Mohon tunggu...
Desma Rini
Desma Rini Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

saya desmarini, mahasiswa administrsi bisnis. anak kedua dari 4 bersaudara. obsesi baruku menjadi penulis, minimal bisa mencetak 1 buah buku tiap tahun,, :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ketidakpastian Bikin Mendung Hatiku

22 Desember 2012   19:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:11 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hari yang cerah, sang mentari perlahan menampakkan cahayanya. Kicauan burung dan hembusan angin pagi menambah indah dan nyamannya suasana pagi. Namun suasana pemikiran Risma pagi ini tak secerah mentari yang menyinari pagi. Hari-hari Risma sudah terlalu sibuk urusan kampus. Perkuliahan dan agenda diluar kampus menjadi makanan hariannya. Akhir-akhir ini kegiatan kampus sudah terlalu padat. Banyak agenda yang sudah terjadwal. Risma mahasiswa yang cukup bijak dan profesional. Cukup axis didunia organisasi baik di dalam kampus maupun diluar. Dan pagi ini agenda dadakan Risma, semalam Risma dikonfimasi temannya Tere untuk menjadi panitia pelaksana dalam event organizer yang diselenggarakan kakak tingkat semester 5.Event yang cukup besar dan bisa terbilang wah, dengan jumlah peserta lebih dari 100 orang peserta. Dari namanya saja “event organizer” udah terlihat dan terbayang acaranya megah dan mewah. Kala itu Risma dan temannya Tesya berada di ruang bawah gedung kampus. Tere datang, Risma dan Tesya menghampiri dan be"rtanya. “

“re, gimana event nya nih,” tanya Risma makin mendekati Tere.

“ gini ma, besok kita diundang kakak tingkat buat bantu kak dea, itu kakak tingkat semester 5. Kan mereka bakal ngadain event tuh. Jadi mereka kekurangan panitia. Makanya dia minta bantu Tere buat nyari temen, Tere pikir Risma bisa. Makanya tadi malam Tere sms. Terserah Risma mau ajak temen siapa” jawabnya panjang lebar, mencoba menjelaskan.

Risma, manggut-manggut seolah mengerti dan menyanggupi kata-kata Tere.

Tesya menyambung obrolan,

“oke tuh, jawabnya sambil kegirangan. Anak satu ini bisa dibilang cukup axis dan paling hobby soal beginian. Jadi tidak mengherankan tingkahnya terlukis kegirangan.

“ oh gitu ya,” ungkap Risma sambil angguk-angguk

“iya ma, makanya kita disuruh rapat tentang prosedurnya nanti.” Jawab Tere

“o iyalah kalau gitu.”

Kami pun menunggu kakak tingkat. Katanya rapat, tapi ruamg rapatnya belum pasti dimana. Kakak tingkatnya pun tidak kelihatan satupun. Yang kukenal kak dea, dan dia tak ku dapati sejak sampai dikampus beberapa menit yang lalu. Padahal pukul sudah menunjukkan jam 07:30, setengah jam berlalu dari pukul yang dijanjikan. Agak sedikit kesal dengan perlakuan mereka, padahal mereka yang membutuhkan kami. Namun, Risma dan temen-temen yang lain berusaha sabar menunggu. Yang lain ada yang berusaha menghubungi salah satu kakak tingkat. Risma dan Tesya merasa lama menunggu dan berinisiatif kekantin buat sarapan pagi. Risma dan Tesya pamit sama Tere lalu pergi kekantin belakang kampus.

“Re, kita kekantin dulu ya, mau cari makanan buat sarapan” ujar Tesya seraya pamit sama Tere

“ikut kak,” ujar Risma sama kak Resti teman sekelas Tere

“nggak la dek, duluan lah ya”

“oke deh, nanti kalau udah mau mulai jangan lupa sms ya” jawab Risma seraya meninggalkan mereka

“sipp dek” ujar kak Resti sambil ngacungkan jempol.

Dan mereka asyik berbincang-bincang, Risma dan Tesya langsung menuju kantin.

Tak lama, beberapa menit telah berlalu. Risma dan Tesya menuju gedung kampus, di parkiran mereka bertemu kak Resti.

lo.. kak mau kemana?” Ujarku agak bingung

“kakak mau ke bank dulu dek, ada yang mau diurus. Kayaknya masih lama nih” kata kak Risma udah siap mau mengenarai sepeda motornya

“O gitu, nanti kakak kesini lagikan?”

“Kemungkinan dek, kalau urusannya cepat selesai.”

“Ya udah kak, hati-hati ya.”

“Iya dek.”

Lalu Risma dan Tesya masuk kedalam gedung. Naik ketingkat atas dan langsung menuju ruang sebelah prodi adm. Di ruangan itu sudah ada kakak-kakak tingkat dan dosen pembimbingnya memberi arahan. Tere sudah berada di ruangan itu. Risma dan Tesya mengikuti rapat itu. Berusaha menceburi dan memahami isi pembicaraan. Pembincangan yang cukup menarik dan butuh pemahaman. Perbincangan cukup lama berlangsung dan akhirnya selesai. Semua bubar, Risma, Tesya dan Tere juga.

Dilantai dasar Risma dan Tesya duduk bertiga bersama Tere. Tak lama ketua organizer tak lain kak dea lewat dan menghampiri kami.

“dek, nanti adek ikuti aja kakak yang lain kerja, kakak sibuk ni. Adek gag apa-apa kan kakak tinggal. Besok adek sebagai penyambut tamu dan pake baju melayu. Kakak buru-buru ni dek.” Kak dea dan Tere langsung meninggal kami.

Risma sedikit kesal dengan pelakuan yang kurang nyaman ini.

Besoknya Risma kekampus, semula ada keraguan dihati atas tugas nanti di saat acara. Namun keraguan itu bisa ditepis Risma dengan mengeraskan pikiran lalu menuju kampus. Sampai dikampus Risma lansung ke ruang pembukaan acara, tepatnya disebuah ruangan. Aku langsung disuruh mengambil bad name dan aku tertegun saat melihat banyak teman ku yang lain sudah berkumpul. Kebingunganku masih ada, “ini sebenarnya apa yo” pikirku. Risma berbincang dan menyapa yang lain. Kakak-kakak yang lain pun masih sibuk berbincang tentang pengesetan acara dan prosedur yang lainnya. Kinipun pikir Risma makin menjadi. “ini sebenarnya apa ya?”, lagi-lagi Risma mikir tentang keadaan yang ada didepan matanya. Ini tidak jelas, begitulah yang terpikir oleh Risma tentang kebingungan dan ketidakpastian.

Peserta sudah berkumpul, dosen-dosen bahkan sponsor-sponsor pun sudah hadir di ruang acara. Namun acarapun belum dimulai dan waktu sudah menunjukkan pukul 09:00. Tak lama acara dibuka dan kemudian mcnya minta susunan acara. Eh ternyata susunan acaranya tidak ada. Panitia inti saja di tanya tidak tahu,apalagi Risma yang dadakan jadi panitia, sama sekali tidak mengerti. Sejak awal acaranya tidak jelas namun Risma berusaha menceburi dan diikuti intruksi-intruksi yang dikasi.

Banyak keluhan yang diterima Risma dari orang tua dan wali dari peserta. Setiap melewati para orang tua peserta ada saja komentar mereka. Mereka kecewa dengan kerja panitia yang tidak terorganisir dan sangat berantakan. Sampai-sampai ada salah satu panitia yang nangis, kareana ocehan mereka. Ini jelas memberi efek yang buruk, bukan saja buat acara ini, kampus, dosen, terutama panitia.

Bahkan juri lomba juga complaint. “oh tidak dimana-mana complaint” pikir Risma. Namun panitia dan ketua tetap semangat menyelesaikannya. Walau ocehan dan gerutuan terdengan memancing dimana-mana. Risma merasa muak dengan keadaan ini dan bahkan muak sekali. Rasa menghargai dan kekompakan mereka sangat minim hingga akhirnya berjalan berantakan dan tidak terorganisir. Sedang Risma tidak mengetahui persis tentan g acara tidak bisa berbuat banyak. Untuk menghilangkan kebingungan dan menaggapi tanggung jawab, Risma menuju dari satu lomba ke lomba yang lain. Berusaha melakukan hal yang bisa dan akhirnya acaranya finish. “oh tuhan, aku bingung. Akunya mau ngapain ya?” Kali ini acaranya belum selesai.

Terbesit keinginan Risma buat pulang, dan Tesya sedikit menolak karena acaranya belum selesai. “ya sudahlah” pikir Risma. Risma duduk dan menenagkan kehiruk-pikukkan pemikirannya.

Beberapa saat kemudian adzan zhuhur berkumandang. Risma menuju tempat ibadah terdekat untuk menunaikan kewajiban lima waktu. Selesai sholat dan makan siang kami melanjutkan kembali acara yang tersebut. Risma seperti kehilangan semangat melanjutkan acara itu, berat rasanya melangkahkan kaki kembali menuju kampus. Namun, Risma berusaha mengeraskan hati untuk kembali mengikutinya

Sampai dikampus Risma kembali bingung, tak tau apa yang harus dilakukan. Namun Tesya begitu antusias menjalaninya. Aku hanya duduk diam memperhatikan tingkah masing-masing orang yang ada diruangan perlombaan. Aku dengarkan ocehan rasa kecewa atas kerja ketua panitia yang ego dan tidak mau kerjasama. Padahal panitia intinya yang apatis dan tidak antusias dalam kerja. Banyak pesan yang disampaikan kakak panitia kepada Risma dan menjadi bahan pelajaran untuk nantinya. Berkat kesabaran Risma, acara hingga selesai diikutinya. Butuh kesabaran untuk menghadapi apa pun. Risma memetik banyak hikmah dari kejadian yang alaminya hingga selesai acara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun