Satu yang saya suka dari novel ini adalah kali ini pengaran tidak melulu berpusat pada Tan Malaka. Ia juga membagi kisah-kisah para aktivis PARI yang lain. Bahkan Sukarno dan Hatta memiliki tempat khusus di novel ini.
Kelemahannya adalah jalan ceritanya jadi jauh lebih rumit daripada pendahulunya. Jadi, saran saya ada baiknya membaca Tan: Sebuah Novel atau literatur sejarah pemberontakan 1926-1927 biar bisa langsung paham jalan ceritanya.
Over all, saya suka novel ini. Tan: Gerilya Bawah Tanah ibarat eksklopedia mini dari banyak pahlawan kemerdekaan lain yang terlupakan oleh sejarah bangsa kita. Tampaknya, pengarangnya mencoba memberikan tempat yang layak bagi mereka. Dan menurut saya, upaya ini lumayan berhasil. Minimal buat saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H