Sebanyak 204,2 juta pemilih akan menentukan nasib bangsa selama lima tahun ke depan. Pemilu ini juga akan menghadapi sejumlah tantangan, seperti polarisasi politik, politik identitas, dan hoaks.
Namun, pemilu ini juga memiliki peluang untuk memperkuat demokrasi Indonesia. Pemilu ini dapat menjadi sarana untuk meningkatkan partisipasi politik masyarakat, terutama generasi muda. Pemilu ini juga dapat menjadi ajang untuk memilih pemimpin yang berintegritas dan memiliki visi yang jelas untuk masa depan Indonesia.
Pemilihan presiden dan wakil presiden adalah salah satu agenda utama dalam pemilu serentak 2024. Pemilihan ini akan sangat menentukan arah pemerintahan Indonesia selama lima tahun ke depan.
Pemilihan presiden dan wakil presiden biasanya menjadi ajang persaingan yang ketat antara dua pasangan calon, kali ini tiga pasangan calon yang tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan pada masing-masing calon. Persaingan yang ketat ini dapat memicu polarisasi politik.
Apa itu polarisasi politik?
Polarisasi politik mengacu pada situasi di mana masyarakat terbagi menjadi dua kutub yang berlawanan dalam hal pandangan dan dukungan politik. Hal ini dapat terjadi karena berbagai faktor, seperti perbedaan ideologi, agama, etnis, atau bahkan isu-isu politik tertentu.
Dampak dari polarisasi politik dapat memiliki dampak yang negatif terhadap masyarakat, antara lain:
Menurunnya toleransi dan saling pengertian. Ketika masyarakat terpecah belah, mereka cenderung lebih mudah untuk mendemonisasi dan membenci kelompok lain.
Meningkatnya ketegangan dan konflik. Polarisasi politik dapat menciptakan suasana ketegangan dan meningkatkan potensi terjadinya konflik, bahkan kekerasan; melumpuhkan proses demokrasi: Ketika kelompok-kelompok politik tidak dapat bekerja sama, hal ini dapat menghambat proses demokrasi dan membuat sulit untuk mencapai kesepakatan tentang kebijakan publik.
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan polarisasi politik antara lain:
Media sosial. media sosial dapat memperkuat echo chambers, di mana orang-orang hanya terpapar informasi yang sejalan dengan pandangan mereka.
Politik identitas. Politik identitas, di mana orang-orang lebih mengidentifikasi diri dengan kelompok mereka daripada dengan negara secara keseluruhan, dapat memperparah polarisasi.
Ketidakpercayaan terhadap institusi. Ketika orang-orang tidak percaya pada pemerintah, media, atau institusi lain, mereka cenderung lebih mudah untuk terpolarisasi.
Dari uraian di atas dapat dikatakan polarisasi politik adalah masalah yang serius yang dapat membahayakan demokrasi dan stabilitas masyarakat. Penting untuk memahami faktor-faktor yang menyebabkan polarisasi dan mencari solusi untuk mengatasinya. Polarisasi politik ini juga dapat mengarah pada konflik dan kekerasan, serta dapat menghambat pembangunan demokrasi.
Pemilihan anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota juga menjadi tantangan tersendiri. Pemilu ini melibatkan lebih banyak partai politik dan kandidat. Hal ini dapat membuat proses pemilu menjadi lebih kompleks dan lebih rentan terhadap kecurangan dan polarisasi politik tentunya. Oleh karena itu diperlukannya peran generasi Z dalam pemilu kali ini.
Generasi Z dapat menjadi sarana untuk meningkatkan partisipasi politik masyarakat, terutama generasi muda. Generasi muda yang dikenal dengan sebutan "Generasi Z" merupakan mayoritas pemilih dalam pemilu ini. Jika generasi muda dapat berpartisipasi secara aktif dalam pemilu, maka hal ini dapat memperkuat demokrasi Indonesia.
Generazi Z
Generasi Z, yang lahir antara tahun 1997-2012, merupakan generasi yang tumbuh dan berkembang di era digital. Mereka memiliki karakteristik yang berbeda dengan generasi sebelumnya, seperti lebih kritis, terbuka terhadap perubahan, dan peduli terhadap isu-isu sosial.
Pada Pemilu 2024, generasi Z diperkirakan akan menjadi salah satu kelompok pemilih terbesar, dengan persentase mencapai 27,94% dari total penduduk Indonesia. Hal ini menjadikan generasi Z sebagai penentu arah bangsa, karena suara mereka dapat menentukan hasil pemilu.
Hal tersebut sesuai yang disampaikan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). KPU telah menetapkan daftar pemilih tetap (DPT) untuk Pemilu 2024. Jumlahnya mencapai 204.807.222 pemilih.
Melansir dari Republika, berdasarkan hasil rekapitulasi DPT, mayoritas pemilih Pemilu 2024 didominasi dari kelompok generasi Z dan milenial. Sebanyak 66.822.389 atau 33,60% pemilih dari generasi milenial.
Pernyataan di atas disampaikan oleh Komisioner KPU RI Betty Epsilon Idroos dalam Rapat Pleno Terbuka Rekapitulasi DPT di kantor KPU. Sedangkan pemilih dari generasi Z adalah sebanyak 46.800.161 pemilih atau sebanyak 22,85% dari total DPT Pemilu 2024.
Jika diakumulasikan, total pemilih dari kelompok generasi milenial dan generasi Z berjumlah lebih dari 113 juta pemilih. Kedua generasi ini mendominasi pemilih Pemilu 2024, yakni sebanyak 56,45% dari total keseluruhan pemilih.
Ada beberapa alasan mengapa generasi Z dapat menjadi penentu arah bangsa pada pemilu. Pertama, generasi Z memiliki jumlah yang besar. Kedua, generasi Z memiliki kesadaran politik yang tinggi. Ketiga, generasi Z memiliki aspirasi yang berbeda dengan generasi sebelumnya.
Kesadaran politik generasi Z tercermin dari banyaknya generasi Z yang aktif mengikuti perkembangan politik dan isu-isu sosial. Mereka juga lebih kritis dalam menilai kinerja pemerintah dan para pemimpin politik.
Untuk memilih pemimpin yang berintegritas dan memiliki visi yang jelas untuk masa depan Indonesia. Pemimpin yang berintegritas dan memiliki visi yang jelas dapat membawa Indonesia ke arah yang lebih baik.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh generasi Z dalam pemilu 2024, antara lain: Mencari tahu informasi tentang calon pemimpin. Jangan hanya memilih berdasarkan popularitas atau figur yang sudah dikenal. Cari tahu latar belakang, visi, dan misi calon pemimpin yang akan dipilih. Tidak mudah terprovokasi oleh isu-isu SARA atau politik identitas. Pemilu adalah ajang untuk memilih pemimpin terbaik, bukan untuk memecah belah bangsa. Selanjutnya, tidak terpengaruh oleh propaganda dan hoaks. Cek kebenaran informasi yang diterima dari berbagai sumber sebelum memutuskan untuk memilih.
Pemilu kali ini tentunya kesempatan bagi generasi Z untuk menunjukkan peran mereka dalam demokrasi Indonesia. Mari kita gunakan momentum ini untuk memilih pemimpin yang dapat membawa Indonesia ke arah yang lebih baik.
Selain peran generasi Z, ada beberapa hal lain yang perlu diperhatikan untuk mewujudkan pemilu yang adil, demokratis, dan transparan, antara lain: KPU harus independen dan tidak memihak. KPU harus menjadi penyelenggara pemilu yang profesional dan berintegritas.
Tentunya yang sangat penting sekali pemerintah harus menjamin keamanan dan kenyamanan pemilih. Pemilih harus dapat menggunakan hak pilihnya dengan aman dan nyaman. Media massa harus berperan aktif dalam mengedukasi masyarakat tentang pemilu. Media massa harus memberikan informasi yang akurat dan objektif tentang pemilu.
Pemilu 2024 adalah tanggung jawab bersama seluruh elemen bangsa. Mari kita bekerja sama untuk mewujudkan pemilu yang adil, demokratis, dan transparan. Oleh karena itu marilah kita gunakan hak pilih kita, jangan sampai golput ataupun ada celah untuk pemilih siluman.
Mari bersama-sama kita menjaga demokrasi yang berkonstitusi serta mengembalikan hukum sebagai pilar utama dalam menjalankan pemerintahan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H