Ketika masuk di beranda profil, ternyata tebakan itu benar. Akun yang sedang dikunjungi ini adalah milik anak-anak yang masih berada di tahapan sekolah dasar, dari seragam yang dikenakannya dan dari lambang yang tertera di saku bajunya.Â
Begitu banyak konten yang telah diunggahnya, saya aja kalah, karena unggah saya pada media sosial itu belum pernah pecah telur, alias 0. Karena penasaran, saya mencoba melihat salah satu konten yang telah diunggah tersebut.
Sebenarnya, tidak ada yang aneh, sebuah foto dari samping dengan masih mengenakan seragam sekolah, namun yang bikin geleng-geleng kepala adalah pemilihan sound pada konten tersebut.Â
Ya, anak itu memakai sebuah sound yang seharusnya belum boleh digunakannya, lirik yang disampaikan tidak cocok dengan usianya. Nah, ini yang harus semakin diperhatikan.Â
Inilah yang menjadi salah satu alasan kenapa media sosial dan anak-anak sebenarnya kurang bersahabat atau sama sekali tidak bersahabat, jangkauan yang terlampau luas membuat anak-anak dapat mengakses apapun tanpa batas.
Ada beberapa dampak yang bisa terasa, terlebih lagi bila anak-anak belum memahami dengan betul penggunaan dari media sosial ini, seperti:Â
Terlampau banyak mengonsumsi informasiÂ
Bagi yang sudah mengerti penggunaan media sosial, memang akan lebih bijak memahami mana informasi yang harus dikonsumsi dan mana yang harus dihindari, bahkan penggunaan fitur "laporkan" ataupun "tidak tertarik" sudah bisa dimanfaatkannya.Â
Namun, bagi anak-anak, apakah dirinya akan menyaring dengan baik setiap informasi yang diterimanya? Belum tentu. Terkadang, keingintahuan yang tinggi itulah membuat rasa penasarannya semakin menjadi-jadi.Â
Perhatikan saja penjelasan singkat di atas, di mana seorang anak yang menyaksikan live streaming tersebut terus-menerus bertanya, sampai dirinya tahu mau dikemanakan pempek dan sate tersebut. Padahal kan ujung-ujungnya itu untuk dimakan.Â