Sebagai Makhluk Sosial, Haruskah Menjadi Social Butterfly?

Nah, apakah pembaca sekalian merupakan bagian dari social butterfly? Ataukah teman terdekatmu yang malah masuk dalam kategori ini? Bagaimana pandanganmu melihatnya? 

Ilustrasi social butterfly | sumber: koran-jakarta.com

Ya, saya sendiri memiliki teman yang bisa dikategorikan social butterfly, yang merupakan rekan kerja di satu departemen yang sama. 

Di mana first impression yang dihadirkannya sangatlah friendly, "hai mba perkenalkan saya Rusy (nama pengganti/bukan nama sebenarnya), saya dari Jawa Timur, ini lho department kerja kita, di sana tempat untuk meletakan berkas ini dan di sini untuk meletakan berkas itu". Dengan senyum yang terkembang di wajahnya. 

Seiring dengan berjalannya waktu, ternyata, gaya berbicaranya dan cara penyampaiannya tidak hanya kepada saya saja, tapi kepada semua orang yang dikenalnya. 

Dan tidak mengherankan lagi apabila dia pun memiliki teman sampai ke divisi lain, karena pembawaannya yang menyenangkan dan sangat mudah membaur satu dengan yang lain. 

Bahkan ketika memasuki office ataupun ruang kerja, dirinya tidak sungkan menyapa dengan ciri khas senyumannya, "selamat pagi ibu, selamat pagi bapak, hai mba, hai mas". 

Dan satu kalimat mantra sakti yang sering diucapkannya, "all is well", ketika indera penglihatannya menatap teman kerjanya yang sedang penat.  

Nah, untuk mempermudah melihat social butterfly lebih lanjut, mari ambil cerita dari salah satu drama yang berasal dari Negeri Ginseng, karena semua orang bisa menyaksikan drama Korea ini. 

A Business Proposal, merupakan sebuah drama yang sukses mencuri perhatian publik lewat genre romance dan comedy-nya.  

Drama Korea A Business Proposal | sumber: kompas.com