Ketahanan pangan menjadi salah satu isu global yang menjadi perhatian di tengah perubahan iklim, pertumbuhan populasi manusia, dan menurunnya kualitas lingkungan (degradasi lingkungan. Â Kondisi ketahanan pangan yang baik adalah ketika semua orang dapat mendapatkan pangan yang cukup, aman dan bergizi untuk kebutuhan mereka sehari-hari. Negara yang memiliki ketahanan pangan yang baik tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat. Tetapi apakah negara kita, Indonesia sudah mencapai itu?Â
Tingkat Ketahanan Pangan di Indonesia
Berdasarkan Global Food Security Index (GFSI) 2022, indeks ketahanan pangan Indonesia berada di peringkat 4 di kawasan asia tenggara di level 60,2. Tingkat ketahanan pangan di Indonesia menunjukan bahwa terdapat keberagaman, dengan terdapat beberapa daerah dengan tingkat ketahanan yang baik dan beberapa dengan ketahanan yang rendah. Berbicara tentang ketahanan pangan, Indonesia dikenal dengan kaya akan alam dan keanekaragaman hayati, tanah yang subur seharusnya ketahanan pangan Indonesia bisa lebih baik, seperti singapura contohnya. GFSI mencatat skor indeks ketahanan pangan Singapura berada di level 77,4 dan menjadi yang tertinggi di Asia Tenggara.Â
Pentingnya Ketahanan Pangan yang Berkelanjutan
Ketahanan pangan bukan hanya berbicara tentang ketersediaan pangan saja, tetapi juga akses, pemanfaatan dan stabilitas. Di tengah naiknya permintaan pangan, keterbatasan lahan, dan iklim yang kian memanas, negara harus mengupayakan sebuah sistem pangan yang berkelanjutan agar tidak hanya mampu memenuhi generasi sekarang, tetapi kedepannya dapat dinikmati juga oleh para generasi mendatang. Namun berkaca dari realitas yang ada, terdapat tantangan dalam mewujudkan hal tersebut, seperti kurangnya akses teknologi, posisi petani yang dianggap lemah, dan kebijakan yang belum terintegrasi seringkali menjadi hambatan dalam mewujudkan ketahanan pangan.Â
Pemanfaatan Teknologi sebagai Penggerak Perubahan
Inovasi teknologi memainkan hal penting dalam peningkatan produksi dan efisiensi sistem ketahanan pangan. Di jaman sekarang yang sudah lebih berkembang, penggunaan teknologi seperti drone dapat digunakan sebagai alat untuk memantau lahan, irigasi presisi, hingga pengembangan bibit unggul yang tahan terhadap perubahan iklim. Selain itu teknologi digital seperti platform e-commerce dapat membantu petani untuk menjangkau pasar yang lebih luas, mengurangi peran tengkulak, dan pendapatan mereka akan meningkat. Namun untuk mewujudkan hal tersebut, akses terhadap teknologi seringkali menjadi tantangan, terutama bagi petani kecil. Oleh karena itu, pemerintah perlu menjangkau ke bawah dan menggapai tangan-tangan petani agar bisa diberikan pelatihan dan subsidi teknologi dan dapat memanfaatkan inovasi ini secara merata.Â
Petani sebagai Kunci Utama
Petani merupakan ujung tombak ketahanan pangan karena memiliki peran penting dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduk, seperti menjamin ketersediaan pangan, menjaga keberlanjutan lingkungan, menjaga keseimbangan ekonomi di pedesaan, dan mereka secara tidak langsung berperan menjaga dan melestarikan keanekaragaman hayati. Peran petani dalam ketahanan pangan menjadi semakin penting dalam menghadapi tantangan global seperti perubahan iklim dan krisis pangan. Oleh karena itu, pendekatan holistik harus memberdayakan petani dengan memberikan akses kepada:
Pelatihan keterampilan untuk mengelola lahan secara berkelanjutan.
Pendanaan mikro untuk meningkatkan modal usaha mereka.
Jaminan harga yang stabil melalui program seperti kontrak tani atau koperasi berbasis komunitas.
Selain itu, mengintegrasikan kearifan lokal yang dimiliki oleh petani tradisional ke dalam praktik modern dapat menciptakan solusi inovatif untuk mengatasi tantangan pangan di tingkat lokal.
Kebijakan yang Mendukung Keberlanjutan
Kebijakan berperan sebagai fondasi yang mendukung transformasi sistem pangan. Pemerintah perlu merancang kebijakan yang mendorong kolaborasi antara sektor publik, swasta, dan masyarakat. Contoh kebijakan yang efektif meliputi:
Insentif untuk praktik pertanian ramah lingkungan, seperti penggunaan pupuk organik dan pengelolaan air yang efisien.
Investasi infrastruktur untuk mendukung distribusi pangan, seperti pembangunan jalan desa dan fasilitas penyimpanan.
Peraturan yang melindungi hak-hak petani kecil, termasuk akses lahan dan pembagian keuntungan yang adil.
Kebijakan yang berbasis data, didukung oleh teknologi, dapat memastikan bahwa alokasi sumber daya dilakukan dengan efisien dan tepat sasaran.
Sinergi Menuju Masa Depan yang Berkelanjutan
Integrasi teknologi, petani, dan kebijakan adalah langkah esensial dalam menciptakan ketahanan pangan yang berkelanjutan. Ketiga elemen ini harus bersinergi, saling melengkapi, dan mendukung satu sama lain. Teknologi menyediakan alat dan inovasi, petani menjadi pelaku utama, dan kebijakan menjadi pengarah dan fasilitator dalam perjalanan menuju sistem pangan yang lebih adil dan ramah lingkungan.
Dengan pendekatan holistik ini, kita dapat memastikan bahwa setiap individu, baik di perkotaan maupun pedesaan, memiliki akses kepada pangan yang cukup, berkualitas, dan berkelanjutan. Hanya dengan kerja sama yang kuat antara semua pihak, cita-cita "pangan berkelanjutan untuk semua" dapat terwujud.
Sumber
https://www.undp.org/sustainable-development-goals
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H