Mohon tunggu...
Desy Hani
Desy Hani Mohon Tunggu... Lainnya - Happy reading

Hi, you can call me Desy - The Headliners 2021 - Best in Opinion Kompasiana Awards 2023 - Books Enthusiast - Allahumma Baarik Alaih

Selanjutnya

Tutup

Gadget Artikel Utama

"Low Connection", Bagian dari Tes Uji Kesabaran

1 Agustus 2021   13:51 Diperbarui: 3 Agustus 2021   15:15 786
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi WiFi | sumber: ehorus.com

Low connection, dua kata yang mampu membuat para penikmat jaringan internet masuk ke dalam ujian kesabaran, apabila tidak mampu mengendalikannya, bukan tidak mungkin, bila emosi akan membludak bagaikan bom atom. Benarkah hal demikian bisa terjadi?

Di era digital seperti sekarang ini, akses akan kebutuhan internet sudah menjadi makanan sehari-hari, apapun itu akan berkaitan dengan internet.

Mau melakukan komunikasi (mengirimkan pesan ataupun melakukan panggilan telepon) juga menggunakan internet, mencari informasi terupdate juga menggunakan internet.

Tidak ketinggalan, ngepoin hidup orang lain juga harus menggunakan internet, yakni, melalui perantara media sosial.

Perkembangan dunia internet dengan jangkauan yang lebih luas selalu berkembang di setiap tahunnya. 

Perbedaan yang nyata, selalu hadir di setiap generasi, mulai dari generasi tradisionalis hingga generasi alpha seperti sekarang ini, dampak kemajuan era digital begitu terasa. 

Salah satu penggunaan jaringan internet yang sudah sangat umum digunakan oleh masyarakat dunia adalah WiFi, dan ini merupakan salah satu bukti kemajuan teknologi.

Ilustrasi WiFi | sumber: ehorus.com
Ilustrasi WiFi | sumber: ehorus.com

Ada sebagian besar dari penduduk planet ini yang mengenal WiFi sebagai akronim dari "Wireless Fidelity", padahal faktanya, ini bukanlah akronim dari kata WiFi. 

Istilah WiFi sendiri untuk pertama kalinya dipakai secara komersial pada bulan Agustus 1999. 

Kurang lebih sudah 22 tahun WiFi berjaya dan berjalan mengitari bumi ini hingga sekarang. WiFi dicetuskan oleh sebuah firma konsultasi bernama Interbrand Corporation. 

Dimana Wi-Fi Alliance mempekerjakan interbrand untuk menentukan nama yang lebih mudah diucapkan ataupun disebutkan daripada kalimat "IEEE 802.11b Direct Sequence".

Dimana interbrand tersebut juga menciptakan WiFi sebagai plesetan dari HiFi yang merupakan akronim dari High Fidelity. 

Nah, disinilah mulai terciptanya kata "Wireless Fidelity", ketika itu, WiFi Alliance membuat sebuah slogan iklan dengan kalimat "The Standard for Wireless Fidelity".

Hingga akhirnya, ada yang menganggap bahwa dua kata terakhir itu merupakan bagian dari akronim WiFi. Padahal tidaklah demikian. 

Penggunaan WiFi seperti sekarang ini, sudah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat dunia penikmat internet, termasuk penulis sendiri. 

Kehadiran WiFi bisa dikatakan sangat membantu. Dimana para penggunannya mampu mengakses internet secara bebas (bersifat unlimited). 

Meskipun ruang lingkup dari WiFi itu sendiri hanya berada di satu titik, seperti halnya di dalam rumah. 

Sudah ketentuan yang nyata bahwa koneksi dari WiFi tidak bisa dibawa kemana-mana, seperti halnya kuota yang selalu menempel pada gadget pengguna. 

Dibalik manfaatnya yang begitu besar, ternyata WiFi juga bisa menjadi salah satu bentuk ujian kesabaran bagi para penikmatnya. 

Lho kok bisa? Tentu saja bisa, semua karena jaringan internet yang melambat, hehehe...

Ilustrasi ingin emosi karena low connection | sumber: facebook Telkomsel Orbit
Ilustrasi ingin emosi karena low connection | sumber: facebook Telkomsel Orbit

Tanpa disadari, para penggunaan internet sering mengucapkan kalimat spontanitas ketika sedang berada di titik "low connection", seperti: 

  1. Aduh kok buffering sih, lagi-lagi enak nge-YouTube ini, WiFinya dimatikan ya?
  2. Lho kok koneksinya terputus, WiFinya kenapa lagi ini, ya ampun...
  3. Astaga, ngirim file 1MB lemotnya bukan main, parah banget ini WiFi, kok lebih cepetan kura-kura jalan daripada koneksi internetnya sih...

Tiga pernyataan di atas sudah menjelaskan bahwa yang bersangkutan hampir "emosi" karena low connection yang terjadi. 

Ilustrasi seorang wanita yang emosi karena low connection | sumber: theoaktower.co.id
Ilustrasi seorang wanita yang emosi karena low connection | sumber: theoaktower.co.id

Benda yang berada di hadapannya (handphone/tablet/laptop/notebook) bisa menjadi bahan pelampiasan nya, "lama-lama gue lempar juga nih handphone, lemot banget dah internetnya..."

Eh... dia kira apaan kali ya main lempar-lempar aja, lagian kan yang lemot itu jaringan internetnya bukan handphonenya. Hayo lho yang rugi nanti siapa bila benda tersebut dilempar, hihihi...

Terkadang, emosi yang membara dan membludak bisa membuat pikiran menjadi tidak karuan, seperti halnya mengeluarkan tiga kalimat pelampiasan di atas. 

Apakah pembaca sekalian pernah mengeluarkan energi untuk marah-marah ketika low connection sedang melanda?

Sudah terbukti secara nyata, bahwa low connection memang bisa menguji tingkat kesabaran yang dimiliki oleh seseorang. 

Sadar atau tidak, sikap spontanitas demikian seharusnya tidak perlu terjadi. Semuanya bisa dihadapi dengan pikiran yang jernih tanpa harus emosi.

Dimana emosi itu sendiri tidak akan menyelesaikan suatu masalah, seperti halnya ketika melampiaskan berbagai macam kalimat emosi terhadap benda elektronik terkait low connection.

Bagaimana menurut pembaca sekalian, wajarkah hal demikian terjadi? Sederhananya, low connection tidak akan terjadi bila tidak ada penyebabnya. 

Ibaratnya, akan ada sebab-akibat dari suatu kejadian. Seperti halnya jaringan internet yang tiba-tiba melambat ataupun menghilang. 

Berikut beberapa alasan yang menyebabkan WiFi bisa berada di titik low connection. Yuk cari tahu bersama penyebabnya. 

Ilustrasi low connection | sumber: facebook Low Connection
Ilustrasi low connection | sumber: facebook Low Connection

Pertama, WiFi yang berada di titik low connection bisa disebabkan karena pengguna yang terhubung pada WiFi tersebut terlalu banyak. 

Bila diperhatikan secara seksama, penggunaan dari WiFi disetiap rumahnya bisa dibilang sangat ideal.

Sehingga tidak akan melebihi batas pemakaian benda elektronik yang terhubung langsung ke WiFi tersebut.

Akan tetapi, semua itu tetap bisa ditepis dengan sangat mudah apabila ada penyusup gelap yang ikut terkoneksi dengan WiFi tersebut. 

Sederhananya, itu merupakan para pencuri WiFi yang tidak mau mengeluarkan biaya demi bisa terhubung pada jaringan internet, misalnya. 

Ketika terlalu banyak pengguna yang terhubung ke satu jaringan WiFi, hal inilah yang bisa membuat kecepatan internetnya semakin melambat, karena terlalu banyak menanggung beban pengguna yang sudah melebihi kapasitas. 

Cara mengantisipasinya adalah dengan mengganti nama serta password WiFi tersebut secara acak.

Agar tidak hadir kembali para penyusup gelap, hal seperti ini juga bisa menyebabkan tunggakan pembayaran menjadi lebih mahal, karena penggunaan WiFi yang melebihi ketentuan. 

Kedua, disebabkan karena gangguan alam. Peristiwa yang terjadi di alam semesta ini tidak bisa diprediksi, semua terjadi karena kehendak dari-Nya.

Prediksi ramalan cuaca saja setiap waktunya bisa berubah, apalagi prediksi dari tingkatan kecepatan WiFi itu sendiri.

Koneksi dari WiFi juga bisa dipengaruhi oleh cuaca, seperti halnya hujan. Ketika air jatuh dari langit dan membasahi bumi dengan begitu derasnya, bukan tidak mungkin, bila koneksi internet akan terombang-ambing bagaikan diterjang angin.

Tidak mengherankan lagi bila low connection akan terjadi, keadaan alam memang tidak bisa diprediksi, begitu pula dengan konektivitas dari WiFi itu sendiri. 

Maka dari itu, sebagai penikmat akses internet, kita harus bersyukur dan banyak-banyak bersabar bila sedang berhadapan dengan low connection, jangan sampai emosi, karena itu hanya akan membuang energi.

Ketiga, terputusnya kabel LAN. Nah ini bisa menjadi penyebab koneksi melambat hingga akhirnya jaringan internet benar-benar terputus. 

Ketika kabel LAN tersebut tidak terpasangan di tempat yang benar ataupun kabel LAN dalam keadaan terputus, secara otomatis, router WiFi tersebut tidak akan mampu menangkap sinyal internet dari satelit provider.

Bila sudah seperti ini, solusi terbaiknya dengan menghubungi secara langsung pihak terkait, agar kerusakan yang terjadi pada kabel LAN bisa langsung di atasi.

Bisa dikatakan, kerusakan yang terjadi pada kabel LAN juga disebabkan oleh gangguan internal. 

Perlu diingat dan diperhatikan, sebelum berselancar menggunakan jaringan WiFi, ada baiknya, selalu pastikan bahwa benda elektronik yang akan kita gunakan tersebut telah terkoneksi dengan WiFi tersebut.

Maka dari itu, jadikanlah sabar sebagai penolongmu, orang-orang yang sabar juga menunjukkan bahwa dirinya mampu bersikap tenang di berbagai situasi dan kondisi, termasuk saat berada di titik low connection...

Thanks for reading

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun