Tanpa disadari, para penggunaan internet sering mengucapkan kalimat spontanitas ketika sedang berada di titik "low connection", seperti:Â
- Aduh kok buffering sih, lagi-lagi enak nge-YouTube ini, WiFinya dimatikan ya?
- Lho kok koneksinya terputus, WiFinya kenapa lagi ini, ya ampun...
- Astaga, ngirim file 1MB lemotnya bukan main, parah banget ini WiFi, kok lebih cepetan kura-kura jalan daripada koneksi internetnya sih...
Tiga pernyataan di atas sudah menjelaskan bahwa yang bersangkutan hampir "emosi" karena low connection yang terjadi.Â
Benda yang berada di hadapannya (handphone/tablet/laptop/notebook) bisa menjadi bahan pelampiasan nya, "lama-lama gue lempar juga nih handphone, lemot banget dah internetnya..."
Eh... dia kira apaan kali ya main lempar-lempar aja, lagian kan yang lemot itu jaringan internetnya bukan handphonenya. Hayo lho yang rugi nanti siapa bila benda tersebut dilempar, hihihi...
Terkadang, emosi yang membara dan membludak bisa membuat pikiran menjadi tidak karuan, seperti halnya mengeluarkan tiga kalimat pelampiasan di atas.Â
Apakah pembaca sekalian pernah mengeluarkan energi untuk marah-marah ketika low connection sedang melanda?
Sudah terbukti secara nyata, bahwa low connection memang bisa menguji tingkat kesabaran yang dimiliki oleh seseorang.Â
Sadar atau tidak, sikap spontanitas demikian seharusnya tidak perlu terjadi. Semuanya bisa dihadapi dengan pikiran yang jernih tanpa harus emosi.
Dimana emosi itu sendiri tidak akan menyelesaikan suatu masalah, seperti halnya ketika melampiaskan berbagai macam kalimat emosi terhadap benda elektronik terkait low connection.
Bagaimana menurut pembaca sekalian, wajarkah hal demikian terjadi? Sederhananya, low connection tidak akan terjadi bila tidak ada penyebabnya.Â