Body Shaming, satu perkataan yang kalian ucapkan untuk menilai orang lain dengan kejam, sama dengan satu perkataan yang akan menyakiti hati para objek yang menjadi sasarannya
Setiap makhluk hidup di muka bumi ini tentunya memiliki fisik yang sudah menjadi ciri khasnya masing-masing dan itu tidaklah sama. Mulai dari bentuk hidung, warna kulit, bentuk wajah, tinggi badan, ukuran tubuh hingga bentuk rambut.
Apa yang telah di anugerah oleh Sang Maha Pencipta tentunya harus kita syukuri. Ingat, tidak ada yang sempurna di dunia ini, jadi selalu tanamkan lah rasa syukur di dalam diri.
Sebagai hambanya, tentu saja kita harus merawat dengan sangat baik apa yang sudah dianugerahi oleh Sang Maha Pencipta. Mulai dari menggunakan skincare hingga bodycare, misalnya. Kegiatan seperti ini digunakan untuk memanjakan diri kita sendiri.
Namun ternyata, fisik yang menjadi pembeda antara satu orang dengan orang lainnya tidak jarang menimbulkan sebuah perilaku yang dikenal dengan istilah Body Shaming. Disadari atau tidak, itu nyatanya ada.
Dilansir dari alodokter.com bahwa body shaming merupakan perilaku menjelek-jelekkan dan mengomentari penampilan fisik orang lain. Perilaku seperti ini sama saja dengan tindakan bullying.
Mari kita ambil permisalan melalui ilustrasi secara sederhana, untuk melihat tindakan dari body shaming ini.
Ada dua gadis perempuan yang sudah lama tidak berjumpa, mereka berdua dulunya dipertemukan karena menempuh pendidikan di Universitas yang sama, sebut saja namanya Nisa dan Inella (kedua nama ini hanya sekedar untuk permisalan, tidak lebih dari itu).
Sudah lebih dari 3 tahun lamanya mereka berdua tidak bertemu, dikarenakan urusan pekerjaan membuat mereka berdua akhirnya berpisah.
Singkat cerita, tanpa direncanakan sebelumnya, mereka berdua dipertemukan di sebuah mall. Nisa yang sedari awal sedang melihat buku, tanpa sengaja melihat sosok yang dikenalnya sewaktu masih berada di bangku perkuliahan.
Tanpa berpikir panjang, Nisa langsung menyapanya. "Hai Inella, masih ingatkah denganku", sambil tersenyum manis ke arah Inella
"Wah ingat dong. Hai Nisa, long time no see", sapa Inella diikuti dengan senyumannya.
"Nggak nyangka ya kita bisa bertemu disini, udah 3 tahun rasanya nggak pernah ketemu ya. Eh btw, loh kok gendutan banget sih Nel, wah subur nih ye udah kerja hihihi".
Mendengar ucapan Nisa, Inella hanya terdiam dan mulai mengeluarkan senyum kecutnya. Belum selesai, Nisa melanjutkan perkataannya lagi dengan nada yang teramat sangat santai.
"Oh iya, loh kok mulai jerawatan ya Nel, wah udah mulai mengenal cinta nih ye haha, jangan lupa ngundang aku ya kalau mau nikah nanti".
"Eh iya Nel, loh pakai apa sih bisa jerawatan gitu, coba deh pakai produk skincare dari ABCDE, muka aku bagus banget pakai produk itu", ucapnya lagi.
Kali ini Inella tidak hanya diam, dirinya hanya menjawab dengan perkataan yang seadanya saja.
"Haha iya gendutan, karena bahagia dengan kerjaan, ya namanya juga hormon bisa saja jerawat timbul, nyatanya masih dalam keadaan normal ya Nis, hehe"Â ucapnya, dengan senyum kecut menghiasi wajahnya.
Terlihat raut wajah yang ditampilkan Inella tampak sangat lesu sesaat bertemu dengan Nisa, bila bisa diputar waktu, rasanya Inella tidak ingin berjumpa dengan Nisa, kalau pertemuan dirinya dengan Nisa hanya berujung pada perkataan yang membahas fisiknya.
Dari ilustrasi di atas kita bisa mengambil sebuah kesimpulan, bahwa body shaming yang kita anggap hanya sebuah perkataan biasa mampu menyakitkan perasaan orang lain. Come on, berhentilah berperilaku seperti ini
Terkadang, para pelakunya hanya menganggap bahwa apa yang dikatakannya hanya sekedar pencair suasana agar tidak tegang, alias hanya becandaan.
Seperti halnya kalimat yang diutarakan oleh Nisa pada ilustrasi di atas, " eh btw, loh kok gendutan banget sih Nel, wah subur nih ye udah kerja hihihi" dan "oh iya, loh kok mulai jerawatan ya Nel, wah udah mengenal cinta nih ye haha". Duh perkataanya.
Rasanya sungguh tidaklah masuk di akal. Bila hanya sekedar bercanda tidak seperti itu juga caranya, masih banyak perkataan lain yang bisa menghasilkan gelak tawa, selain membahas penampilan fisik seseorang.
Para objek yang menjadi sasaran body shaming tentunya akan memperoleh beberapa dampak terhadap dirinya sendiri, seperti menimbulkan gangguan mental hingga depresi, serta semakin hilangnya rasa kepercayaan diri.
Pelaku body shaming terkadang tidak memikirkan dampak dari perkataannya, sedangkan objek yang menjadi sasarannya bisa memikirkan perkataan tersebut secara berlebihan.
Otaknya akan terus menerus bekerja dan berpikir tanpa henti, kenapa dirinya bisa mendapatkan vonis sedemikian buruknya tentang fisik yang dimilikinya.
Agar tidak menjadi salah satu dari sekian banyak para pelaku body shaming, ada baiknya tanamkanlah di dalam diri untuk memiliki prinsip hidup sebagai berikut:
Pertama, jagalah perkataan dengan baik
Hal pertama yang harus kita lakukan adalah menanamkan di dalam diri untuk terus menjadi pribadi yang baik. Jangan suka mengeluarkan perkataan yang tidak baik bagi orang lain. Ingatlah "mulutmu adalah harimaumu".
Lebih baik diam daripada harus mengeluarkan kata-kata bagaikan duri yang tajam dan menusuk perasaan orang lain. Kita tidak akan tahu dampak yang akan dirasakan oleh seseorang yang memperoleh perkataan kejam tersebut (body shaming).
Seperti halnya kalimat pada ilustrasi di atas, "eh btw, loh kok gendutan banget sih Nel, wah subur nih ye udah kerja hihihi", daripada mengeluarkan pertanyaan yang tidak penting seperti ini, kenapa tidak diganti saja dengan pertanyaan yang lebih baik.
Dengan mengganti pertanyaannya dengan kalimat seperti, "kapan pulang kesini? Bagaimana kabarnya, gimana kerjaan disana? Baik kah?". Nah ini kalimat sederhana namun enak didengar daripada malah membahas penampilan fisik orang lain.
Think smart, banyak bicara tidak masalah, asalkan tidak pernah menyakitkan hati serta perasaan orang lain.
Kedua, jangan suka mengurusi hidup orang lain
Hidup setiap orang tentunya sangat berbeda satu sama lain, kita tidak tahu bagaimana dirinya menjalani proses tersebut.
Terlebih lagi bila kita ikutan nimbrung mengomentari hidupnya, yang nyatanya komentar kita sendiri tidak ada fungsinya sama sekali.
Seperti halnya pada ilustrasi di atas, dimana Nisa memberikan saran dadakan kepada Inella, tanpa berpikir panjang dirinya langsung mencetuskan kalimat, "eh iya Nel, loh pakai apa bisa berjerawat gitu, coba deh pakai produk skincare dari ABCDE, muka aku bagus banget pakai produk itu".
Begini, ketika kita memutuskan berkomentar serta memberikan saran tanpa diminta, apakah komentar dan saran kita nyatanya benar? Belum tentu, malah bisa saja salah dan menyakiti hatinya.
Dengan melakukan tindakan body shaming karena mengomentari jerawatnya saja ini sudah tidak baik, terlebih lagi dengan sok tau memberikannya saran produk dari ini dan itu.
Bisa saja, orang yang bersangkutan telah menggunakan berbagai macam produk dengan kualitas terbaik tanpa dirinya bilang, hingga pergi ke klinik kecantikan untuk memperoleh hasil yang maksimal dan itu pun tidak di umbar-umbarnya.
Jenis kulit juga mempengaruhi timbulnya jerawat, hormon, bahkan karena genetik pun bisa menjadi alasannya.
Maka dari itu, jangan suka menilai orang lain secara sembarangan dan jangan terlalu suka mengurusi hidup orang lain, terlebih lagi bila kita sendiri tidak tahu apa-apa. Berpikir cerdaslah. Oke.
Ketiga, saling menghargai satu sama lain
Tanamkanlah di dalam diri untuk saling menghargai satu sama lain. Tidak sulit menerapkan prinsip ini, dengan menghargai orang lain nyatanya kita telah memiliki etika yang baik.
Seperti halnya ilustrasi di atas, saat Inella menyapa kembali Nisa dengan pernyataan, "hai Nisa, long time no see", biasakanlah untuk berbicara seirama dan selaras.
Bukan malah mengalihkan pembicaraan, terlebih lagi membahas tentang penampilan fisik seperti yang dilakukan oleh Nisa pada ilustrasi di atas.
Tidak sewajarnya kita menilai penampilan fisik orang lain dengan semena-mena. Logikanya begini, kita dengan mudahnya menilai orang lain, apakah fisik kita nyatanya sempurna dan lebih baik dari orang yang bersangkutan?
Hargailah orang lain dengan sebaik mungkin, sebagaimana engkau ingin dihargai. Berteman baiklah tanpa pernah menyakiti perasaan orang lain. Ingat, di dunia ini tidak ada yang sempurna, karena kesempurnaan hanya milik-Nya semata
Manusia yang baik tentunya akan memperlakukan orang lain dengan sebaik mungkin. Jangan selalu merasa sempurna, karena nyatanya tidak ada yang sempurna di dunia ini.Â
Note: apabila ada kesamaan nama pada ilustrasi di atas, itu hanyalah sebuah kebetulan semata dan ilustrasi di atas hanya dipergunakan untuk memfokuskan pada satu kasus saja.
Demikianlah pembahasan saya pada hari ini. Saya mohon maaf apabila ada salah kata di dalam setiap penulisan artikel ini.
Semoga informasi ini bisa bermanfaat
Baca juga:Â Hindari Dampak "Cyberbullying", Ini Etika yang Perlu Diterapkan Saat Berselancar di Medsos
Thanks for reading
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H