Selama nyawa masih melekat dalam raga, dan otak masih berfungsi dengan baik... Tak ada alasan untuk nggak bisa berusaha. Gunakan otak kita untuk berfikir hebat. Yakinlah bahwa kita pasti bisa. Apalagi di masa pandemi covid-19 ini, seolah tatanan kehidupan telah berganti. Yang sangat terasa saat ini perekonomian semakin kritis.
Menghadapi semua ini, membutuhkan mental yang kuat dan pemikiran yang sehat. Mau tidak amau kita dituntut untuk bisa mengikuti peralihan kehidupan di jaman yang semakin menegangkan. Banyak orang yang kerepotan dalam mencari mata pencahariannya kembali, faktanya di lingkungan masyarakat hingga hari ini masih banyak yang menganggur akibat dirumahkan imbas corona.
Kendati demikian, kita tidak boleh terlalu lama merasa terpuruk, haruslah selalu mencoba berusaha. Mungkin memang bicara itu mudah dan melakukannya yang terasa sulit, tapi jika seseorang sedang berada dalam kesulitan namun sama sekali tidak mau berusaha untuk bisa bangkit, bukankah orang itu malas? nggak mau "bekerja keras"...menuruti rasa isin (malu), serba takut akan "kegagalan" sebaiknya rasa itu disingkirkan dahulu. Karena manusia punya rasa cemas, khawatir boleh tapi tetap harus optimis.
Pasrah dengan keadaan yang ada tanpa upaya terlebih dahulu, itu menyedihkan. Hidup jaman sekarang kalau usahanya nggak "digas pol" (digenjot kuat), ya repot. Persaingan semakin ketat. Prinsipnya siapa duluan dia yang akan dapat. Maka berlombalah dalam mencari peluang, manfaatkan tehnologi modern yang kita punya meski sekedar handphone.
Ayo, jangan menyerah dengan keterpurukan... Percayalah, pasti ada jalan keluar. Tekun berusaha, ikhtiar, dan berdo'a. Manfaatkan otak kiri untuk belajar akademis (logis, analitis) dan otak kanan untuk berlatih kreatif.
Tumbuhkan jiwa kompetitif dan pantang menyerah dalam diri kita. Karena hidup merupakan suatu perlombaan. Berlomba menggapai kemenangan pada tujuan hidup masing-masing, yang pastinya akan berbeda antara personal satu dengan yang lainnya.
Jangan takut kalah...tetaplah berusaha, mencari solusi demi solusi. Saat suatu usaha kita mengalami kegagalan, cobalah upaya yang lainnya. Jika masih gagal lagi, ingat jangan pesimis pasti ada jalan. Terus asah kemampuan yang kita miliki untuk bisa mencapai keberhasilan. Yakinlah bahwa setiap insan yang dilahirkan dibekali dengan potensi masing-masing oleh Sang Pencipta.
Belajar dari sebuah kegagalan yang kita alami sendiri maupun dari kegagalan orang lain, sebagai acuan untuk selangkah lebih maju saat berkompetisi dalam menghadapi kerasnya hidup. Belajar dari kesuksesan orang lain juga sangat diperlukan sebagai inspirasi dan motivasi diri.
Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial, saling membutuhkan, saling berinteraksi satu dengan yang lain. Maka, jiwa kompetitif sangat perlu untuk bersaing sehat dalam bersosialisasi dan berinteraksi, tolong menolong dalam kebaikan, dan memperoleh keuntungan bersama.
Jiwa kompetitif bukan berarti kita harus menang sendiri, orang lain yang kalah. Berbeda dengan arti kompetisi dalam mengikuti lomba menyanyi, lomba menulis, lomba menggambar, lomba lari, atau semacamnya. Namun jiwa kompetitif yang harus kita miliki adalah rasa gigih, pantang menyerah, dan semangat dalam menjalani kehidupan, bersaing melawan kerasnya jaman.
Jiwa kompetitif yang dimiliki seseorang berbanding lurus dengan hasil yang akan dicapai. Jika jiwa kompetisi kita lemah maka hasilnya juga akan kurang memuaskan, begitu pula sebaliknya, sebab yang namanya "hasil" tak akan mengkhianati "proses" dalam berusaha.
Jadi mumpung kemampuan otak masih berfungsi baik, maka asahlah... Ajaklah berkompromi untuk bisa produktif menciptakan ide-ide usaha kreatif ketika kita butuhkan, atau saat kita mengalami keterpurukan dan kegagalan dikala usaha kita tak menghasilkan sesuatu yang memuaskan.
Jangan menyerah...tetaplah berusaha pantang menyerah untuk menang dalam kompetisi kehidupan, hingga mencapai sebuah keberhasilan yang kita inginkan. Jadi, seberapa besarkah jiwa kompetisi yang sudah kita miliki?... Jika belum ada, maka tumbuhkan lah. Karena suatu saat nanti yang akan bertahan dalam persaingan global adalah yang kreatif dan kompetitif.
(Mamaci, 22/6/2020)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H