Mendengar ucapan Naira, Adrian langsung memberikan pendapatnya, "kenapa baru sekarang, kamu tau kan resikonya apa, kita udah 4 tahun jalan bersama"
"Tapi kita 4 tahun jalan di tempat, aku pengen kayak cewek-cewek yang lain, yang hubungannya tau mau dibawa kemana, ketika kamu melamar aku, aku jadinya mikir, apa, terus apa, siapa yang mau ngalah, aku atau kamu, jawab Adrian", ucap Naira dengan suara yang begitu lirih diikuti dengan tatapan mata yang berkaca-kaca.Â
"Oke, sekarang aku nggak tau siapa, tapi pasti bakalan ada jalan keluarnya Naira bila kita terus bersama...", Adrian pun mencoba untuk meyakinkan Naira.
"No Adrian, well done... sorry...", sekali lagi Naira meminta agar semuanya di akhiri.
Naira pun pergi meninggalkan Adrian, linangan air mata menjatuhi pipi Naira, perpisahannya dengan Adrian begitu membekas di hati Naira, namun semua itu harus dilakukan.
Terlebih lagi dengan kondisi yang mengharuskannya untuk selalu berjumpa dengan Adrian, ya, karena keduanya berada pada satu kantor yang sama.Â
Suasana canggung pun di rasakan oleh Naira dan Adrian. Keduanya telah menempatkan sikap seakan-akan "tidak peduli" yang nyatanya "sangat peduli", terlihat begitu berat bagi keduanya untuk bersikap demikian.Â
Naira pun sempat mengatakan kepada teman satu kantornya Dini, bahwa tidak ada hal yang tidak indah ketika bersama Andrian dan tidak ada alasan untuk membenci Adrian. Perpisahan keduanya juga karena keadaan.Â
Hari demi hari berlalu, namun tetap saja perasaan cinta yang dimiliki oleh Naira dan Adrian tidaklah bisa dibohongi. Kata "putus" untuk berpisah bisa terucap dari mulut Naira, namun hati tak bisa mengatakan hal demikian.Â