Bukan tanpa alasan kenapa saya mengirimkan postingan artikel di menit-menit terakhir waktu yang ada.Â
Itu merupakan bentuk semangat saya untuk terus menyelesaikan tantangan yang ada di program Samber Kompasiana ini.Â
Pada saat itu, perasaan ingin menyerah juga hadir secara bersamaan, ditambah lagi kapasitas mata sudah tidak bisa diajak kerjasama untuk menyelesaikan tulisan, hingga jari jemari mulai merasakan dampaknya di waktu tersebut.Â
Namun diri ini terus menyakinkan diri, bilamana ingin menyerah dan tidak ingin menyelesaikan tantangan yang ada, sebaiknya "sedari awal tidak ikut terjun dan masuk ke dalam blog competition ini".Â
Bila telah terjun dan masuk, ada baiknya, blog competition Samber yang ada di Kompasiana "harus" diselesaikan hingga akhir.Â
Ada hikmah yang begitu besar dengan mengikuti blog competition ini, karena untuk pertama kalinya saya ikut serta dalam program Samber Kompasiana dan disinilah, saya mulai belajar untuk konsisten menulis one day one article.
Serta dari sini jugalah saya belajar bahwa konsisten menulis mampu memberikan semangat tersendiri pada diri kita dan saya pun sangat salut dengan teman-teman literasi di Kompasiana yang selalu bisa menghasilkan karya tulisnya setiap hari.Â
Samber Kompasiana mengajarkan kita, bahwa apa yang telah kita lakukan dan kerjakan sedari awal memang harus diselesaikan hingga akhir dengan sebaik mungkin.
Jangan berniat lari sebelum apa yang dikerjakan tersebut terselesaikan dengan baik. Yakinkan diri, motivasilah diri sendiri, bahwa bisa melakukan dan menyelesaikan tantangan dari Samber Kompasiana ini.
Samber, Satu Ramadan Bercerita di Kompasiana. Sebuah pengalaman menulis maraton selama satu bulan penuh tanpa putus yang tidak akan terlupakan#SamberTHRKompasiana@kompasiana— Desy Indah (@desyIndahhhh) May 8, 2021
Memang tidak menutup kemungkinan, terkadang hadirnya pikiran yang menghasut diri untuk berhenti mengerjakannya dan ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor.Â