Mohon tunggu...
Desy Hani
Desy Hani Mohon Tunggu... Lainnya - Happy reading

Hi, you can call me Desy - The Headliners 2021 - Best in Opinion Kompasiana Awards 2023 - Books Enthusiast - Allahumma Baarik Alaih

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Fenomena "Live Streaming", Mode dapat Cuan dengan Cara Instan

21 November 2023   11:52 Diperbarui: 21 November 2023   22:51 1760
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi popularitas yang hanya sesaat | sumber: kompas.com

Live streaming, dua kata yang berkaitan dengan aktivitas siaran langsung menggunakan jaringan internet dan ini bukanlah sesuatu hal yang tabu bila dilakukan. Namun apa jadinya, bila live streaming yang dilakukan malah cenderung tidak bermanfaat. Di mana konsep yang diusung hanya sekadar menghebohkan sesaat, hanya demi sebuah cuan. Baikkah bila aktivitas tersebut dilakukan secara terus-menerus? Adakah dampak yang akan menghiasinya?

Ketika generasi melek internet telah dilahirkan, kemajuan teknologi yang terus berkembang pesat, memberikan kemudahan bagi insan penghuni planet bumi untuk berinteraksi dan berkomunikasi. 

Akses kemudahan ini telah dibuktikan dengan hadirnya berbagai macam media sosial, yang saling berlomba-lomba mencuri hati para penduduk bumi. 

Salah satu platform media sosial yang kini, sukses mengibarkan sayapnya di dalam peradaban dunia maya adalah TikTok, dengan bentuk logo yang hampir menyerupai notasi balok, not 1/8. 

Ilustrasi TikTok | sumber: kompas.com
Ilustrasi TikTok | sumber: kompas.com

TikTok merupakan platform video pendek yang dimiliki oleh perusahaan Tiongkok, ByteDance dan telah lahir di dunia maya pada September 2016 silam, sudah 7 tahun lamanya TikTok sukses mencuri perhatian para penghuni dunia nyata. 

Dan disinilah, para penghuni dunia maya akan lebih dominan melihat para content creator, yang telah melahirkan berbagai macam konten melalui reels video. 

Selain itu, TikTok pun menghadirkan berbagai macam fitur, guna memberikan kenyamanan dan kemudahan bagi para creator untuk menunjukan kreativitas yang dimilikinya. 

Salah satu fitur yang dominan mewarnai peradaban ini adalah live streaming, yang merupakan mode siaran langsung dengan menggunakan jaringan internet. Jangan lupa aktifin wifi dan siapkan kuota ya, eh. 

Ilustrasi live streaming di media sosial TikTok | sumber: jalantikus.com
Ilustrasi live streaming di media sosial TikTok | sumber: jalantikus.com

Pada dasarnya, live streaming sudah lebih dahulu mewarnai peradaban dunia maya, bisa dikatakan, TikTok bukanlah media pertama yang bisa melakukan aktivitas ini. 

Karena pada media sosial Instagram dan YouTube, fitur tersebut sudah lama hadir dan lebih dominan digunakan oleh public figure untuk menyapa para penggemarnya. Ibarat tuh ya, jumpa fans secara virtual, asyik kan. 

Namun kini, live streaming pada media sosial TikTok malah semakin digandrungi, "seakan-akan" terus berlomba-lomba mengisi fitur yang satu ini. Benarkah demikian? 

Bagi kamu yang ikut bergabung menjadi salah satu penghuni TikTok di dalam peradaban dunia maya, pasti, kamu tidak akan asing lagi dengan aktivitas live streaming.

Dan lebih menarik perhatiannya lagi, live streaming yang dilakukan terkadang---kurang/tidaklah bermanfaat (meskipun tidak semuanya). 

Ilustrasi live streaming | sumber: kolofest.org
Ilustrasi live streaming | sumber: kolofest.org

Belakang ini, live streaming di TikTok juga sempat dihebohkan dengan kreativitas oleh salah satu creator lewat mandi lumpur yang disiarkan secara langsung. 

Bahkan lebih menariknya lagi, live tersebut dilakukan secara berjam-jam, dengan memandikan air lumpur dari ujung kepala sampai dengan ujung kaki. Basah-basahan. Pertanyaannya? Ga takut masuk angin kah ini? 

Tidak hanya sampai di sana, bahkan muncul lagi fenomena kreativitas yang tidak terduga lewat live streaming.

Yakni, dengan membentangkan kasur/alas tidur di tengah kebun di waktu malam hari dan berpura-pura tidur di sana. Nih orang pada ga takut digigit nyamuk kali ya. Entah apa yang merasukimu, eh kok malah nyanyi. 

Ketika suara musik telah terdengar, creator yang sedang rebahan tersebut akan bangun dan mulai berjoget ke sana dan kemari. What are you doing? Menari? Oh tentu saja bukan, hanya dia yang tahu pastinya. 

Dan lebih menariknya lagi, penonton pada live streaming tersebut bisa mencapai ribuan, lho. Halo para penonton sekalian, apa yang kamu lakukan disana?

Mencari hiburan kah? Ya, ga ada yang salah dengan aktivitas tersebut, karena ini merupakan bagian dari hak masing-masing individu. 

Menyaksikan live streaming dengan kreativitas demikian, pastinya akan menimbulkan pro dan kontra di kalangan netizen di dalam peradaban dunia maya. 

Kenapa bisa? Karena live streaming tersebut tampak hanya sekadar untuk mendapatkan cuan. Bagaikan tidak peduli lagi apakah konten tersebut tergolong berfaedah atau malah unfaedah. 

Lho kok bisa dapat duit? Iya memang bisa, inilah yang menjadi daya tariknya, pokoknya yang penting live gitu. Ga percaya? Silahkan dicoba. Monggo.

Ilustrasi pemberian gift pada saat live streaming di TikTok | sumber: jalantikus.com
Ilustrasi pemberian gift pada saat live streaming di TikTok | sumber: jalantikus.com

Pada media sosial TikTok, creator yang sedang melakukan live streaming bisa mendapatkan cuan dari "gift" yang diberikan oleh penontonnya. 

Gift yang diberikan oleh para penonton kepada creator yang sedang melakukan sesi live streaming tersebut, memang bisa ditukarkan dalam bentuk uang nantinya. 

Di mana nilai penukaran tersebut juga tidak tanggung-tanggung, tergantung dari bentuk gift yang diberikan. Bisa dalam nominal ribuan, ratusan, hingga jutaan. 

Mendapati tayangan tersebut, fitur komentar tidak akan pernah diam, ya, pastinya akan ada netizen yang komplain terhadap aktivitas live dan pemberian gift tersebut, "ini yang ngasih gift pada kenapa sih". 

Nah, ini yang patut dipertanyakan, padahal bisa dikatakan live streaming yang dilakukan tidaklah memberikan edukasi apapun---sama sekali. 

Pada dasarnya, memberikan gift tidak ada yang salah, itu merupakan hak masing-masing individu dan tidak ada pula aturan tertentu yang melarang pemberian gift saat sesi live streaming. 

Namun tetap perlu digarisbawahi, alangkah baiknya pemberian gift disesuaikan dengan konten yang disajikan. Jangan terlalu mudah memberikan gift pada creator yang menyajikan tayangan tanpa adanya nilai manfaat.

Semakin kamu mudah memberikan ruang kepada creator tersebut, kamu bagaikan ikut memberikan dukungan atas aktivitas absurd tersebut. 

Mendapati aktivitas live streaming demikian, pastinya, akan melahirkan beberapa dampak utama yang kemungkinan besar memang akan terasa di kemudian hari, seperti: 

Pertama, dapat mengubah mindset mencari uang tanpa usaha

Ilustrasi live streaming | sumber: detik.com
Ilustrasi live streaming | sumber: detik.com

Definisi menunggu uang jatuh dari langit. Ya, bisa dikatakan ini merupakan model mencari cuan secara instan. Hal ini akan membuat orang-orang mulai berpikir secara dangkal (tidak semuanya). 

"Ga perlu capek-capek, live streaming doang udah bisa dapet duit, gampang banget kan". Nah, ini yang seharusnya diluruskan, kemungkinan pemikiran demikian memang bisa terjadi. 

Bahkan, ada salah satu public figure yang menolak dengan keras pemberian gift yang ditujukan kepada akun miliknya, saat sedang melakukan live streaming di TikTok. 

Public figure tersebut juga menegaskan bahwa, jangan sampai mengajari orang lain untuk melakukan live hingga berjam-jam dan berekspektasi mendapatkan uang dari live streaming (terkait pemberian gift).

Ya, pernyataan demikian sangat benar adanya, karena semakin diberikan ruang, maka fenomena "asal konten dan asal tayang" akan semakin merajalela. Bukankah begitu? Menurutmu gimana? 

Namun uniknya lagi, pemberian gift sangat jarang ditujukan pada seller yang sedang mempromosikan suatu produk yang diperjualbelikannya pada saat live streaming di TikTok, misalnya. 

Apabila ingin memberikan appreciate, lebih baik memang ditujukan pada konten yang satu ini ataupun pada konten yang jauh lebih bermanfaat, karena adanya kejelasan terkait tayangan yang disiarkan. 

Akan tetapi, yang terjadi malah sebaliknya, konten unfaedah malah lebih menarik indera penglihatan sebagian besar orang untuk menengok, ketimbang konten yang benar-benar berfaedah. Kenapa hal tersebut bisa terjadi? Entahlah. 

Kedua, popularitas yang hanya sesaat 

Ilustrasi popularitas yang hanya sesaat | sumber: kompas.com
Ilustrasi popularitas yang hanya sesaat | sumber: kompas.com

Poin kedua ini sudah bisa dikatakan sangat bisa terjadi, dari beberapa kasus sebelumnya, konten-konten yang tidak berfaedah dan sempat viral, serta booming di awal, pada umumnya memang hanya mendulang popularitas sesaat dan berakhir lenyap. 

Karena tidak adanya nilai lebih dan mengedukasi sedari awal, untuk memikat para penonton menjadi setia di kemudian hari. 

Serta tidak adanya perkembangan terkait konten yang disajikan, alias itu-itu saja. "Konten joget melulu, ga jelas ih bosen", misalnya. Pada akhirnya fitur tidak tertarik atau laporkan dapat diketuk. 

Ketiga, cerita yang akan tetap abadi

Ilustrasi cerita yang akan tetap abadi | sumber: gihphone.com
Ilustrasi cerita yang akan tetap abadi | sumber: gihphone.com

Poin yang ketiga sudah mutlak akan terjadi, karena jejak digital di dalam peradaban dunia maya akan tetap merekam sampai dengan kapanpun. 

Konsepnya saja sudah mengabadikan moment di dalam peradaban media sosial, sudah pasti ceritanya akan tetap abadi. 

Perhatikan saja konten-konten yang telah lampau. Sebuah prediksi memperkirakan bahwa penduduk bumi telah melupakan konten tersebut, namun siapa sangka, akan tetap ada penghuni dunia maya yang doyan membagikan dan mengungkit kembali konten tersebut, sudah banyak contohnya, lho. 

Bahkan lebih menariknya lagi, misalnya, konten yang semula berada di YouTube, bisa ditemukan di media sosial tetangga yakni Facebook, dan tiba-tiba telah terunggah di peradaban TikTok. Nah, ini salah satu pembuktian bahwa cerita tersebut memang akan abadi, alias tidak menghilang. 

Jangan sampai kamu terkenal (dulunya) karena konten yang absurd, bisa jadi kan kamu telah bertaubat di kemudian hari terhadap aktivitasmu yang terdahulu. "Eh lu dulu terkenal karena joget-joget ga jelas di tengah kebun ya?". Nah kan ga lucu kalau udah begini. 

Maka dari itu, penting bagimu memikirkan terlebih dahulu konten-konten yang ingin disajikan di dalam peradaban dunia maya. 

Agar ke-eksis-sanmu tidak lenyap sesaat dan ketenaranmu dapat bernilai. Bukan hanya sekedar terkenal lalu menghilang. 

Berkreativitas lah terhadap bakat yang kamu miliki. Jadikan ruang di dalam peradaban dunia maya sebagai ajang untuk mengembangkan passion ataupun hobi yang memiliki nilai manfaat.

Meskipun demikian, masih banyak content creator yang mengedukasi melalui live streaming yang disajikannya. 

Ilustrasi live streaming bermain alat musik | sumber: sweetwater.com
Ilustrasi live streaming bermain alat musik | sumber: sweetwater.com

Salah satu contohnya hadir dari creator yang sangat piawai dalam memainkan alat musik, seperti halnya piano dan saksofon. 

Begitu banyak penonton yang antusias ketika menyaksikan para pianis dan saksofonis yang sedang unjuk gigi di saat sesi live streaming. 

Bahkan ada pula penonton yang mengisi kolom komentar dengan sebuah request lagu yang disukainya, agar dimainkan oleh para pemain musik tersebut. 

Tentu saja, ini merupakan hal yang menarik, karena bisa menyaksikan secara langsung para pemain musik. 

Maka dari itu, alangkah baiknya, kamu tidak sembarangan dalam melakukan live streaming, terlebih lagi terhadap konten yang sekiranya tidak menimbulkan manfaat sama sekali. 

Jangan mudah tergoda demi mendapatkan ketenaran sesaat dan demi mendulang cuan secara instan, lantas kamu menghalalkan segala cara. 

Don't waste your time and don't waste your energy... 

Thanks for reading

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun