Delete, unfollow hingga block merupakan tiga kata kunci yang telah menggambarkan tindakan seseorang, di mana dirinya sudah ingin menjauh dari objek sasarannya melalui perantara dunia maya...
Memiliki kekasih di zaman modern seperti sekarang ini bisa dikatakan (cukup) berbeda bila dibandingkan dengan zaman tradisionalis, misalnya.
Di era digital seperti sekarang ini, segala sesuatu selalu berkaitan dengan internet. Termasuk untuk urusan percintaan, salah satunya sebagai media komunikasi.Â
Bila dulu menjalin hubungan (konteks-pacaran) masih sebatas pada suara bertemu suara, apabila belum bisa bertemu, dengan menggunakan alat komunikasi berupa telepon.Â
Pada saat itu, belum tentu semua orang bisa memiliki alat komunikasi yang satu ini. Selain terbilang langka, alat komunikasi tersebut juga tergolong mahal pada masanya.
Ketika berada di era digital seperti sekarang ini, semuanya tampak begitu berubah, karena sebagian besar penduduk bumi telah memiliki handphone, yang sudah menjadi kebutuhan utama dan yang paling utama.Â
Tidak bisa dipungkiri lagi, ini merupakan sebuah kebutuhan, termasuk untuk urusan rindu merindu di dalam dunia percintaan.Â
Melalui handphone, kita bisa bertemu secara virtual, face to face pun bisa terealisasi meskipun hanya sebatas perantara alat komunikasi. Ini sudah menjadi suatu bukti, bahwa zaman semakin berkembang.Â
Tidak bisa dipungkiri lagi, setiap orang yang memiliki kekasih (konteks-pacaran) pada saat ini tidak hanya sekedar menyimpan nomor handphone saja, karena keduanya "pasti" akan saling mengikuti di media sosial masing-masing.Â
Bagaikan suatu hukum alam, hal seperti itu pasti akan terjadi. Ada berbagai macam alasan kenapa keduanya saling memantau lewat dunia maya, tidak lain dan tidak bukan agar seluruh aktivitas sang kekasih bisa diamati.Â
Tidak boleh ada yang ditutupi, karena seluruh media sosial yang dimiliki harus saling berteman tanpa terkecuali.Â
Lebih dahsyatnya lagi, ada sebagian besar pasangan kekasih yang saling bertukar password media sosial mereka masing-masing. Sehingga keduanya bisa memiliki akses untuk login pada akun media sosial sang kekasih.Â
Wajarkah bila dilakukan? No comment, meskipun sangat privasi, namun kembali lagi kepada prinsip dari pasangan tersebut, apabila tidak merasa keberatan saling bertukar password media sosial, semuanya tidak akan menjadi masalah, all is well...
Namun ternyata, tindakan tersebut akan membuat repot apabila hubungan keduanya mencapai kata "break up".Â
Bagaimanakah nasib dari seluruh media sosial keduanya, apakah masih tetap berteman atau malah sebaliknya? Karena fitur yang dimiliki oleh sebagian besar media sosial bisa dikatakan cukup kejam. Salah satunya fitur block.Â
Ketika seseorang memblokir suatu akun pada media sosial, maka akses akun tersebut akan sangat terbatas, bahkan tidak bisa berinteraksi kembali dengan akun yang melakukan pemblokiran tersebut.Â
Fitur blokir inilah yang terkadang menjadi incaran utama ketika seseorang telah break up dari kekasih hatinya.Â
Ada berjuta alasan, ada berjuta tujuan, kenapa dirinya sangat mudah menggerakkan jari jemarinya untuk menggunakan fitur blokir.Â
Saya sangat yakin, sekian juta pembaca di sini pasti pernah memanfaatkan fitur yang satu ini. Bukankah begitu? Apabila kalian tidak pernah memanfaatkannya, kalian sungguh hebat.Â
Blokir sudah termasuk jajaran level tertinggi bila dibandingkan dengan teman-temannya, seperti delete dan unfollow, karena keduanya masih bisa mengakses akun tersebut, meskipun tidak berteman lagi di media sosial yang bersangkutan.Â
Namun, bagaimana bila ketiganya saling bekerja sama, akankah lebih sukses ataukah semakin lancar? Dimulai dari delete, unfollow, hingga berakhir pada fitur block. Lho kok bisa? Gimana caranya...
Mari kita ambil pemisalan sederhana yang ada di era digital...
Habibie dan Novi merupakan pasangan kekasih, keduanya telah merajut cinta sejak sama-sama berada dibangku sekolah menengah atas.Â
Peresmian hubungan keduanya (konteks-pacaran) terjadi ketika berada di kelas 12 SMA, hingga menyandang gelar sarjana, keduanya tetap merajut cinta.Â
Sama seperti pasangan pada umumnya, keduanya saling berteman di seluruh media sosial dengan begitu damai. Baik di dunia nyata maupun di dunia maya, hubungan keduanya berjalan dengan begitu sempurna.Â
Namun siapa sangka, karena suatu problem mengharuskan keduanya melayangkan break up. Semuanya bermula pada pihak Habibie.Â
Hingga akhirnya Novi tidak kuasa menahan hal tersebut dan mulai menjaga jarak dari Habibie.Â
Di dunia nyata Novi sudah tidak ingin bertemu lagi dengan Habibie. Sedangkan di dunia maya, Novi men-delete semua kenangan manis yang menghiasi album instagramnya (foto dirinya dan Habibie).Â
Tidak hanya itu saja, Novi mulai mencoba untuk berhenti mengikuti (unfollow) Habibie di media sosial. Dirinya tidak kuasa melihat semua aktivitas yang dilakukan oleh mantan pacarnya tersebut.Â
Hingga akhirnya mencoba melakukan tindakan block pada semua akun media sosial milik Habibie, sesaat mendengar kabar Habibie akan dijodohkan oleh seorang perempuan.Â
Dari ilustrasi di atas dan dari kisah yang dijalani oleh Habibie dan Novi, tindakan delete, unfollow hingga block ternyata mampu memberikan dampak khusus bagi yang melakukannya, seperti:
Pertama, mulai menjaga jarak
Di era digital seperti sekarang ini, mencari informasi tentang seseorang dikatakan sulit juga lah tidak, karena media sosial yang dimilikinya terkadang menjadi sebuah jawaban atas semua itu.Â
Tidak jarang, segala interaksi yang dilakukan pada media sosial ini akan membuat kedekatan seseorang semakin dekat, melalui perantara dunia maya, begitu pula sebaliknya.Â
Seperti halnya yang dilakukan oleh Novi kepada Habibie pada ilustrasi di atas, dengan cara menjaga jarak dari Habibie hingga akhirnya menghindar dari sang mantan kekasih, Novi mulai melayangkan fitur blokir di akhir kisahnya.
Berhenti melihat seluruh aktivitas seseorang di media sosial merupakan cara ampuh untuk mulai menjaga jarak dengannya. Cara ini dilakukan dengan dalih berhenti untuk mencari tahu segala macam tentang hidupnya.Â
Kedua, membuat hati menjadi tenang
Dengan menghindar dari media sosial bisa membuat hati seseorang menjadi lebih tentram dan tenang. Seperti halnya yang terjadi pada kisah Habibie dan Novi.Â
Memang terkesan sederhana dan sedikit tidak masuk akal, kok bisa dampak dari media sosial bisa langsung kena di hati? Tentu saja bisa.
Dunia maya memang merupakan dunia yang terbatas karena hanya bisa dilihat melalui perantara media, namun apa yang dilihat inilah mampu menjadi boomerang pada diri sendiri.
Terkhusus bagi seseorang yang pernah menjalin cinta dan saling mencintai. Namun harus berakhir pada kata break up. You know lah...
Pernah mendengar kalimat seperti ini, "berhentilah mencari tahu akan sesuatu hal yang seharusnya tidak perlu diketahui lagi, karena hal demikian tiadalah berguna". Paham sampai disini?Â
Tidak ada yang salah, karena ada waktunya kita sendiri harus menghindar, seperti tindakan Novi pada ilustrasi di atas.Â
Ketiga, proses move on lebih cepat
Tidak bisa dipungkiri lagi, dengan berhenti melakukan interaksi di media sosial, terkhusus pada seseorang yang telah break up dari sang kekasih hati (konteks-pacaran) mampu membuat dirinya lebih cepat untuk move on.Â
Memang, tidak semudah itu melupakan apa yang pernah dijalani secara bersama. Namun setidaknya, proses menuju kata move on telah diusahakan.
Di media sosial, kita terkadang lebih cenderung untuk kepo, dengan semakin "ingin tahu", hal inilah yang mampu menggoyahkan hati untuk sulit mundur dari seseorang. Maka dari itu, berhentilah untuk mencari tahu.
Tidak jarang, tindakan yang dilakukan seseorang terkait delete, unfollow, block di dunia maya seperti yang dilakukan oleh Novi pada ilustrasi diatas memang akan menimbulkan berbagai macam pendapat, ada yang pro dan ada pula yang kontra.Â
Pertama, ada yang berpendapat bahwa tindakan tersebut terlalu egois, karena hanya mementingkan dirinya sendiri tanpa memperhatikan perasaan orang lain dan secara tidak langsung telah memutuskan hubungan pertemanan.Â
Kedua, terlalu bersikap kekanak-kanakan karena bagaikan terlalu membenci dan menghindari seseorang atas problem yang dihadapinya, terkait tindakan delete, unfollow dan block.Â
Meskipun demikian, kita tidak bisa menilai seseorang hanya dari satu sisi saja, karena dirinya pasti lebih tahu dan memiliki alasan yang tepat kenapa harus melakukan hal demikian.Â
Kita hanya sebagai pengamat, sedangkan dirinya adalah pemeran.Â
Maka dari itu, pengamat tidaklah bisa mengubah suatu keputusan yang ada, karena pengamat hanya bisa mencari tahu kenapa hal demikian harus terjadi, bukan berarti dirinya harus merubah suatu kejadian...
Catatan:
Apabila ada kesamaan nama pada ilustrasi di atas, itu hanyalah kebetulan semata. Ilustrasi di atas hanya sekedar untuk memfokuskan pada satu kasus saja.Â
Thanks for reading
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H