Mohon tunggu...
Deslina Hulu
Deslina Hulu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya Suka mendengar dan melakukan hal-hal yang baru. Suka mendengar perdebatan dan suka berdebat. Selalu terheran-heran dengan orang-orang yang bisa berbuat sesuatu tanpa ada rasa takut, percaya diri.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Sok Suci Itu, Asikk!

7 Desember 2022   15:29 Diperbarui: 7 Desember 2022   15:53 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Angel di umurnya yang ke-20 tahun, baru menyadari bahwa kehidupannya selama ini dipenuhi dengan dosa. Salah satu dosa yang ia nikmati sejak kecil ialah, membohongi dirinya sendiri.  Ya, tepatnya di umur 5 tahun, ia sudah terbiasa menutupi segala kesalahannya, dengan cara berbohong "Sok suci" didepan banyak orang. 

Angel yang sejak kecil sudah diajari untuk rajin beribadah (Sekolah Minggu), berdoa dan diajarkan oleh orangtua dan lingkungan untuk tidak pernah melakukan kesalahan atau dengan kata lain, angel harus memberikan yg terbaik, disetiap yg ia kerjakan. 

Suatu hari, angel melakukan kesalahan, kesalahan yang ia lakukan simpel, tetapi karena angel udah terbiasa dilatih untuk tidak boleh melakukan kesalahan. Maka angel sangat ketakutan. Ketika dia ditanya, ia gugup dan menunduk. Yang ia pikirkan adalah bagaimana caranya agar ia tidak mengecewakan orang-orang sekitar nya atas perbuatan nya. 

Maka satu hal yang terlintas di benaknya, ialah ia mengelakkan dirinya dari kesalahan yang sudah ia lakukan. Tujuannya, supaya ia tidak disalahkan. Karena perasaan takut itu, angel berbohong. Dan Alhasilnya  orang-orang membela dia. Melihat tindakan ini, angel merasa ada di zona aman. Karena pikiran yang mengarahkan dia untuk berbohong, ia bisa selamat dari kesalahan nya. 

Tindakan ini menjadi satu memory yang disimpan oleh angel dalam hidupnya. Sehingga ketika ia berbuat kesalahan, metode "Berbohong" terus ia gunakan untuk membela diri nya sendiri dari orang banyak atau sekitarnya. 

Hari demi hari,  ia menikmati kebohongan itu, berpura-pura suci, kudus, calm, menurut, supaya dimata orang-orang, ia adalah anak yang patut ditiru. Kebohongan menjadi salah satu bagian dari hidupnya. Kebohongan menurut dia, mengasikkan, asikkk, sebab itu dia continue melakukan nya. Berpura-pura, memakai topeng, bagi dia mengasikkan. Dan hal ini, terus menerus ia nikmati hingga di umurnya yang ke-19 tahun. 

Dari kisah diatas, penulis ingin menggambarkan, demikianlah kehidupan  orang-orang Kristen saat ini. Berpura-pura menutupi kesalahan dengan cara melakukan kebohongan agar terlihat baik dan kudus didepan banyak orang. 

Apalagi  bagi para pelayan. Mereka melayani Tuhan dan disaat yang sama juga mereka melakukan  kesalahan yang tidak dikehendaki Tuhan. Tetapi banyak para pelayan, ketika melakukan kesalahan, mereka berusaha menutupi dengan cara rajin melayani. 

Artinya, yang terpenting bagi mereka bukan seberapa besar pengaruh pelayanan mereka kepada jemaat, tetapi yang mereka lihat  ialah bagaimana mereka, sifat dan kebaikan mereka di anggap baik oleh sesama mereka. Berpura-pura suci, karena bagi mereka Sok Suci itu, Asik. Menguntungkan bagi beberapa orang.  

Padahal, ada banyak kebobrokan yang disimpan, ada banyak sampah yang busuk didalamnya. Tetapi, demi terlihat baik banyak orang menggunakan topeng "Sok Suci / berpura-pura". Berpura-pura, bersandiwara,merupakan salah satu dari akibat Dosa. Dosa bercabang-cabang di dalam diri manusia dan penyebaran sangat begitu cepat. Ketika melakukan sekali akan ketagihan sampai selamanya.  Tidak heran, jika banyak orang menikmati dosa masing-masing. Dan berpura-pura seolah-olah tidak melakukan kesalahan, karena bagi mereka *Sok Suci Itu lebih mengasiiiikkkan*! 

Karena itu, bagaimana selayaknya kita sebagai orang-orang percaya. Berhentilah menikmati dosa sandiwara, katakanlah alakadarnya, seadanya. Seperti yang dikatakan dalam Matius 5:37 " Jila Ya, hendaklah kamu katakan Ya, jika tidak hendaklah kamu katakan tidak, Apa yang lebih daripada itu berasal dari sijahat ".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun