda tawa selalu hadir dalam setiap perjalanan kehidupan Tasya Ofal. Rangga tersenyum dari jauh melihat kemesraan mereka, Rangga pun tenang meninggalkan Tasya dipelukan Ofal. Resty selesai meneruskan studi nya dan menjalin hubungan dengan salah seorang temannya saat studi di London. Kehidupan mereka pun bahagia. Rangga cukup tenang meninggalkan orang-orang yang disayanginya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun