Duck syndrome pertama kali dikemukakan di Stanford University, Amerika Serikat, untuk menggambarkan persoalan para mahasiswanya.
Pernahkah kamu melihat seekor bebek sedang berenang dengan raut muka yang terlihat begitu tenang dan damai di atas permukaan air? Apabila pernah, berarti kamu sudah bisa membayangkan pola dari duck syndrome ini.Â
Istilah duck syndrome yang satu ini menganalogikan bebek yang sedang berenang dan terlihat seakan-akan tenang di atas permukaan air.Â
Namun, kakinya yang berada di bawah air tersebut terus berjuang dengan sekuat tenaga untuk bergerak, agar tubuhnya tetap bisa berada di atas permukaan air.
Sederhananya, ketika itu, kamu merupakan salah satu siswa di sekolah menengah atas. Sejak mengenakan seragam putih abu-abu, kamu begitu terkenal di penjuru sekolah.
Kepopuleranmu begitu terkenal sebagai orang yang pintar, cerdas, disiplin, dan pemegang predikat juara umum yang tidak bisa tersaingi.
Berbagai macam cara tentunya kamu lakukan agar predikat tersebut tidak lenyap dari dirimu. Mulai dari mengikuti bimbingan belajar diluar jam sekolah, hingga terus menerus mengulas materi yang telah dipelajari tersebut.Â
Sehingga waktu yang kamu gunakan hanya untuk belajar, belajar, dan belajar. Hingga tugasmu selesai di bangku sekolah menengah atas, kamu tetap berhasil menggenggam predikat tersebut.Â
Dan kamu pun melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi, karena predikat yang telah melekat padamu sebagai orang yang pintar sewaktu masa sekolah tidak ingin kamu lepaskan, alhasil, kamu melakukan berbagai macam cara (lagi) agar predikat tersebut tidak memudar.