Hari yang dinanti pun tiba, Bian dan Tari resmi menjadi sepasang suami-istri di saat ijab qabul telah diucapkan.Â
Sarah yang menghadiri pesta pernikahan dari mantan kekasihnya tersebut tak kuasa membendung air matanya, dan memilih pergi ketika suara Bian mengudara dengan ijab qabulnya.Â
Namun siapa sangka, Bian yang memilih menikahi Tari demi membahagiakan sang mama, ternyata memiliki maksud dan tujuan yang lain. Bian tidak ingin hidup lebih lama dengan Tari.Â
Ketika keduanya resmi menjadi sepasang suami-istri, Bian dengan tiba-tibanya menyodorkan selembar kertas yang telah dibubuhi materai ke hadapan Tari.Â
Selembar kertas yang berisikan sebuah perjanjian terkait kesepakatan pernikahan di antara keduanya dan tentu saja, isi perjanjian tersebut dibuat secara sepihak oleh Bian.Â
Di mana keduanya, tidak boleh mengganggu kehidupan satu sama lain dan keduanya pun akan menempati kamar yang berbeda, di mana lantai satu itu adalah milik Tari, sedangkan di lantai dua adalah area pribadi milik Bian dan Tari tidak boleh memasukinya.Â
Selang satu tahun, Bian akan mengakhiri hubungannya dengan Tari. Itu baru sebatas dari ekspektasi besar Bian. Akankah hati Bian rela melakukannya? Eits, belum tentu.Â
Seiring dengan berjalannya waktu dan seiring dengan perjanjian yang telah dibuat oleh Bian secara sepihak, Tari tidak pantang menyerah, dirinya selalu melakukan hal terbaik untuk Bian, yang merupakan suaminya.Â