Semua perubahan yang ada dunia sudah mulai terlihat. Dimulai dari perkembangan teknologi yang meningkat secara signifikan pada beberapa tempat bahkan sampai dalam pemenuhan kebutuhan.Â
Penulis telah menyinggung topik sebelumnya tentang kelangkaan dalam kehidupan manusia secara tidak langsung mendorong individu untuk selalu mencari solusi alternatif untuk bisa menyelesaikan permasalahan ekonomi mereka. Kehadiran pelaku UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) menjadi penyeimbang kehidupan ekonomi kita.Â
Seperti yang kita ketahui bahwa UMKM dipecah menjadi 3 bidang usaha yaitu Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah. Usaha mikro dikelola secara mandiri oleh keluarga atau individu dengan sumber daya yang terbatas.Â
Contoh dari usaha mikro yaitu warung makan, toko kelontong, berjualan cemilan dan minuman, dsb. Dilanjut dengan usaha kecil yang cakupannya setingkat lebih luas daripada usaha mikro dan dikelola oleh individu atau badan usaha seperti usaha toko celana, toko baju, bengkel, salon, percetakan/fotocopy memiliki beberapa jenis diantaranya di bidang kuliner, fashion, pertanian, kecantikan, dsb.Â
Terakhir dari usaha menengah sudah mempunyai cabang baik langsung maupun tidak langsung. Contohnya restoran, franchise, jasa bimbingan belajar, dsb. Sebenarnya untuk memudahkan penggolongan jenis usaha ini bisa menurut depkop.go.id dalam artikel Dinas Koperasi UKM Kabupaten Kulon Progo dikatakan bahwa kriteria UMKM yaitu:
1. USAHA MIKRO : ( Aset )Maks. 50 Juta, (Omset) Maks. 300 Juta
2. USAHA KECIL: (Aset )> 50 Juta - 500 Juta, (Omset) > 300 Juta - 2,5 Miliar
3. USAHA MENENGAH : (Aset) > 500 Juta - 10 Miliar, (Omset) > 2,5 Miliar - 50 Miliar
 Eits, para pengusaha UMKM tidak serta-merta membuat usaha ngasal loh. Mereka juga harus berpikir kira-kira produk apa yang bisa laku di pasaran. Maka dari itu lahirlah materi Masalah Ekonomi Klasik dan Modern.Â
Jujur, penulis kurang merasa sreg dengan istilah "Masalah Ekonomi Klasik dan Modern" karena yang dijabarkan berupa pertanyaan-pertanyaan yang cenderung merencakan jenis usaha apa yang bisa dilakukan. Penulis lebih nyaman dengan penyebutan "Perumusan Masalah Ekonomi" karena lebih nyambung dan tidak memberikan perspektif yang ambigu. Perumusan masalah ekonomi klasik ada tiga, yaitu:
- Masalah produksi, produsen yang menjadi pelaku ekonomi ini harus mengetahui barang atau jasa yang sekiranya dibutuhkan oleh masyarakat agar terpenuhi kebutuhannya.
- Masalah distribusi, dalam hal ini distributor diharapkan mampu mendistribusikan produk dengan baik agar sampai kepada komsumen yang membutuhkan.
- Masalah konsumsi, ketika barang atau jasa sudah sampai kepada konsumen maka perlu dilihat lagi pertimbangan konsumen selanjutnya, apakah barang tersebut dibuang saja karena tidak sesuai kemauannya atau justru digunakan dengan sebaik-baiknya. Kalau tidak sesuai kebutuhannya, maka produsen perlu menanggapi tanggapan atau saran konsumen. Selain itu konsumen juga harus mempunyai input yang cukup agar bisa membeli output yang dibutuhkan.
Sedangkan perumusan masalah ekonomi modern, yaitu:
- Barang apa yang harus diproduksi? (Apa/What)
- Bagaimana cara memproduksinya? (Bagaimana/How)
- Untuk siapa barang diproduksi? (Siapa/For Whom)
UMKM di Indonesia sudah mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini terlihat pula dengan berbagai jenis UMKM yang ditemui di kota besar. Peningkatan jumlah UMKM ini diiringi dengan tersedianya kemajuan teknologi dan sumber daya manusia yang berkembang. Namun penulis menyoroti bahwa ada beberapa jenis UMKM yang tidak semuanya menggunakan teknologi canggih yang bisa dikerjakan dengan mesin dan manusia hanya menjalankan mesinnya saja, contohnya ukiran, tenun, dsb.Â
Melihat prosesnya yang tidak gampang dan tidak bisa selesai dalam waktu sehari atau dua hari. Oleh karena itu harga yang dipatok pun cukup mahal mengingat UMKM ini sebanding dengan tenaga yang sudah dikeluarkan dan tidak semua orang mempunyai skill yang dibutuhkan.Â
Akan lebih baik kalau jenis UMKM yang pengerjaannya rumit ini bisa mempromosikan lebih banyak ke media sosial sekaligus untuk membentuk personal branding. Karena penulis menyadari hanya akun kuliner, fashion, dan kecantikan lebih banyak ditemukan daripada akun-akun UMKM ukiran atau tenun seperti ini. Jadi untuk kedepannya para pelaku UMKM bisa menggencarkan produknya melalui akun sosmednya agar mudah dikenal orang-orang.Â
UMKM juga memiliki kontribusi dalam kehidupan masyarakat yaitu membantu penyerapan tenaga kerja. Sudah kita ketahui sebelumnya kalau Indonesia termasuk negara yang penduduknya banyak akan tetapi pekerjaan diluar sana terbatas sehingga dengan kehadiran UMKM ini diharapkan mampu menyerap tenaga kerja yang ada Indonesia dari membuka lapangan pekerjaan.Â
Dari sisi tenaga kerja juga merasa diuntungkan karena mendapatkan ilmu sekaligus uang honor. Perekonomian Indonesia tidaklah lepas dari kontribusi serta peran UMKM karena bisa membantu menyelamatkan Indonesia dari krisis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H