Mohon tunggu...
Desy Hani
Desy Hani Mohon Tunggu... Lainnya - Happy reading

Hi, you can call me Desy - The Headliners 2021 - Best in Opinion Kompasiana Awards 2023 - Books Enthusiast - Allahumma Baarik Alaih

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Mengenal "Halo Effect", Ketika Kesan Pertama Memberikan Sebuah Kesan

23 Desember 2021   19:16 Diperbarui: 24 Desember 2021   17:07 604
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cuplikan drama Secret in the Lattice | sumber: channel YouTube Mango TV

Halo effect, sebuah penilaian yang hadir lewat kesan pertama di awal jumpa. Baikkah bila menilai seseorang hanya sebatas pada kesan pertama saja?

Pertemuan dan perkenalan di antara para penghuni planet ini sangat wajar bila terjadi, karena sejatinya, manusia merupakan makhluk sosial yang saling berinteraksi satu sama lain.

Interaksi tersebut bisa terjadi di mana saja, setiap fase yang dilalui oleh setiap insan penghuni bumi pasti akan mengalami yang namanya pertemuan dan perkenalan. 

Tidak jarang, kesan pertama dari pertemuan tersebut mampu memberikan penilaian tersendiri bagi yang bersangkutan dan menjadi kunci pembuka untuk interaksi selanjutnya. 

Apa yang terlihat oleh matamu, langsung masuk ke dalam daftar penilaianmu, "sepertinya A orangnya begini dan begini". Meskipun kamu dan dia baru sebatas "say hello".

Ilustrasi Halo Effect | sumber: uxdesign.cc
Ilustrasi Halo Effect | sumber: uxdesign.cc

Sederhananya, kesan pertama yang terlihat oleh mata itulah yang menjadi penilaian utamamu dan ini dikenal dengan halo effect. 

Dilansir dari wikipedia bahwa halo effect merupakan salah satu bias kognitif yang terjadi apabila kesan menyeluruh akan seseorang, atau sesuatu didapat dari menggeneralisasi salah satu karakteristiknya. 

Misalnya, ketika itu di sebuah pertemuan kamu melihat seseorang dengan wajah yang tampan ataupun cantik serta tubuh yang menarik telah dianggap cerdas dan telaten. 

Selain itu, istilah halo effect muncul dalam sebuah ulasan hasil riset dari Edward L. Thorndike yang berjudul The Constant Error in Psychological Ratings dan diterbitkan pada tahun 1920 silam. Ketika para generasi tradisionalis telah dilahirkan.

Terkadang, berbagai macam asumsi bisa dikeluarkan oleh seseorang, meskipun hanya sekedar melihat tanpa mengetahui lebih mendalam, karena telah terjebak pada penilaian yang terlihat oleh mata. 

Cuplikan drama Secret in the Lattice | sumber: channel YouTube Mango TV
Cuplikan drama Secret in the Lattice | sumber: channel YouTube Mango TV

Kehadiran halo effect juga terlihat pada salah satu drama yang berasal dari Negeri Tirai Bambu. Secret in the Lattice yang ditayangkan pada bulan Agustus lalu berpusat pada kisah para remaja. 

Mulai dari pertemuan, perkenalan, hingga akhirnya menjalin pertemanan pun hadir pada drama yang dibintangi oleh Chen Zhe Yuan, Rainbow Xu dan Wang Yi Lan. 

Ketika menyaksikan drama yang satu ini, para penikmatnya akan langsung tertuju pada kisah yang terjadi di antara Zhou Si Yue, Ding Xian dan Song Zi Qi. 

Bisa dikatakan, di antara ketiganya, hanya Ding Xian yang baru pindah ke Shenhai dan akan menjadi salah satu siswa sekolah menengah atas disana. 

Awal pertemuannya terjadi ketika Ding Xian bersama keluarganya melakukan makan siang bersama di rumah keluarga Zhou Si Yue dan disana juga hadir sahabat dari Si Yue, yaitu Song Zi Qi. 

Kesan pertama yang menjadi penilaian Song Zi Qi kepada Ding Xian pada saat itu, bahwa gadis remaja yang berada di hadapannya tersebut terkesan cuek, keras kepala dan cenderung memasang raut wajah datar.

Bahkan lebih menariknya lagi, karena kesan tersebut membuat Song Zi Qi menjuluki gadis remaja yang sangat piawai menggambar ini dengan sebutan monster kecil. 

Cuplikan drama Secret in the Lattice | sumber: channel YouTube Mango TV
Cuplikan drama Secret in the Lattice | sumber: channel YouTube Mango TV

Padahal, face to face Ding Xian dan Song Zi Qi di awal perjumpaan hanya berpusat pada pertemuan di meja makan, tidak ada percakapan diantara keduanya pada saat itu. 

Dan percakapan pertama kali terjadi hanya sekedar menanyakan perihal tisu toilet yang sudah habis, bahkan Ding Xian pun memasang raut wajah tanpa senyuman pada saat itu. 

Lengkap sudah, secepat kilat Song Zi Qi memberikan penilaian kepada Ding Xian, lewat kacamatanya yang telah menerawang lewat penglihatan semata, Song Zi Qi bagaikan telah berhasil masuk pada lingkup halo effect.

Cuplikan drama Secret in the Lattice | sumber: channel YouTube Mango TV
Cuplikan drama Secret in the Lattice | sumber: channel YouTube Mango TV

Seiring dengan berjalannya waktu, ternyata penilaian yang diberikan oleh Song Zi Qi terkait kesan pertamanya dengan Ding Xian bisa dikatakan tidak benar seratus persen, karena Ding Xian nyatanya merupakan seorang gadis yang manis dan ramah. 

Keras kepalanya, kesan cuek yang dihadirkan ketika pertama kali bertemu dengan teman-teman barunya hanya sekedar culture shock yang sedang dihadapi oleh Ding Xian, dimana dirinya harus mulai menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. 

Ding Xian pun sempat berpikir bahwa masa-masa sekolah menengah atasnya di Shenhai akan menyedihkan.

Cuplikan drama Secret in the Lattice | sumber: channel YouTube Mango TV
Cuplikan drama Secret in the Lattice | sumber: channel YouTube Mango TV

Akan tetapi, secepat kilat stigma tersebut dapat menghilang, terbukti, Ding Xian memiliki teman satu kelas yang baik dengannya, terlebih lagi dengan kehadiran Zhou Si Yue, Kong Sha Di dan Song Zi Qi yang menjadi sahabat terbaiknya. 

Semangat Ding Xian terus hadir selama menempuh pendidikan di sekolah menengah atas Shenhai. 

Meskipun pada awalnya Song Zi Qi menilai Ding Xian sebagai monster kecil yang sangat keras kepala, nyatanya, Ding Xian hadir sebagai gadis remaja yang begitu periang. 

Itulah sebabnya, kesan pertama juga tidak bisa menjadi patokan resmi ketika menilai seseorang. Apa yang terlihat oleh mata belum bisa menjadi penilaian yang seutuhnya.

Ilustrasi halo effect | sumber: tugu.com
Ilustrasi halo effect | sumber: tugu.com

Pertama, jangan terlalu cepat memberikan penilaian. Tidak jarang, kesan pertama memang bisa memberikan kesan tersendiri bagi yang bersangkutan. Seperti halnya yang dilakukan oleh Song Zi Qi kepada Ding Xian pada alur cerita drama di atas. 

Di mana first impression yang terjadi di antara keduanya bisa membuat Song Zi Qi memberikan julukan monster kecil untuk Ding Xian. 

Sederhananya, Song Zi Qi telah memberikan penilaian secara spontanitas meskipun baru sebatas "say helo" di awal perjumpaan. 

Meskipun demikian, memberikan penilaian secara spontanitas juga tidaklah baik dilakukan, karena kesan pertama tidak bisa kamu arahkan untuk menilai seseorang secara keseluruhan.

Karena masih ada sisi lain yang belum kamu ketahui dari yang bersangkutan, di mana kamu sendiri belum mengenalnya secara lebih mendalam. 

Itulah sebabnya, penilaian pertama terkadang tidak bisa dijadikan sebagai patokan mutlak, kenapa sih A bisa menunjukkan raut wajah demikian dan kenapa sih A bisa berkesan acuh tak acuh bahkan terlihat sangat cuek. 

Tidak ada salahnya, apabila kamu menilai seseorang secara lebih bertahap, di mana kamu sendiri bisa mengenalinya terlebih dahulu, dengan demikian kamu bisa mengetahui fakta yang lebih lengkap daripada fakta pertama berjumpa. 

Kedua, kenali lebih mendalam. Poin kedua ini, bisa dikatakan saling berkesinambungan dengan poin pertama. 

Ketika kamu berhasil menahan diri untuk tidak memberikan asumsi secara mutlak pada kesan pertama, kamu tidak akan memberikan kesimpulan bahwa yang bersangkutan memiliki sifat demikian dan demikian. 

Contoh sederhananya, seorang kakak dan adik dalam lingkup satu keluarga, apabila adiknya ditanyakan perihal sifat yang dimiliki oleh kakaknya, sang adik akan dengan mudah mengeluarkan berbagai macam pendapat yang sudah hafal di luar kepala. 

Dengan percaya dirinya sang adik memberikan pendapat, bahwa kakaknya memiliki sifat seperti ini dan seperti ini.

Semua itu sangat mudah disampaikannya karena sang adik telah mengenal kakaknya sejak dirinya dilahirkan, ibaratnya, pengenalan lebih mendalam telah terjadi. 

Sang adik baru bisa menyimpulkan kakaknya memiliki sifat demikian setelah lama saling bersama, bertegur sapa dan melakukan kegiatan bersama. 

Seperti halnya yang dialami oleh Song Zi Qi pada alur cerita pada drama di atas, meskipun julukan monster kecil tetap digunakannya untuk menyapa Ding Xian.

Namun, kesan periang dan ramah dari Ding Xian nyatanya bisa hadir setelah keduanya menjalin pertemanan di sekolah menengah atas Shenhai dalam waktu yang tidak sebentar. Itulah pentingnya mengenal lebih mendalam. 

Ketiga, jangan hanya menilai dari tampilannya saja. Don't judge a book by its cover, kalimat yang satu ini nyatanya sudah sering wara-wiri di indra pendengaran para penduduk bumi.

Menilai seseorang juga tidak bisa dilakukan hanya sekedar melihat dari tampilan luarnya saja. Tetap di fokuskan pada alur cerita di atas, kesan pertama yang ditampilkan oleh Ding Xian memang terlihat cuek bahkan sangat keras kepala. 

Dirinya melakukan hal demikian bukan serta merta tak ingin berteman, ataupun tak peduli dengan keadaan sekitarnya.

Namun bila dilihat jauh ke depan, Ding Xian sedang mengalami culture shock, kepindahannya di Shenhai membuatnya harus menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru.

Pada awalnya, Ding Xian mengkhawatirkan masa-masa sekolahnya di Shenhai akan menyedihkan. Di mana ketakutan telah menyelimuti diri Ding Xian pada saat itu. 

Apabila dilihat dari karakter yang ditampilkan oleh Ding Xian pada drama Secret in the Lattice, gadis remaja tersebut memiliki karakter yang tidak bisa menutupi perasaan yang sedang dialaminya. Sehingga raut wajah sedih, marah, ataupun bahagia selalu mudah terlihat.

Itulah sebabnya, kamu sendiri tidak bisa memberikan penilaian terhadap penampilan yang diberikan oleh seseorang di awal perjumpaan, terkadang, ada beberapa alasan kenapa seseorang bisa terlihat demikian. Seperti halnya yang dirasakan oleh Ding Xian. 

Perlu diingat, jangan mudah menyimpulkan sifat, karakter ataupun kepribadian yang dimiliki oleh seseorang apabila kamu sendiri belum mengenalnya secara utuh dan fakta yang ada pun belum bisa kamu kantongi dengan lebih jelas. Kenali lalu pahami...

Ketiga alasan di atas masih sebagian kecil dari sekian banyak alasan yang bisa menjadi dasar untuk tidak menilai secara spontanitas, terlebih lagi bila penilaian tersebut hanya baru sebatas "hai" ataupun "halo." 

Selain itu, alur cerita pada drama di atas hanya dipergunakan untuk memfokuskan pada satu permisalan saja terkait halo effect, di mana kehadirannya tidak hanya berpusat pada kisah di atas saja.

Thanks for reading

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun