Mohon tunggu...
Desy Hani
Desy Hani Mohon Tunggu... Lainnya - Happy reading

Hi, you can call me Desy - The Headliners 2021 - Best in Opinion Kompasiana Awards 2023 - Books Enthusiast - Allahumma Baarik Alaih

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Stalking Mantan Pacar, Emang Ada Faedahnya?

8 April 2021   14:40 Diperbarui: 9 April 2021   18:42 2062
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi stalking mantan (sumber: tangkapan layar akun facebook Ramayana Department Store)

Stalking mantan pacar, sebuah tindakan yang membuat seseorang harus bertarung keras dengan hatinya sendiri. Baikkah bila terus menerus dilakukan hanya sekedar penasaran?

Stalking mantan pacar merupakan salah satu trik yang bisa membuat seseorang gagal move on. Begitulah faktanya berbicara. 

Bagaimana tidak, dirinya telah memiliki tingkat keingintahuan yang sudah melebihi ambang batas kewajaran. Di era digital seperti sekarang ini, tindakan stalking sangatlah mudah dilakukan. 

Dengan berteman di akun media sosial milik objek sasarannya (mantan-pacar), para stalker akan dengan mudah mencari tahu, mengenai apa yang ingin diketahuinya, alias kepo abis. 

Namun, apabila akun media sosial telah diblokir oleh sang mantan pacar, jurus stalking tetap bisa dilakukan, yakni dengan menyiapkan second account, misalnya. Demi sukses memata-matai. 

Semua itu bisa dilakukan melalui media sosial seperti Instagram, Twitter, Facebook, atau apapun itu yang bisa menjadi media penghubung untuk mencari informasi secara detail, tepat dan akurat. 

Mulai dari bagaimana keadaanya sekarang? Bagaimana hidupnya sekarang? Apakah telah bahagia atau malah sebaliknya? Dan yang terpenting, apakah dirinya telah memiliki kekasih yang baru? Duh kepo abis ini.

Ilustrasi mantan pacar (sumber: digstaksi.com)
Ilustrasi mantan pacar (sumber: digstaksi.com)

Karena memang tujuan utama dari melakukan tindakan stalking ini adalah untuk mencari tahu, ataupun memantau aktivitas dari objek sasarannya (mantan-pacar) melalui perantara media sosial, misalnya. 

Sederhananya, stalking digunakan untuk mencari informasi secara diam-diam dengan bermodalkan "kuota". Tanpa harus membayar seseorang untuk menjadi "spy". 

Ajaibnya, tindakan stalking selalu berjalan mulus tanpa adanya hambatan sama sekali, karena jari-jemari mampu diajak kerja sama dengan baik dan benar. 

Namun bila dipikir secara ulang dan jernih, apakah ada faedahnya mencari tahu kembali kehidupan sang mantan pacar? Padahal faktanya kalian telah break up. 

Masih peduli dengan keadaannya? Nyatanya, semua ini sangat wajar bila terjadi. Terlebih lagi bila hubungan yang dijalani sebelumnya terbilang cukup lama dan sangat berkesan. 

Akan ada penilai khusus kenapa hatinya masih berpaut dengan kisahnya terdahulu, namun disisih lain hatinya memaksa untuk segera mungkin bisa move on. Hingga akhirnya melupakan. 

Bagi kalian yang sangat doyan stalking, mestinya bisa lebih hati-hati, karena tujuan utama kalian adalah melepaskan rasa penasaran yang bersarang di dalam diri. 

Apabila telah terpenuhi, bagaimanakah nasib hati yang kalian miliki? Tantu saja hal ini akan langsung menyerang perasaan di hati secara membombardir tanpa permisi. 

Maka dari itu, berhentilah untuk stalking. 

Ilustrasi stalking mantan (sumber: tangkapan layar akun facebook Ramayana Department Store)
Ilustrasi stalking mantan (sumber: tangkapan layar akun facebook Ramayana Department Store)

Berikut ini trik yang bisa dilakukan untuk menguatkan diri agar tidak menjadi stalker, terkhusus nge-stalking mantan pacar, seperti:

1. Menahan diri
Langkah pertama yang harus kalian lakukan adalah dengan menahan diri untuk tidak mencaritahu lagi keadaan mantan pacar. 

Semua ini bisa dilakukan apabila kalian sendiri yang meniatkannya di dalam hati. Biarkanlah mantan pacar kalian hidup dengan ceritanya sendiri, tanpa harus kalian kepoin (lagi).

2. Tutup mata dan tutup telinga
Tutup mata dan tutup telinga disini bukan berarti kalian memejamkan mata, ataupun menyumbat telinga kalian menggunakan sesuatu. No, itu bukanlah konsepnya. 

Dengan kalian menutup mata dan menutup telinga mengenai informasi sang mantan, secara tidak langsung kalian telah menjaga perasaan kalian sendiri dan itu sangat baik dilakukan.

Dengan begitu, kalian tidak akan berniat untuk stalking, setidaknya, kalian telah bersikap bodo amat dengan kehidupan mantan pacar. Toh, itu memang bukan ranah kalian lagi. 

3. Bukan urusan kalian lagi
Langkah selanjutnya adalah dengan menanamkan prinsip bahwa dirinya bukanlah urusan kalian lagi. Biarkanlah dirinya dengan cerita barunya. 

Untuk apa kalian repot-repot menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk menjadi stalker. 

Dengan susah payahnya kalian menenangkan hati dan telah mencapai titik keberhasilan move on, sekejab itulah kalian ubrak-abrik lagi hati tersebut dengan menjadi seorang stalker. 

4. Manfaatkan fitur media sosial
Melakukan stalking di era digital memang sangatlah mudah. Tanpa harus mengeluarkan keringat, kalian tetap bisa memperoleh informasi yang kalian butuhkan. 

Namun sayang seribu sayang, tindakan stalking mantan pacar di media sosial seharusnya dimusnahkan. 

Trik selanjutnya adalah dengan memanfaatkan fitur dari media sosial itu sendiri. Ada 2 fitur andalan agar kalian bisa berhenti menjadi seorang stalker. Ini merupakan langkah terbaik yang bisa dilakukan. 

Pertama dengan menggunakan fitur blokir dan kedua menggunakan fitur senyap. Tidak ada yang salah dengan fitur ini, karena dengan menggunakan salah satu dari kedua fitur ini, kalian tidak akan pernah lagi melihat mantan pacar wara-wiri menghiasi timeline media sosial.

Dengan begini, kemungkinan sangat kecil kalian akan menjadi stalker dadakan. Pada dasarnya, tindakan stalking bisa terjadi dikarenakan adanya perantara yang mendorong hati serta pikiran untuk menjadi stalker sejati.

Maka dari itu, ada baiknya setelah kalian resmi break up. Berhentilah untuk melakukan tindakan stalking ini. Dengan menjadi pelaku stalker, secara tidak langsung kalian telah meyayat hati sendiri. 

Tidak ada keuntungan dari tindakan stalking mantan pacar, yang ada hanyalah kerugian, karena hati yang kalian miliki bisa kembali terluka. Eaaa... skip

Akan tetapi, bila tindakan stalking ini terus dipaksakan, maka akan menimbulkan beberapa dampak. 

Dampak nyata dari aksi stalking ini akan dirasakan secara langsung oleh yang bersangkutan, kecuali, dirinya memang memiliki hati yang sekuat baja. Akan tetapi, model hati seperti ini kemungkinan kecil dimiliki oleh seseorang. 

Ilutrasi stalking mantan pacar (sumber: akun ask.fm Diajengsekarr) 
Ilutrasi stalking mantan pacar (sumber: akun ask.fm Diajengsekarr) 

Tidak merelakan

Setelah break up, rela ataupun tidak rela, seharusnya kalian mesti merelakannya. 

Ketika jari jemari memaksa untuk menari-nari menyaksikan kehidupan mantan pacar melalui stalking, disanalah hati kalian sebenarnya sedang bertarung. 

Terlebih lagi bila sang mantan punya gebetan baru, atau lebih parahnya lagi sang mantan pacar telah menempuh hidup baru.

Di saat itulah kalian melihat kebahagiaan yang tergambar dengan jelas di raut wajah mantan pacar. Kalau udah begini, ambyar nggak tuh...

Mematahkan hati lagi

Dengan semakin kalian suka stalking, disaat itulah secara tidak langsung kalian telah mematahkan hati kembali.

Coba deh dipikir ulang, misalnya, ketika kalian sedang staking mantan dan disaat itulah kalian melihat sebuah postingan bahagia. 

Sementara hati kalian masih sibuk berjuang untuk melepaskannya dari pikiran. Sudah tergambar secara jelas bahwa hati kalian akan terpatahkan lagi. Merugikan? Tentu saja, terlebih lagi bila terus menerus disaksikan. 

Maka dari itu, ketika sudah lepas dari yang namanya pacar. Kalian memang harus bisa ikhlas untuk melepaskannya pula. 

Sederhananya, bila dirinya memang cinta, dirinya tidak akan semudah itu melepaskan. Begitu pula sebaliknya. Konsep sederhana ini mestinya harus tertanam di dalam diri 

Namun bilamana kalian tetap memaksakan diri untuk menjadi stalker di salah satu akun media sosial milik mantan pacar. Siap-siap saja kalian sendirilah yang merasakan akibatnya. 

Manusia memang makhluk yang perasa, wajar saja bila semuanya akan berkaitan dengan perasaan. So, think smart!

Thanks for reading

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun