Mohon tunggu...
deska mulyana
deska mulyana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Gunadarma

Mahasiswa aktif yang memiliki minat di bidang teknologi informasi

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Gunung Agung Gulung Tikar, Gramedia dan Kawan-Kawannya Bagaimana?

4 Juli 2023   10:18 Diperbarui: 4 Juli 2023   10:25 776
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Toko buku Gunung Agung, sebuah legenda yang telah eksis selama tujuh dekade terakhir, akhirnya harus menyerah dan menutup semua gerainya di tahun ini. Sayangnya, bukan hanya Gunung Agung, tetapi juga beberapa toko buku lainnya seperti Books and Beyond Togamas dan Aksara mengalami nasib serupa. Apakah ini pertanda senja bagi toko buku? Apakah minat orang membeli buku fisik telah menurun? Ataukah ini akibat disrupsi teknologi dan dampak dari pandemi?

Memang, ada beberapa faktor yang berperan dalam kondisi sulit yang dihadapi oleh toko-toko buku. Pertama, pada saat-saat seperti ini, ketika kegiatan ekonomi terhambat, sulit bagi individu untuk mengunjungi toko buku secara fisik, sehingga penjualan menurun. 

Selain itu, terjadi penurunan omzet penerbit lebih dari 50%, dengan jumlah judul buku yang diproduksi turun drastis dari 13.757 pada tahun 2019 menjadi 7.382 pada tahun berikutnya.

Perkembangan teknologi digital juga menjadi faktor yang signifikan. Buku elektronik atau ebook semakin populer dan telah menggoda minat pembaca untuk beralih dari buku fisik ke buku digital. 

Sebuah laporan dari perusahaan teknologi analisis data asal Prancis pada tahun 2020 menunjukkan bahwa pandemi COVID-19 telah menyebabkan penurunan nilai pasar penerbit buku global dari 92,8 miliar dolar AS pada tahun 2019 menjadi 85,9 miliar dolar AS pada tahun 2020. 

Namun, meskipun adanya buku digital, hasil survei menunjukkan bahwa sekitar 85% masyarakat Indonesia masih lebih menyukai buku fisik. Pembaca masih menghargai pengalaman emosional membaca buku fisik, dan preferensi ini berbeda-beda antara individu.

Selain itu, kondisi industri buku yang belum kondusif juga berperan dalam tantangan yang dihadapi oleh toko-toko buku. Masalah pembajakan buku masih marak, dengan buku digital bajakan yang beredar dan dijual secara ilegal di berbagai platform e-commerce. Para pecinta buku pun mulai bergantung pada toko buku online, meningkatkan kompleksitas persaingan di dalam industri ini.

Namun, meskipun kondisinya sulit, masih ada peluang bagi toko buku untuk tetap eksis dan berkembang. Beberapa strategi dapat diterapkan. Salah satunya adalah menjadikan toko buku sebagai ruang komunitas, dengan mengadakan kegiatan seperti forum diskusi, pertemuan penulis, peluncuran buku, kelas menulis, dan bahkan pembacaan puisi. 

Dalam hal ini, toko buku tidak hanya menjadi tempat berjualan buku, tetapi juga menjadi pusat interaksi dan kegiatan bagi para pembaca dan penulis.

Selain itu, penggunaan strategi pemasaran melalui media sosial juga menjadi kunci penting. Toko buku perlu mengembangkan kehadiran mereka di platform digital dan memanfaatkan media sosial untuk menarik minat pembaca potensial. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun