Mohon tunggu...
Desy Hani
Desy Hani Mohon Tunggu... Lainnya - Happy reading

Hi, you can call me Desy - The Headliners 2021 - Best in Opinion Kompasiana Awards 2023 - Books Enthusiast - Allahumma Baarik Alaih

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jilbabku

18 Juli 2020   15:04 Diperbarui: 18 Juli 2020   15:06 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Jilbab adalah sesuatu yang aku kenakan sejak aku duduk di bangku sekolah menengah pertama. Saat berada di bangku sekolah, sungguh aku tidak begitu paham fungsi dari penutup yang aku kenakan ini.

Namun orang tuaku selalu mengajariku untuk mengenakan jilbab ini. Dari kecil sudah mengenakannya dan dari kecil pula aku sudah terbiasa memakainya.

Aku sangat bersyukur karena terlahir dari keluarga yang begitu menyayangiku. Syifa Nurmala itulah nama lengkapku. Nama kecilku adalah Ifa. Sejak kecil keluargaku dan teman-temanku selalu memanggilku dengan nama Ifa. Aku adalah anak terakhir dari tiga bersaudara. Kakakku semua adalah laki-laki.

Semenjak lulus dari bangku sekolah, aku lalu melanjutkan pendidikan di salah satu universitas di kota kelahiranku.

Sejak saat itu aku baru mengerti betapa pentingnya jilbab sebagai pelindung bagi seorang perempuan. Tidak hanya sebagai pelindung saja. Jilbab yang ku kenakan ini adalah tanda bahwa aku adalah seorang perempuan muslim.

Setelah menjadi mahasiswi aku mulai mengikuti berbagai macam organisasi yang berbasis islam di kampusku. Sejak saat itu, aku mulai bertemu dengan berbagai macam mahasiswa dan mahasiswi yang sama-sama menuntut ilmu agama.

Baru kusadari betapa pentingnya identitas yang ku kenakan saat ini. Mengenakan jilbab merupakan salah satu kewajiban dalam menutup aurat, terutama bagi perempuan muslim yang telah baligh. Meskipun jilbab yang ku kenakan ini belum bisa dikatakan sempurna.

"Ifaaaa" sapa Salsa dengan nada suara yang sedikit berteriak.

Salsa adalah teman terbaikku di kampus ini. Nama lengkapnya adalah Salsabila. Kami berada di satu jurusan yang sama. Aku semakin paham dan mengerti akan fungsi jilbab semenjak aku berteman dengannya. Karena dulu aku hanya sekedar memakainya saja. Tanpa tau makna yang sebenarnya.

Salsa begitu baik dan tidak pernah memandang remeh terhadap siapapun yang bertanya dengannya perihal agama. Aku begitu bangga dan salut dengannya. Meskipun terkadang Salsa masih tidak kuat menahan diri bila melihat kaum laki-laki yang mampu membuatnya terpesona. Apalagi kalau bukan karena wajahnya yang rupawan. Maklumlah ya anak remaja yang masih mencari jati diri. 

"Ya yaa salsa, ada apa ?" Tanyaku, sesaat setelah Salsa berada dihadapanku

"Hari ini ada pembicara yang katanya terkenal banget Fa di kampus kita. Terus pembicaranya ganteng banget. Itu gosip yang baru kudengar Fa. Aku pengen nonton nih" ucap Salsa

Aku sempat heran dengan pernyataan yang dikatakan oleh Salsa. Dia kesana mau nyari ilmu atau hanya sekedar mencari mood terbaik saja.

"Eehh... terus kalau udah lihat pembicaranya kamu mau apa ?" Tanyaku

"Iya enggak apa-apa loh Fa. Kan sekalian cuci mata dan mencari ilmu. Jadi ibaratnya itu, satu kali dayung dua tiga pulau terlampaui"

"Enggak ada hubungannya Salsa" protesku dengan nada suara yang sedikit meninggi

"Yaudah deh Fa, cepetan kita daftar. Keburu kuotanya habis. Acaranya dimulai jam 4 sore nanti. Ini udah jam 1 loh. Kan udah enggak ada mata kuliah lagi di jam 4 nanti"

Karena Salsa sudah meminta dengan raut muka yang sungguh mengemaskan. Sungguh aku tak mampu menolak ajakannya ini. Akhirnya kami berdua pun melangkahkan kaki ke arah stand yang membuka tiket pendaftaran.

****

Jam telah menunjukkan pukul 15.30 sore. Setengah jam lagi acara akan segera dimulai. Semua peserta yang ikut sangat berantusias memasuki gedung perkumpulan universitas. Termasuk aku dan Salsa.

"Fa rame banget, ini orang mau nonton pembawa acaranya atau mau nyari ilmunya ya" protes Salsa

"Lah itu kan kamu Sa, niat awal ikut acara ini karena ngeliat pembicaranya kan. Emang luar bias sekali temanku ini" ucapkku

"Hhhmm iya deh Fa, hampir benar spekulasimu"

Setelah semua peserta berkumpul. Akhirnya keluarlah pembicara yang ditunggu-tunggu. 

Siapa lagi kalau bukan Aditya Prasetyo. Aditya Prasetyo adalah salah satu pembicara dan motivator yang begitu terkenal. Tidak hanya dikotaku saja. Aditya Prasetyo sudah sering mengisi acara diberbagai stasiun televisi. Tidak hanya di Indonesia saja namun sampai mancanegara. Di usia yang masih muda, Aditya sudah menjadi seorang motivator dengan gelar terbaik. Luar biasa sekali bukan. Wajar saja begitu banyak peserta yang hadir ingin menyaksikan acaranya. 

Ternyata tema acara yang akan di sampaikan sore ini adalah "Kewajiban Mengenakan Jilbab Bagi Perempuan Muslim".

Pantas saja yang hadir banyak perempuan. Namun ada beberapa laki-laki yang ikut hadir menyaksikan acara ini. Aku juga sempat bertanya di dalam hati. Kenapa para laki-laki ikut dalam acara ini. Sedangkan temanya saja tidak ada sangkut pautnya sama sekali dengan mereka.

Entahlah. Mungkin mereka ingin mengisi waktu kekosongan, atau mungkin mereka mengidolakan seorang Aditya Prasetyo, ataukah mungkin mereka mulai mencari ilmu tentang seorang perempuan agar mereka bisa membimbing kelak istrinya dengan baik.

Entahlah, semuanya hanya sebuah pendapat tanpa suatu dasar yang jelas.

Dengan begitu antuasias, semua peserta mendengarkan dengan baik apa yang disampaikan oleh pembicara.

Ada beberapa point yang disampaikan oleh pembicara, yang bisa kutangkap ialah ayat-ayat Allah di dalam Al Quran yang mengharuskan setiap perempuan muslim untuk berjilbab.

Seperti :

"Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya dan kemaluannya dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dada (dan leher) mereka...." (QS. An Nur: 31)

"Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mu'min: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke tubuh mereka." Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" (QS. Al Ahzab: 59)

Dan tentunya masih banyak lagi ayat-ayat Allah, maupun hadits yang menjelaskan tentang keharusan menutup aurat bagi seorang perempuan muslim.

Itu hanya sebagian saja yang aku ingat dari acara di gedung perkumpulan mahasiswa sore hari ini.

Semakin sering aku mengalih ilmu tentang agama dan semakin sering aku berusaha mencari makna dari pakaian seorang perempuan muslim. Aku semakin yakin dan selalu berusaha untuk tetap istiqomah mengenakan pakaian ini sampai kapanpun.

Aku bukanlah seorang perempuan yang sempurna dan bukanlah seorang perempuan yang ahli ibadah. Aku hanya ingin terus menjadi lebih baik lagi dari aku yang sebelumnya - Syifa Nurmala

- the end -

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun