Mengawali tahun ajaran baru 2020/2021 yang dimulai Senin 13 Juli 2020 SMPN 12 Madiun juga melaksanakan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah secara daring. Pelaksanaan kegiatan MPLS dilakukan selama tiga hari, yakni tanggal 13 sampai 15 Juli 2020.
Kegiatan MPLS tahun ajaran baru 2020/2021 memang berbeda dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya sebagai dampak Covid-19. Materi MPLS dapat dikirim melalui WhatsApp (WA) maupun Youtube.Â
Materi MPLS meliputi pengenalan lingkungan sekolah, pengenalan guru dan pengenalan program sekolah atau profil sekolah. Semua peserta didik baru diwajibkan mengikuti kegiatan MPLS secara daring. Dengan kegiatan MPLS daring tersebut diharapkan peserta didik baru tidak mengalami kebingungan ketika pembelajaran tatap muka di sekolah.
Hari keempat tahun ajaran baru 2020/2021 sistem pembelajaran di SMPN 12 Madiun masih menggunakan daring. Selama pandemi Covid-19 pemerintah memutuskan untuk memberlakukan belajar dari rumah dengan berbagai sistem. Sistem daring merupakan salah satu yang cukup efektif dilaksanakan di tengah pandemi Covid-19.
Akan tetapi, tidak semua peserta didik dapat mengikuti sistem pendidikan tersebut karena tidak semua orang tua dan peserta didik memiliki alat komunikasi untuk mendukung sistem pembelajaran daring. Menurut saya belajar di rumah tidak harus lewat handphone akan tetapi peserta didik bisa belajar dari buku-buku paket yang sudah dipinjami dari sekolah.
Baca juga : 6 Manfaat Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) Yang Perlu Kamu Ketahui
Kali ini di SMPN 12 Madiun terdapat peserta didik yang mengalami kendala tidak memiliki handphone untuk belajar daring. Meskipun ada peserta didik yang tidak memiliki handphone sekolah tetap memberikan pelayanan KBM.
Errent Bicananda, siswa kelas sembilan SMPN 12 Madiun yang tidak memiliki handphone sebagai sarana belajar daring. Akibatnya, Errent tetap berangkat ke sekolah untuk belajar meskipun sendiri di sekolah tersebut. Errent setiap pagi berangkat sekolah berjalan kaki. Dia menjadi satu-satunya siswa yang masuk sekolah lantaran tidak memiliki handphone sebagai akses belajar daring.
Dengan memancarkan raut kesedihan siswa tersebut menemui wali kelasnya yakni Dian Kiswarini, S.Pd untuk meminta materi dan tugas untuk dikerjakan. Wali kelasnya pun tercengang mendengar keluh kesah siswanya itu dan menyarankan agar Errent meminjam handphone kepada keluarganya.Â
Errent pun melontarkan jawaban bahwa tidak ada anggota keluarganya yang memiliki handphone berbasis android. Dia pernah mencoba untuk meminjam Handphone kepada temannya akan tetapi dia tidak dipinjami handphone oleh temannya.
Memang, ekonomi menjadi kendala utamanya dan dia tak seberuntung teman-temannya yang dengan mudah mengikuti sistem pembelajaran online selama pandemi Covid-19. Ayah Errent hanya berprofesi sebagai kuli bangunan dan ibunya hanyalah seorang ibu rumah tangga.
Mungkin, kesulitan belajar secara daring ini tidak hanya dirasakan oleh Errent tetapi bagi mereka siswa yang kurang mampu di daerah lain di Indonesia. Seperti perkataan seorang Filsuf asal Yunani, Aristoteles, yaitu Pendidikan memiliki akar yang pahit, tapi buahnya manis. Hal ini seperti yang dirasakan oleh Errent siswa kelas 9 SMPN 12 Madiun.
Niat baik wali kelasnya sungguh luar biasa. Ia rela meminta tugas kepada guru mata pelajaran untuk diberikan kepada anak didiknya. Wali kelasnya pun senantiasa menunggu Errent untuk mengerjakan tugas. Pelayanan prima harus diberikan guru untuk peserta didiknya karena sudah merupakan kewajiban seorang guru membimbing peserta didiknya.
Baca juga :Â Apakah Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) Efektif di Indonesia?
Di kota saja masih ada kendala apalagi di daerah yang terpencil atau pedesaan. Tidak bisa dibayangkan bukan? Pasti sangat jarang orang tua dan peserta didik yang  memiliki handphone android terlebih bagi keluarga dengan ekonomi lemah.Â
Pembelajaran daring sebenarnya tepat diterapkan saat pandemi namun terkadang terkendala biaya kuota yang membengkak. Belum lagi keterbatasan akses internet yang menjadi masalah utama, bagaimana mereka belajar di masa pandemi Covid-19? Â
Namun peserta didik tidak boleh menyerah dengan kondisi ini. Semangat harus tetap dijaga, terus belajar dan berprestasi walaupun dengan metode belajar online. Saya berharap pemerintah atau sekolah memperhatikan kepada peserta didik yang tidak memiliki handphone selama proses belajar di masa pandemi ini.
Covid-19 ternyata membawa perubahan besar dalam budaya belajar mengajar di dunia pendidikan. Keseharian para peserta didik berubah seratus delapan puluh derajat dari biasanya. Banyak peristiwa mengharukan yang mereka alami selama belajar dari rumah.Â
Peristiwa-peristiwa tersebut harus diabadikan dalam sebuah tulisan agar bisa anda baca. Cerita mengharukan yang terjadi di antara guru, murid dan orang tua selama pandemi ini menjadi momen yang tidak akan terlupakan. Kita bisa belajar darinya untuk mengambil hikmah dan bahan refleksi kita.
Metode pembelajaran tatap muka langsung ke tatap muka virtual memaksa guru menguasai IT (Information Technology), hal ini bukan semudah membalik telapak tangan. Banyak guru yang gaptek sehingga mereka merasa kebingungan harus menyuguhkan materi pembelajaran secara daring.Â
Belum semua guru siap menjalankan pembelajaran daring. Belum lagi proses pengecekan tugas yang harus membuat para guru mengunduh semua dokumen. Tidak selesai sampai di situ, handphone juga berdering karena dicecar pertanyaan dari siswa dan orang tua.
Baca juga : Optimalisasi Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) Selama Pandemi
Konsep pembelajaran langsung di kelas atau belajar tatap muka dinilai lebih efektif. Pembelajaran di kelas membuat guru maupun peserta didik bisa berinteraksi sekaligus mendapatkan umpan balik. Kalau ada hal atau materi yang kurang dimengerti, peserta didik langsung bertanya dan sang guru langsung menjawab.Â
Kalau kelas tatap muka virtual ada yang terganggu konsentrasinya, sinyal tidak bagus dan akhirnya materi tidak tersampaikan. Banyak peserta didik yang cukup kesulitan memahami pelajaran. Â
Saya juga berharap agar para orang tua bisa bekerja sama dengan sang buah hatinya untuk memantau atau mendampingi putra putrinya ketika pembelajaran daring berlangsung.
Di sekolah tempat saya bekerja, para guru diwajibkan memberikan materi pelajaran dan tugas melalui E-Learning. E-Learning adalah proses belajar yang memanfaatkan teknologi elektronik untuk mengakses kurikulum pendidikan di luar kelas program pembelajaran yang disampaikan dengan cara online.Â
Meskipun awalnya terasa ribet akan tetapi perkembangan teknologi harus kita kuasai dalam menghadapi tantangan revolusi industri 4.0.
Semoga bumi kita lekas pulih, biarlah asap dan bising kendaraan kembali seperti biasanya. Para pelajar bisa kembali sekolah seperti seharusnya dan bertemu dengan guru dan sahabat tersayang. Dan semoga ini menjadi pelajaran untuk kita semua. Tetap jaga kesehatan dan kebersihan. Belajar dari rumah, Bisa!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H