Mohon tunggu...
Desita Putri Ramadani
Desita Putri Ramadani Mohon Tunggu... Penulis - Universitas Mulawarman

S1 Pendidikan Ekonomi - Universitas Mulawarman

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Ekspoitasi dalam Media Sosial

8 Juli 2024   14:59 Diperbarui: 8 Juli 2024   15:31 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://biliktekno.com/

Media sosial menjadi kata yang tidak asing bagi beberapa kalangan termasuk kalangan anak muda. Bagaimana tidak, setiap hari kita selalu mengonsumsi berbagai informasi yang telah ditemukan. Informasi tersebut berupa video, gambar, teks, bahkan dalam bentuk audio. Individu telah menjalani aktivitas ini sebagai bagian dari schedule tak terduga.

Setiap hari orang-orang terpapar dengan informasi yang didapat melalui media sosial. Tentu ini menjadi dampak yang positif karena kita menjadi tidak ketinggalan sesuatu yang lagi happening.

Selain itu membantu memudahkan mereka untuk belajar sesuatu yang baru dengan otodidak. Kita tidak perlu repot-repot mencari mentor atau pengajar mata Pelajaran tertentu, cukup dengan mengetik kata kunci "Materi Ekonomi SMA kelas X" langsung keluar berbagai penjelasan materi dalam bentuk tulisan bahkan video penjelasan di youtube. Keren sekali, bukan?

Kemudahan dalam mencari berbagai informasi pun telah menjadi indikator terjadinya globalisasi. Kita bisa mencari berbagai informasi dari berbagai penjuru dunia. Dibalik banyaknya dampak positif yang kita terima, ternyata ada pula dampak negatif yang harus kita terima.  

Kemudahan dalam mencari berbagai informasi pun telah menjadi indikator terjadinya globalisasi. Kita bisa mencari berbagai informasi dari berbagai penjuru dunia. Dibalik banyaknya dampak positif yang kita terima, ternyata ada pula dampak negatif yang harus kita terima.

https://media.suara.com/pictures/original/2018/08/09/82707-anak-main-media-sosial.jpg
https://media.suara.com/pictures/original/2018/08/09/82707-anak-main-media-sosial.jpg

Perkotaan menjadi tempat yang paling banyak ditemukan pengguna media sosial karena disana terdapat banyak kemudahan akses internet mulai dari mudahnya membeli kuota, harga kuota terjangkau, serta beberapa tempat berkumpul yang memberikan layanan wifi gratis.

Selain itu, perkotaan padat akan penduduk. Wajar saja, bayangkan kalau penduduk padat di daerah pedalaman. Apakah kita sanggup dengan berbagai rintangan melewati hutan, sungai, jalanan rusak, susahnya membeli kebutuhan hidup? Mungkin hanya beberapa orang saja yang tahan.

Itulah mengapa, banyak individu lebih nyaman tinggal di daerah perkotaan karena segala sesuatunya menjadi mudah dari berbagai aspek kehidupan. Harus kita sadari pula, dalam hidup terjadi keseimbangan. Kalau ada positif, maka negatif biasanya selalu ada. 

Maka dampak negatif pun ada juga dalam menggunakan media sosial ini. Kita menjadi ketergantungan dengan internet. Merasa gelisah kalau tidak menyalakan wifi atau data selulernya. 

Selain itu terjadi eksploitasi diri kita dalam menggunakan media sosial. Adapun bagian yang di eksploitasi yaitu eksploitasi waktu, tenaga, pikiran, bahkan sampai ke penggunaan wifi atau paket internet. 

Berbicara soal wifi atau paket internet, artinya ada input berupa uang. Berapa banyak input yang sudah kita keluarkan hanya untuk melihat sesuatu yang tidak memiliki dampak positif dari diri kita?

Harus kita sadari pula, dalam hidup terjadi keseimbangan. Kalau ada positif, maka negatif biasanya selalu ada. Maka dampak negatif pun ada juga dalam menggunakan media sosial ini. Kita menjadi ketergantungan dengan internet.

Tidak hanya sampai disitu, eksploitasi ini jelas menguntungkan oknum kapitalis sayap kanan. Kalian membuang uang untuk membeli kuota internet, kemudian mencari informasi artis yang terkenal akan perilaku negatifnya. Artisnya menjadi terkenal, banyak orang mengetahuinya.

Sedangkan kita? Kita sudah membantu membuat seseorang yang tidak ada manfaatnya menjadi terkenal. Ketika nama artis tersebut melambung tinggi maka akan banyak yang membicarakannya. Lalu tiba-tiba banjir tawaran endorse dari berbagai brand karena mampu mempengaruhi banyak orang. 

Orang-orang menjadi berbondong-bondong datang ke akun Instagram dan mengklik "follow". Kemudian pengikut meningkat dengan signifikan. Inilah momen yang dimanfaatkan brand untuk mengeksploitasi kita semua. Termasuk artis atau selebgram yang terkenal karena keviralannya.

Menjadi kesadaran kita bersama untuk menyaring berbagai informasi. Kalau informasi tersebut negatif, maka cukup tahu saja dan bisa di skip. Kalau dilanjutkan, maka dikhawatirkan orang-orang menjadi ikut-ikutan dan mengikuti influencer tersebut. Jadi, cukup sampai disitu saja dan teruslah mencari informasi yang positif dan bermanfaat. Jadilah netizen yang bijak memilah informasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun