Kelaparan di Indonesia merupakan masalah yang sering sekali kita dengar. Indonesia merupakan negara dengan salah satu penghasil pangan utama di dunia, yakni beras. Namun, masih banyak wilayah-wilayah di Indonesia yang mengalami kesulitan pangan, seperti di daerah pedesaan atau daerah terpencil. Data dari Global Hunger Index (GHI) pada tahun 2023, menyatakan indonesia memiliki skor 17,6 yang termasuk dalam kategori sedang.
 Secara global Indonesia menempati posisi ke-77 dari 125 negara dan posisi ke-2 dari 9 negara ASEAN. Ini menjadikan bahwasanya Indonesia masih memiliki tingkat kelaparan yang tinggi. Dari permasalahan ini bisa melihat pentingnya upaya mencapai Sustainable Development Goals (SDGs) nomor 2, yaitu Zero Hunger atau mengakhiri kelaparan.
Zero Hunger
Zero Hunger merupakan salah tujuan kedua dari Sustainable Development Goals (SDGs). SDGs kedua ini bertujuan untuk mengakhiri kelaparan di seluruh dunia. Di sisi lain, masih begitu banyak makanan yang terbuang begitu saja, padahal masih banyak sekali orang yang kelaparan setiap harinya. Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) kedua adalah menciptakan dunia yang bebas dari kelaparan pada tahun 2030.Â
Namun, sejak 2015, masalah kelaparan global dan ketidakamanan pangan menunjukkan peningkatan yang mengkhawatirkan, dipicu oleh berbagai faktor seperti adanya pandemi, konflik, perubahan iklim, dan ketimpangan yang semakin mendalam.
Urgensi Zero Hunger
Pernahkah kalian bertanya-tanya bagaimana rasanya hidup di dunia dimana tidak ada lagi anak-anak yang kelaparan? Tidak ada lagi anak yang tidur dalam keadaan lapar dan semua anak memiliki akses terhadap makanan sehat dan bergizi. Tentunya hal ini adalah impian setiap orang.
 Hal ini bukan hanya tentang makan yang cukup, namun juga mengenai akses yang adil terhadap pangan serta mendorong pertanian berkelanjutan untuk menjaga keutuhan lingkungan. Sebagai generasi muda, kita mempunyai banyak kemampuan, keunggulan, ber-ide kreatif, paham teknologi, dan menghargai hal-hal baik untuk masa depan.
Tantangan yang dihadapi dalam mencapai Zero Hunger
Dalam mencapai Zero Hunger, masih terdapat banyak sekali tantangan yang dihadapi, diantaranya sebagai berikut:
Distribusi pangan yang tidak merata: Makanan tersedia, namun tidak selalu menjangkau mereka yang benar-benar membutuhkannya. Terkadang beberapa negara mengalami surplus makanan, namun di tempat lainnya banyak masyarakat yang masih kelaparan karena permasalahan infrastruktur dan distribusi.
Perubahan iklim: Cuaca yang tidak dapat diprediksi dapat membuat pembangunan pertanian menjadi sulit.
Kurangnya pengetahuan tentang pertanian berkelanjutan: Banyak petani yang masih belum mengetahui cara menjalankan usaha yang ramah untuk lingkungan.
Sampah makanan: Hal ini masih menjadi masalah serius, khususnya di wilayah perkotaan. Masih banyak masyarakat yang menyia-nyiakan makanan tanpa berpikir panjang.
Tantangan Global Zero Hunger
Meski produksi pangan dunia sebenarnya cukup untuk memenuhi kebutuhan populasi, namun masih terdapatnya ketimpangan akses, distribusi yang tidak merata, dan praktik pertanian yang tidak berkelanjutan, mengakibatkan jutaan orang di seluruh dunia masih menderita kelaparan. Di banyak negara berkembang, kemiskinan menjadi penyebab utama kelaparan, sementara perubahan iklim, konflik, dan degradasi lingkungan memperburuk krisis pangan global.
Tantangan di IndonesiaÂ
Indonesia, sebagai negara dengan populasi besar dan beragam kondisi geografis, menghadapi tantangan signifikan dalam mencapai tujuan Zero Hunger. Beberapa faktor utama yang menghambat adalah ketimpangan akses pangan di berbagai daerah, ketergantungan pada impor pangan, serta kerawanan pangan akibat bencana alam.
 Wilayah terpencil, seperti di Indonesia bagian timur, sering kali memiliki akses terbatas ke infrastruktur dan distribusi pangan yang memadai, mengakibatkan angka malnutrisi yang tinggi. Selain itu, perubahan iklim memperburuk kondisi ini dengan meningkatkan frekuensi banjir, kekeringan, dan gangguan panen, sehingga mengancam ketersediaan dan stabilitas pangan nasional.
Dampak Terhadap ManusiaÂ
Kelaparan dan ketidakstabilan pangan di Indonesia berdampak serius terhadap kualitas hidup masyarakat, terutama bagi anak-anak dan kelompok rentan. Kekurangan gizi, atau malnutrisi, menyebabkan masalah kesehatan jangka panjang, seperti stunting pada anak-anak yang dapat mempengaruhi perkembangan fisik dan kognitif mereka.Â
Orang dewasa yang mengalami kekurangan gizi juga rentan terhadap penyakit kronis dan memiliki produktivitas kerja yang lebih rendah. Selain itu, ketidakamanan pangan menciptakan tekanan ekonomi yang lebih besar pada keluarga miskin, memicu lingkaran kemiskinan dan menghambat pembangunan sumber daya manusia yang berkelanjutan.
Peran Generasi Muda
Sebagai generasi muda kita bisa berkontribusi dengan berbagai cara dalam mewujudkan Zero Hunger. Dengan kreativitas dan pemahaman terhadap teknologi kita dapat mengembangkan inisiatif-inisiatif yang berdampak nyata bagi ketahanan pangan. Berikut langkah-langkah yang bisa dilakukan: Â
Edukasi dan Kampanye Kesadaran
Generasi muda bisa berperan aktif dalam mengedukasi teman-teman sebaya dan masyarakat tentang pentingnya mengurangi pemborosan makanan dan meningkatkan konsumsi yang berkelanjutan. Misalnya, dengan mengadakan kampanye melalui media sosial atau membuat konten edukatif seperti infografis dan video yang mudah dipahami.Pertanian Urban dan Kebun Komunitas
Membangun kebun komunitas atau mencoba bertani di lahan-lahan kecil, bahkan di area perkotaan, bisa menjadi langkah konkret untuk mendukung ketahanan pangan. Dengan menanam sayur-mayur atau buah-buahan, anak muda dapat menginspirasi masyarakat untuk mandiri pangan dan membantu mengurangi ketergantungan pada pangan impor.Dukungan terhadap Produk Lokal dan Ramah Lingkungan
Memilih untuk membeli produk-produk lokal serta mendukung petani lokal adalah cara lain yang efektif. Generasi muda bisa menjadi bagian dari rantai pasokan yang lebih sehat dan berkelanjutan dengan mempromosikan konsumsi produk lokal dan membantu memajukan ekonomi petani melalui gerakan atau usaha berbasis komunitas.Mengurangi Pemborosan Makanan
Menerapkan praktik anti-pemborosan makanan di rumah maupun di lingkungan sekolah dan kampus bisa berdampak besar jika dilakukan secara kolektif. Contoh sederhana adalah merencanakan menu mingguan, menyimpan sisa makanan dengan benar, dan memanfaatkan kembali sisa bahan makanan untuk mencegah pemborosan.Berkolaborasi dalam Inovasi Teknologi Pangan
Generasi muda dengan latar belakang teknologi dan sains dapat mengembangkan inovasi yang mendukung ketahanan pangan, seperti aplikasi pemantauan stok pangan, sistem irigasi pintar untuk petani, atau metode pertanian hidroponik yang lebih efisien. Kolaborasi antar disiplin ilmu ini sangat penting untuk menciptakan solusi baru yang bisa diterapkan di lapangan.
Dengan berbagai langkah ini, generasi muda dapat berkontribusi signifikan dalam menciptakan sistem pangan yang adil, merata, dan berkelanjutan untuk mencapai Zero Hunger di Indonesia.
Penyusun :Â
Zulfa Wahyu Zianriani, Desi Larasati, Shilna Fauziyana, Anisa Herini Putri, Alya Adilah. (Pendidikan Masyarakat UNJ 2022)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya