Mohon tunggu...
Desi Novitasari
Desi Novitasari Mohon Tunggu... Guru - Guru

Menjalani hidup dengan apa adanya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pengalaman Mengalami Siswa di Sekolah

30 Oktober 2022   07:26 Diperbarui: 30 Oktober 2022   07:29 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berawal mula dari saya di tugaskan untuk mengajar di SMPN 18 PPU. Awalnya saya tidak tau dimana lokasi sekolah tersebut, kemudian saya mencoba untuk mencari lokasinya melalui maps. Akhirnya lokasi tersebut saya temukan tepatnya di daerah Api-api. Saya bergegas untuk mendatangi tempat itu, reaksi pertama saya yaitu sekolahnya sangat luas dan cukup rindang.

Saya menemui Kepala Sekolah tersebut beliau berkata bahwa sekolah itu termasuk sekolah kecil di PPU karena jumlah keseluruhan muridnya hanya 51 orang. Awal saya mendengarnya, saya sempat terkejut tetapi tidak menyurutkan tekat dan semangat saya untuk bekerja.

Tiga bulan berlalu sangat singkat, Setelah saya mulai beradaptasi di sekolah tersebut untuk mengetahui lingkungannya, teman kerja serta peserta didiknya. Saya dipercayai untuk menjadi Wali Kelas VII angkatan tahun 2022/2023. Saya merasa senang karena bisa lebih dekat dengan peserta didik saya.

Jumlah peserta didik di kelas VII sebanyak 18 orang. Dengan jumlah laki-laki 10 orang dan 5 perempuan. Diantara semua murid tersebut ada 2 orang murid yang saya tau bahwa sejak dari Sekolah Dasar mereka jarang masuk sekolah tanpa keterangan dan hal itu pun terjadi pula saat dia sudah di SMP.

Saya selaku Wali Kelas melakukan penanganan dengan cara pendekatan dengan Siswa tersebut. Karena menurut saya murid tersebut memerlukan perhatian khusus sehingga dia merasa dibutuhkan. Setiap bertemu dengan mereka saya selalu mengajak berbicara dan juga bercanda untuk membangun minat mereka menyukai suasana sekolah.

Suatu hari salah satu dari mereka tidak masuk dan tidak ada izin sebelumnya, tindakan saya langsung mendatangi rumahnya dan menemui anak tersebut. Dia ada dirumah menurut keterangan mereka dia terlambat bangun dan malu untuk kesekolah. Saya memberikan pengarahan kepada anak tersebut bahwa lebih baik terlambat dari pada tidak masuk sekolah. Dia segera bergegas dan saya mengantar anak tersebut kesekolah.

Singkat cerita anak tersebut meminta maaf sudah sampai membuat gurunya menjemput di rumahnya, dan berjanji tidak mengulangi dan merepotkan lagi. Saya merasa senang karena hal tersebut dia merasa sadar dan merasa diperhatikan lebih sampai dijemput dirumahnya. Sampai sekarang anak tersebut sudah rajin untuk sekolah.

Begitulah cerita yang saya bisa bagikan, intinya untuk beberapa anak yang bermasalah kita harus mencoba membangun komunikasi yang baik dengan anak tersebut. Berikan pendekatan yang baik pula sehingga mereka bisa menyuarakan apa yang mereka rasakan, yang mungkin sebelumnya dia tidak ada teman untuk bercerita sekarang ada tujuan untuk menceritakan keluh-kesahnya. Karena memag seharusnya Guru sebagai teman bereksploasi bersama anak didik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun