Selain itu terjadi eksploitasi diri kita dalam menggunakan media sosial. Adapun bagian yang di eksploitasi yaitu eksploitasi waktu, tenaga, pikiran, bahkan sampai ke penggunaan wifi atau paket internet.Â
Berbicara soal wifi atau paket internet, artinya ada input berupa uang. Berapa banyak input yang sudah kita keluarkan hanya untuk melihat sesuatu yang tidak memiliki dampak positif dari diri kita?
Harus kita sadari pula, dalam hidup terjadi keseimbangan. Kalau ada positif, maka negatif biasanya selalu ada. Maka dampak negatif pun ada juga dalam menggunakan media sosial ini. Kita menjadi ketergantungan dengan internet.
Tidak hanya sampai disitu, eksploitasi ini jelas menguntungkan oknum kapitalis sayap kanan. Kalian membuang uang untuk membeli kuota internet, kemudian mencari informasi artis yang terkenal akan perilaku negatifnya. Artisnya menjadi terkenal, banyak orang mengetahuinya.
Sedangkan kita? Kita sudah membantu membuat seseorang yang tidak ada manfaatnya menjadi terkenal. Ketika nama artis tersebut melambung tinggi maka akan banyak yang membicarakannya. Lalu tiba-tiba banjir tawaran endorse dari berbagai brand karena mampu mempengaruhi banyak orang.Â
Orang-orang menjadi berbondong-bondong datang ke akun Instagram dan mengklik "follow". Kemudian pengikut meningkat dengan signifikan. Inilah momen yang dimanfaatkan brand untuk mengeksploitasi kita semua. Termasuk artis atau selebgram yang terkenal karena keviralannya.
Menjadi kesadaran kita bersama untuk menyaring berbagai informasi. Kalau informasi tersebut negatif, maka cukup tahu saja dan bisa di skip. Kalau dilanjutkan, maka dikhawatirkan orang-orang menjadi ikut-ikutan dan mengikuti influencer tersebut. Jadi, cukup sampai disitu saja dan teruslah mencari informasi yang positif dan bermanfaat. Jadilah netizen yang bijak memilah informasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H