Apabila kita tidak melaksanakan satu hari saja shalat tarawih selama di bulan Ramadan, lembar per lembar di dalam buku agenda ini akan tampak kosong.Â
Inilah salah satu alasan yang membuat desy kecil di saat itu sangat bersemangat melaksanakan shalat tarawih ke masjid. Demi terisinya ceramah dan demi mendapatkan tanda tangan.
Dengan bermodalkan mukena yang telah dikenakan dari rumah, sendal kecil yang menghiasi kakinya, serta buku agenda dan pena yang berada di dalam genggamannya, desy kecil beserta orang tuanya melangkahkan kaki ke masjid.Â
Meskipun memiliki ukuran badan yang begitu mungil ketika itu, saya selalu melaksanakan shalat tarawih di tengah-tengah kaum wanita yang memiliki ukuran tubuh yang lebih tinggi, dan keramahan mereka semua selalu hadir menyapa saya yang sangat kecil di saat itu.Â
Bisa dikatakan, buku agenda Ramadan yang saya terima ketika masih berada di sekolah dasar memang menjadi motivasi besar untuk melaksanakan shalat tarawih.Â
Secara, namanya juga anak kecil, bilamana tidak ada motivasi ataupun faktor pendukung, rasanya, semangat tersebut akan luntur dan mudah tergoyahkan. Bukankah begitu?
Selain itu, ada momen yang paling diingat dan tidak akan dilupakan, yakni ketika telah selesai melaksanakan shalat tarawih. Di saat itu dan seketika itu juga langsung mencari kerumunan anak yang sekiranya seumuran.Â
Sudah pasti, tujuan mereka di sana adalah meminta tanda tangan. Dengan langkah seribu dan tidak mau ketinggalan, saya langsung meluncur ke arah kerumunan tersebut.
Sadar atau tidak, meskipun (dulu) kita melaksanakan semua ibadah tersebut karena tuntutan tugas sekolah agar semuanya bisa terisi dengan sempurna.
Namun ada hikmah yang melatih diri kita sendiri secara langsung melalui buku agenda Ramadan ini, seperti:
Pertama, melatih kejujuran